PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT,

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE

METODE. Materi. Rancangan

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang A, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Bahan dan Alat

PERBANDINGAN PENAMBAHAN GLUKOSA DAN SUKROSA TERHADAP KUALITAS PERMEN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) BERDASARKAN PREFERENSI KONSUMSI

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS TEPUNG CACING SUTRA (Tubifex sp.) EFFECT OF DRYING METHOD OF WHEAT QUALITY SILK WORMS (Tubifex sp.

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

Lampiran 1 Formulir organoleptik

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

111. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

3. METODOLOGI PENELITIAN

UJI PRIKSIMAT ABON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KECAMATAN RIMBO ULU KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

METODE. Bahan dan Alat

Transkripsi:

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (The Effect of Packaging Type and Storage Time on Chemical, Microbiology, and Sensory Properties of Goat Milk Caramel Candy) Susilawati (1) dan Putri Cyntia Dewi (2) e_mail: susilawati_thp@unila.ac.id 1) 2) Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung ABSTRACT Caramel candy is a kind of toffee classified into soft candies, and processed using milk and sugar as the main ingredients. One way to prevent food spoilage is to use suitable packaging as well as storage system. This study was aimed to determine the effects of packaging materials and storage time until 28 days at room temperature and their interaction effects on the the chemical, microbiological, and organoleptic properties, and its accordance with SNI 357.2 caramel candy standard. The study was conducted in two groups of factors and arranged in Complete Randomized Design with three replications. The first factor was the type of packaging (P) consisted of polyethylene plastic (P1), aluminum foil (P2), and oil paper packaging (P3). The second factor was the duration of storage (L) consisted of 0 days (L1), 7 days (L2), 1 days (L3), 21 days (L), and 28 days (L5). The homogenity and additivity of the data were tested using Barlett and Tuckey tests, continued using ANOVA, and then further tested using comparison and orthogonal polynomials at of 1% or 5% level of significance. The results showed the samples wrapped in aluminum foil and stored for 28 days at room temperature, was found to be the best type of packaging. The criteria of the best goat s milk caramel candies were: water content of 5,81% w/w, ash content of 0,95% w/w, reducing sugar content 2,26% w/w, total molds and yeasts 0,9x10 2 colonies/gram, a total microbial of 2,83 colonies/gram, and the color, texture, taste, and aroma were brown, soft, sweet, and neutral. these criteria met the SNI 357.2 (2008) quality standard for caramel candies. Keywords : Caramel candy, caramelization, package, goat s milk PENDAHULUAN Susu kambing memiliki kandungan protein tidak kalah dari susu sapi, protein susu kambing adalah 3,7 % sedangkan susu sapi adalah 3,3 %. Kandungan protein yang tinggi pada susu kambing sangat baik untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh. Selain kandungan protein, susu kambing juga mengandung asam lemak berantai pendek yang lebih banyak dari susu sapi, hal ini membuat lemak pada susu kambing mudah dicerna oleh tubuh untuk menghasilkan energi, sehingga tidak tertimbun sebagai kolesterol (Dewi, 2009). Susu bila dibiarkan begitu saja di udara terbuka, akan menimbulkan berbagai kerusakan. Kerusakan yang terjadi ditandai dengan timbulnya bau asam karena serangan bakteri asam laktat (BAL). Untuk mencegah kerusakan tersebut, dapat dilakukan pengawetan maupun pengolahan terhadap susu (Saleh, 200). Pemanfaatan susu kambing saat ini kurang dioptimalkan, hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa susu kambing beraroma prengus seperti kambing, sehingga kebanyakan orang kurang menyukainya. Oleh karena itu dilakukan diversifikasi olahan dari susu kambing, salah satunya adalah permen karamel. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 1

Permen karamel susu atau toffee adalah produk confectionery yang dibuat dari bahan dasar gula, sirup glukosa, susu (umumnya susu kondensasi), lemak dan garam. Kadar air produk permen karamel susu yang lebih tinggi dari hard candy menyebabkan permen karamel susu lebih mudah mengalami kerusakan oleh kapang dan khamir. Menurut Supardi dan Sukamto (1999), penggunaan gula dalam pengolahan bahan makanan dalam kosentrasi tinggi menyebabkan sebagian air yang ada dalam bahan menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bahan pangan dengan kadar air tinggi umumnya dapat ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme, tetapi karena bakteri dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan kapang dan khamir, maka kerusakan oleh bakteri lebih banyak dijumpai. Oleh karena kapang dan khamir dapat tumbuh pada nilai aktivitas air yang lebih rendah daripada bakteri, maka bahan pangan lebih kering dan berkadar gula tinggi cenderung untuk mengalami kerusakan akibat organisme tersebut. Diperlukan bahan pengemas yang tepat bagi produk permen karamel sehingga daya simpan produk akan lebih lama serta menjaga mutu produk itu sendiri. Selain itu, kemasan juga penting untuk menambah nilai estetika pada produk sehingga akan menjadi lebih menarik. Berbagai jenis produk pangan memiliki sifat atau kriteria masing masing, sehingga pengemasan yang kurang tepat justru akan menyebabkan penurunan mutu dari produk pangan tersebut. Dari berbagai jenis kemasan, kemasan plastik, alumunium foil dan kertas minyak adalah kemasan yang sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai pengemas produk permen karamel susu, akan tetapi belum diketahui jenis kemasan yang terbaik yang sesuai dengan sifat dari permen karamel susu itu sendiri, sehingga dapat mempertahankan mutu dari permen karamel susu kambing ini. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan dari ketiga jenis bahan pengemas tersebut terdapat jenis kemasan yang paling baik dan sesuai dengan karakteristik permen karamel susu sehingga dapat memperpanjang daya Susilawati dan Putri Cyntia Dewi simpan dan memberikan nilai tambah bagi produk permen caramel itu sendiri. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jenis kemasan terbaik selama penyimpanan 28 hari pada suhu ruang, yang dapat mempertahankan sifat kimia, mikrobiologi, dan organoleptik permen karamel dari susu kambing sehingga masih memenuhi standar SNI 357.2 (2008). 2. Mengetahui lama penyimpanan permen karamel susu kambing selama 28 hari pada suhu ruang dengan sifat kimia, mikrobiologi, dan organoleptik yang masih sesuai standar SNI 357.2 (2008), 3. Mengetahui adanya interaksi antara jenis kemasan dan lama simpan produk permen karamel selama 28 hari pada suhu ruang terhadap sifat kimia, mikrobiologi, dan organoleptik permen karamel dari susu kambing. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Mutu Hasil Pertanian, serta Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober November 2011 Bahan dan Alat Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan untuk pembuatan permen karamel yaitu susu kambing murni yang diperoleh dari Desa Sungai Langka, sukrosa dan glukosa serta bahan-bahan kimia lain yang diperlukan dalam analisis, yang diperoleh dari Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian. Sedangkan bahan pengemas yang digunakan adalah plastik polietilen, alumunium foil, dan kemasan kertas minyak yang dibeli di Tanjung Karang. 2 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi Peralatan yang digunakan antara lain timbangan, wajan, baskom berukuran sedang, kompor, wadah plastik (Tupperware), loyang, gelas ukur, dan alat-alat lain untuk uji organoleptik dan alat alat untuk analisis. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua faktor dengan tiga kali ulangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor pertama adalah jenis kemasan (P) yang terdiri dari plastik polietilen (P 1 ), alumunium foil (P 2 ), dan kemasan kertas minyak (P 3 ). Faktor kedua adalah lama penyimpanan (L) yang terdiri dari lama penyimpanan 0 hari (L 1 ), 7 hari (L 2 ), 1 hari (L 3 ), 21 hari (L ), dan 28 hari (L 5 ). Data yang diperoleh akan diuji homogenitas, uji barlett, uji tukey dan analisis ragam untuk mendapatkan perbedaan antar perlakuan, kemudian dilakukan uji lanjut menggunakan uji perbandingan dan polinomial ortogonal pada taraf nyata 1% atau 5%. Pelaksanaan Penelitian Pembuatan permen karamel,melalui proses karamelisasi. Pengolahan karamel susu diawali dengan memasukkan 150 ml susu ke dalam wajan dengan penambahan sukrosa 75 gram dan glukosa 25 gram. Susu, sukrosa dan glukosa diaduk hingga sebagian sukrosa dan glukosa larut dan tercampur lalu kompor dinyalakan dengan api besar sambil terus diaduk sampai suhu 120 0 C. Api dikecilkan sampai suhu 100 0 C apabila susu pada wajan sudah mulai terkaramel sambil terus dilakukan pengadukan. Apabila bahan telah mengeras setelah dimasukkan ke dalam air, itu menandakan bahwa bahan telah terkaramelisasi. Permen karamel yang telah jadi dituang ke dalam cetakan atau wadah dan diolesi dengan mentega agar karamel tidak lengket pada saat diangkat. Permen karamel yang telah dituang ke dalam cetakan lalu diratakan dan diolesi dengan mentega agar permukaan permen karamel tampak mengkilat, kemudian dilakukan pemotongan sebelum permen karamel mengeras, kemudian didiamkan sampai mengeras selama kurang lebih 10-15 menit. Produk permen karamel dikemas menggunakan plastik polietilen (P 1 ), alumunium foil (P 2 ), dan kertas minyak (P 3 ) sebelum dilakukan pengemasan telebih dahulu dilakukan sterilisasi baik alat dan bahan yang digunakan selama pengemasan maupun tangan peneliti yang akan digunakan. Masing masing pengemas dipotong dengan ukuran masing masing 2,5x2,5 cm. Pengemasan dilakukan secara manual menggunakan tangan yang ditutupi dengan hand glove, untuk mencegah kontaminasi terhadap produk, kemudian ketiga jenis kemasan tersebut masing masing dimasukkan ke dalam wadah toples plastik dan disimpan pada suhu ruang selama 0 hari (L 1 ), 7 hari (L 2 ), 1 hari (L 3 ), 21 hari (L ), serta 28 hari (L 5 ), dan pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali, serta data yang diperoleh diolah dan dianalisis. Pengamatan Kadar Air Kadar air permen karamel diuji dengan metode oven AOAC (1995). Sampel sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 100 o C hingga diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus: keterangan : akhir (g) Kadar Abu Kadar air = c (a - b) x 100% c a = berat cawan dan sampel b = berat cawan (g) c = berat sampel awal (g) Pengujian kadar abu permen karamel dilakukan dengan menggunakan metode pengabuan kering AOAC (1995). Cawan porselen dikeringkan dalam tanur bersuhu 00-600 0 C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3 gram sampel dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 00-600 0 C selama -6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 3

Kadar abu = berat abu (g) x 100% berat sampel (g) Analisis Gula Reduksi Gula reduksi dianalisi dengan menggunakan metode Luff Schrool AOAC (1990). Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquades tambahkan Pb Asetat untuk penjernihan. Lalu ditambahkan Na 2 CO 3 untuk menghilangkan kelebihan Pb, ditambah aquades hingga tepat 250 Susilawati dan Putri Cyntia Dewi ml. 25 ml larutan diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 25 ml larutan luff schrool. Perlakuan blanko dibuat yaitu 25 ml larutan luff schrool ditambah 25 ml aquades. Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik dan didihkan selama 10 menit. Kemudian cepatcepat didinginkan, ditambahkan 15 ml KI 20% dan dengan hati-hati ditambahkan 25 ml H 2 SO 26,5%. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati 1% sebanyak 2-3%. Titrasi diakhiri setelah timbul warna krem susu. Gula Reduksi = (Titrasi blanko Titrasi sampel) x Faktor pengenceran x 0,1 ------------------------------------------------------------------------- x 100% mg sampel Total Kapang dan Khamir Pengujian total mikroba berdasarkan metode hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Total Kapang Khamir Pengujian total mikroba berdasarkan metode hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Sebanyak 1 gram sampel dihancurkan dan diencerkan secara aseptis dengan 9 ml larutan garam fisiologis (NaCl) 0,85% yang sudah disterilisasi. Pengenceran ini dihitung sebagai pengenceran awal 10-1. Pengenceran selanjutnya dilakukan dengan cara 1 ml larutan hasil pengenceran 10-1 diencerkan lagi secara aseptis dengan 9 ml larutan pengencer steril dan dihitung sebagai pengenceran 10-2, dan seterusnya. Sebanyak 1 ml larutan dari setiap pengenceran diambil secara aseptis dengan pipet steril dan dimasukkan ke dalam cawan petri, lalu ke dalam cawan petri dituangkan PDA steril yang sudah ditambahkan 10% asam tartarat steril sebanyak 1,5 ml per 100 ml media, sebanyak lebih kurang 15 ml dan digoyangkan secara merata di atas meja agar menyebar homogen. Setelah media membeku, cawan diinkubasi pada suhu 32 0 C selama 2 8 jam. Koloni yang tumbuh dihitung menurut standar yang ditetapkan. Koloni per gram = jumlah koloni x 1 faktorpengenceran Total Mikroba Perhitungan total mikroba dilakukan berdasarkan metode hitungan cawan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) (Fardiaz,1989). Sebanyak 1 gram sampel diencerkan dengan 9 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%) yang telah disterilisasi. Pengenceran ini dihitung sebagai pengenceran 10-1. Pengenceran selanjutnya dilakukan dengan melarutkan 1 ml larutan hasil pengenceran 10-1 dengan 9 ml larutan garam fisiologis dan dihitung sebagai pengenceran 10-2. Sebanyak 1 ml sampel dari setiap pengenceran dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ke dalam cawan petri dituang PCA steril sebanyak ± 15 ml (dilakukan secara duplo untuk tiap pengenceran) dan digoyangkan secara merata diatas meja. Setelah media agar memadat, cawan dibungkus dengan kertas lalu diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 36-37 C selama 8jam. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi Total Mikroba = Jumlah koloni terhitung x Faktor pengenceran 1 Uji Organoleptik Pengamatan yang dilakukan terhadap Permen karamel secara organoleptik meliputi warna, tekstur, rasa, aroma, dan penerimaan keseluruhan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 20 orang panelis terlatih. Adapun uji yang dipergunakan adalah uji skoring (warna,tekstur, rasa, dan aroma) dan uji hedonik penerimaan keseluruhan (Nawansih dan Nurainy, 2005). Kadar Air HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air produk permen karamel susu kambing, dan terdapat interaksi antara kedua perlakuan. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air produk permen karamel susu kambing secara linier (Gambar 1) Kadar Air (%) 6,5 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 0 7 1 21 28 35 Lama Penyimpanan (hari) Plastik Alumunium foil Kertas Minyak Gambar 1. Grafik kadar air permen karamel susu kambing pada masing- masing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari. y = 0.006x + 5.85 r = 0.913 y = 0.006x + 5.686 r = 0.927 y = 0.012x + 5.889 r = 0.912 Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa kadar air permen karamel susu kambing yang dikemas dengan kemasan kertas minyak pada lama penyimpanan 7, 1, 21, dan 28 hari, lebih tinggi dibandingkan yang dikemas menggunakan kemasan plastik dan alumunium foil. Sementara itu kadar air produk permen karamel yang dikemas menggunakan kemasan plastik pada lama penyimpanan 7, 1, 21, dan 28 hari lebih tinggi daripada produk permen karamel menggunakan kemasan alumunium foil. Perbedaan kadar air ini diduga karena perbedaan daya penetrasi uap air pada kemasan. Menurut Buckel, et al.(1987) daya permeabilitas uap air dari kemasan plastik polietilen adalah 3,05x10 - gram/cm 2.hari, kemasan alumunium foil 2,68x10 - gram/cm 2.hari, dan kemasan kertas minyak,022x10 - gram/cm 2.hari. Selain jenis kemasan, kadar air permen karamel susu kambing juga mengalami peningkatan selama penyimpanan 28 hari pada suhu ruang. Hal ini disebabkan karena uap air dari luar trus masuk ke produk yang dikemas. Kadar Abu bahwa perlakuan jenis pengemas tidak berpengaruh terhadap kadar abu produk permen karamel susu kambing dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 5

nyata terhadap kadar abu permen karamel susu kambing, sedangkan interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap kadar abu permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan polinomial Susilawati dan Putri Cyntia Dewi ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar abu permen karamel secara linear (Gambar 2) Kadar Abu (%) 1 0,95 0,9 y = 0.000x + 0.91 r = 0.96 y = 0.000x + 0.950 r=0,900 y = 0.000x + 0.937 r = 0.78 Plastik Alumunium foil Kertas Minyak 0 7 1Lama Penyimpanan 21 (hari) 28 35 Linear (Plastik) Linear (Alumunium foil) Linear (Kertas Minyak) Gambar 2. Grafik kadar abu permen karamel susu kambing pada masing- masing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar 2. selama penyimpanan kadar abu pada permen karamel susu kambing tidak mengalami perubahan yang signifikan. Permen karamel susu kambing yang dikemas dengan kemasan alumunium foil memiliki kadar abu tertinggi, yang dikuti dengan permen karamel susu kambing menggunakan kemasan plastik dan kemasan kertas. Pada prinsipnya tidak terjadi perubahan kadar abu selama penyimpanan, namun pada penelitian ini terjadinya peningkatan kadar abu. Kadar abu yang meningkat diduga dikarenakan peningkatan berat produk yang disebabkan peningkatan kadar air pada produk permen karamel susu kambing (Dotulong, 2009). Analisis Gula Reduksi bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar gula reduksi produk permen karamel susu kambing, namun tidak terdapat interaksi antar kedua perlakuan. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar gula reduksi produk permen karamel susu kambing secara linier (Gambar 3). Kadar Gula Reduksi (%) 6 2 y = -0.105x + 5.62 r = 0.992 y = -0.108x + 5.189 r = 0.979 y = -0.110x + 5.18 r = 0.930 Plastik Alumunium foil Kertas Minyak 0 7 1Lama Penyimpanan 21 (hari) 28 35 Linear (Plastik) Linear (Alumunium foil) Linear (Kertas Minyak) Gambar 3. Grafik kadar gula reduksi permen karamel susu kambing pada masingmasing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari 6 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi Berdasarkan uji perbandingan ortogonal kadar gula reduksi tertinggi terdapat pada permen karamel dengan kemasan plastik, kemudian diikuti dengan permen karamel susu kambing dengan kemasan alumunium foil dan kemasan kertas. Perbedaan kadar air ini diduga dikarenakan daya permeabilitas uap air setiap jenis kemasan berbeda berbeda sehingga kadar gula reduksi mengalami penurunan. Dari hasil uji lanjut polinomial ortogonal, lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar gula reduksi permen karamel susu kambing secara linier. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa kadar gula reduksi mengalami penurunan selama penyimpanan 28 hari hal ini terjadi pada masing masing jenis kemasan. Perbedaan gula reduksi pada penyimpanan suhu kamar disebabkan oleh perbedaan kadar air dan aktivitas metabolisme. Perubahan kadar gula reduksi yang baik selama penyimpanan disebabkan oleh terjadinya pemecahan karbohidrat. Oleh sebab itu, semakin lama penyimpanan, maka kadar gula reduksi juga akan ikut menurun. Total Kapang dan Khamir bahwa jenis pengemas, lama penyimpanan dan interaksi berpengaruh sangat nyata terhadap total kapang dan khamir produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap total kapang dan khamir produk permen karamel susu kambing secara linier (Gambar ) Total Kapang dan Khamir (Koloni/gram) 1,1 0,9 1 0,8 0,7 0,6 0,5 0, 0,3 0,2 0,1 0 0 7 1 21 28 35 Plastik Alumunium Lama Penyimpanan foil (hari) Kertas Minyak y = 0.010x + 0.202 R² = 0.997 y = 0.010x + 0.192 R² = 0.993 y = 0.013x + 0.209 R² = 0.997 Linear (Plastik) Linear (Alumunium foil) Linear (Kertas Minyak) Gambar. Grafik total kapang dan khamir permen karamel susu kambing pada masing- masing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar. total kapang dan khamir yang dikemas menggunakan kemasan kertas minyak pada lama penyimpanan 21 dan 28 hari memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan pada kemasan plastik dan kemasan alumunium foil. Kemasan alumunium foil memiliki total kapang dan khamir terendah selama penyimpanan 28 hari. Perbedaan total kapang dan khamir ini dapat disebabkan oleh perbedaan penetrasi daya gas oksigen dan uap air pada masing masing kemasan, kemasan kertas minyak yang memiliki permeabilitas terhadap penetrasi gas oksigen dan uap air yang lebih besar daripada kemasan plastik dan alumunium foil. Gas oksigen dan uap air dibutuhkan oleh kapang dan khamir untuk tumbuh dan berkembang, sehingga kapang dan khamir Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 7

pada kemasan kertas minyak dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada kemasan plastik dan alumunium foil. Selain gas oksigen dan uap air, lingkungan tempat dari bahan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kapang dan khamir. Permen karamel yang berbahan dasar susu dan gula memiliki nutrisi yang cukup banyak untuk digunakan kapang dan khamir sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhannya Total Mikroba Susilawati dan Putri Cyntia Dewi bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan serta interaksi berpengaruh sangat nyata terhadap total mikroba produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap total mikroba produk permen karamel susu kambing secara linier (Gambar 5) Total Mikroba (Koloni/gram) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 7 1 21 28 35 Lama Penyimpanan (hari) Plastik Alumunium foil Kertas Minyak y = 0.07x + 1.0 R² = 0.998 y = 0.065x + 0.913 R² = 0.977 y = 0.102x + 0.82 R² = 0.98 Linear (Plastik) Linear (Alumunium foil) Linear (Kertas Minyak) Gambar 5. Grafik total mikroba permen karamel susu kambing pada masingmasing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar 5, total mikroba permen karamel susu kambing dengan kemasan kertas minyak memiliki total mikroba yang lebih tinggi pada penyimpanan 21 dan 28 hari dibandingkan dengan kemasan plastik dan kemasan alumunium foil. Hal ini disebabkan daya penetrasi gas oksigen dan uap air pada kemasan kertas minyak lebih besar daripada kemasan plastik dan alumunium foil, sehingga kadar air pada permen karamel dengan kemasan kertas minyak menjadi lebih besar dan mikroba tumbuh dan berkembang lebih cepat pada perlakuan tersebut. Selain itu, lingkungan tempat dari bahan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Permen karamel yang berbahan dasar susu dan gula memiliki nutrisi yang cukup banyak untuk digunakan mikroba sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhannya. Uji Organoleptik Warna bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai warna produk permen karamel susu kambing, namun interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh. Hasil uji lanjut perbandingan ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas berpengaruh nyata terhadap nilai warna produk permen karamel susu, sedangkan hasil uji polinomial ortogonal 8 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi menunjukkan lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap nilai warna produk permen karamel susu kambing (Gambar 6) Warna 3 2 1 y = -0.003x +.036 y = 0.002x r = 0.38 + 3.873 r = 0.322 y = 0.002x +.126 r = 0.192 0 7 1 21 Lama Penyimpanan (hari) 28 35 Plastik Alumunium foil Gambar 6. Grafik nilai warna permen karamel susu kambing pada masingmasing jenis kemasan selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar 6. warna pada permen karamel susu kambing tidak mengalami perubahan secara signifikan selama proses penyimpanan. Permen karamel susu kambing menggunakan kemasan kertas memiliki penilaian warna yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan kemasan alumunium foil dan kemasan plastik, namun kriteria penilaian warna masing masing pengemas selama penyimpanan 28 hari masih berwarna coklat. Dari hasil uji lanjut perbandingan orthogonal, jenis pengemas berpengaruh terhadap warna produk permen karamel susu kambing. Perbedaan nilai warna pada setiap jenis kemasan dikarenakan setiap jenis kemasan memiliki daya tembus cahaya yang berbeda beda. Menurut Winarno (1982), Adanya sinar atau cahaya dapat membantu terjadinya kerusakan kimia misalnya oksidasi pada produk yang mengandung asam lemak akan menimbulkan perubahan warna menjadi lebih gelap pada produk pangan. Tekstur bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan serta interaksi berpengaruh sangat nyata terhadap nilai tekstur produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai tekstur produk permen karamel susu kambing secara kuadratik (Gambar 7) Tekstur,3 3,7 3, 3,1 2,8 2,5 0 7 1 21 28 35 Lama Penyimpanan (hari) Plastik y = -0.000x 2 + 0.002x + 3.883 R² = 0.685 y = -0.001x 2 + 0.019x + 3.828 R² = 0.735 y = -0.000x 2-0.032x +.005 R² = 0.90 Alumunium foil Gambar 7. Grafik nilai tekstur permen karamel susu kambing pada masing- Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 9

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi masing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar 7 nilai tekstur permen karamel susu kambinng menggunakan kemasan kertas mengalami penurunan selama penyimpanan 28 hari yang lebih banyak dibandingkan dengan kemasan plastik dan alumunium foil yaitu,00-2,98 dengan karakteristik keras sampai lunak. Kemasan alumunium foil memiliki nilai tekstur tertinggi diantara keduanya. Perbedaan tekstur ini dapat terjadi karena perbedaan permeabilitas gas oksigen dan uap air yang berbeda, kemasan kertas minyak memiliki permeabilitas gas oksigen dan uap air yang lebih besar daripada plastik dan kemasan alumunium foil, sehingga uap air lebih banyak masuk ke dalam permen karamel dengan kemasan tersebut dan mempengaruhi tekstur permen karamel susu kambing menjadi semakin lunak. Rasa bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rasa produk permen karamel susu kambing, begitu pula dengan interaksi antara kedua perlakuan memberikan berpengaruh tidak nyata terhadap nilai rasa produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rasa produk permen karamel susu kambing (Gambar 8). Rasa 3 2 y = -0.003x + 3.95 r = 0.67 y = -0.003x + 3.916 r = 0.363 y = -0.006x + 3.971 r = 0.523 1 0 7 1 21 28 35 Lama Penyimpanan (hari) Plastik Alumunium foil Kertas Minyak Linear (Plastik) Linear (Alumunium foil) Linear (Kertas Minyak) Gambar 8. Grafik nilai tekstur permen karamel susu kambing pada masingmasing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan Gambar 8. rasa produk karamel susu kambing tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap rasa permen karamel susu kambing hal ini dapat dilihat dengan skor nilai yang tidak jauh berbeda 3,83-,1 dengan kriteria rasa manis. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses penyimpanan reaksi kimia dan aktifitas mikrobiologi tidak mempengaruhi rasa dari produk permen karamel susu kambing. Aroma 10 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai aroma produk permen karamel susu kambing, namun interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap nilai aroma produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai aroma produk permen karamelsusu kambing secara kuadratik (Gambar 9) Aroma,3 3,7 3, 3,1 2,8 y = -0.001x 2 + 0.006x + 3.89 R² = 0.652 y = -0.001x 2-0.006x + 3.92 R² = 0.88 y = -0.003x2 + 0.036x + 3.92 R² = 0.970 0 7 Lama 1 Penyimpanan 21 (hari) 28 35 Plastik Alumunium foil Gambar 9. Grafik nilai aroma permen karamel susu kambing pada masingmasing jenis kemasan, selama penyimpanan 28 hari Berdasarkan tabel hasil uji perbandingan ortogonal, jenis kemasan memberikan pengaruh nyata terhadap aroma permen karamel susu kambing. Berdasarkan gambar di atas masing masing perlakuan mengalami penurunan nilai aroma terhadap permen karamel susu kambing yaitu sebesar 3,98 2,9 dengan kriteria khas karamel sampai netral. Jenis kemasan plastik mengalami penurunan nilai aroma permen karamel susu kambing yang lebih banyak dibandingkan kemasan alumunium foil dan kemasan kertas. Hal ini diduga dikarenakan sifat tembus cahaya serta pemeabilitas kemasan yang berbeda beda. Menurut Ketaren (2005), cahaya adalah akselerator terhadap timbulnya ketengikan. Kombinasi dari oksigen dan cahaya dapat mempercepat proses oksidasi. Produk berlemak yang disimpan tanpa oksigen namun dikenai cahaya dapat menjadi tengik, hal ini dikarenakan dekomposisi peroksida yang secara alamiah terdapat pada lemak. Berdarsarkan hasil uji polinomial ortogonal, lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap aroma permen karamel susu kambing secara kuadratik. Selain pengaruh cahaya dan oksigen, penurunan aroma selama penyimpanan produk permen karamel susu kambing juga dapat terjadi dikarenakan adanya penguapan senyawa volatile pada permen karamel susu sehingga aroma karamel menjadi berkurang. Penerimaan Keseluruhan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap penerimaan keseluruhan produk permen karamel susu kambing, begitu pula dengan interaksi antara kedua perlakuan memberikan berpengaruh sangat nyata terhadap penerimaan keseluruhan produk permen karamel susu kambing. Hasil uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal menunjukkan bahwa jenis pengemas dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap penerimaan keseluruhan produk permen karamel susu kambing secara kuadratik (Gambar 10). Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 11

Susilawati dan Putri Cyntia Dewi Penerimaan Keseluruhan 3,7 3, 3,1 2,8 y = -0.000x 2 + 0.002x + 3.883 R² = 0.685 y = -0.001x 2 + 0.019x + 3.828 R² = 0.735 y = -0.000x 2-0.032x +.005 R² = 0.90 0 7 1 21 28 35 Lama Penyimpanan (hari) Plastik Alumunium foil Gambar 10. Grafik nilai aroma permen karamel susu kambing pada masing-masing jenis kemasan selama penyimpanan 28 har Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa penerimaan keseluruhan permen karamel susu kambing dengan kemasan kertas minyak mengalami penurunan secara drastis, dengan nilai sebesar,0-2. dengan kriteria suka sampai dengan netral selama penyimpanan 28 hari. Permen karamel susu kambing menggunakan kemasan plastik juga mengalami penurunan namun tidak sebanyak pada kemasan kertas. Permen karamel menggunakan kemasan alumunium foil mengalami penurunan respon penerimaan keseluruhan pada penyimpanan 7 hari dan 1 hari, namun mengalami peningkatan pada penyimpanan 21 dan 28 hari. Penerimaan keseluruhan yang paling baik terhadap permen karamel susu kambing selama penyimpanan 28 hari terdapat pada permen karamel susu kambing yang menggunakan kemasan alumunium foil, kemudian diikuti dengan kemasan plastik dan kemasan kertas. Hal ini dikarenakan kemasan alumunium foil lebih bisa mempertahankan sifat kimia, mikrobiologi dan organoleptik permen karamel susu kambing ini sesuai dengan syarat mutu permen karamel SNI 357.2 tahun 2008. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diambil adalah jenis kemasan alumunium foil selama penyimpanan 28 hari pada suhu ruang, merupakan jenis kemasan yang paling dapat mempertahankan sifat kimia, mikrobiologi, dan organoleptik permen karamel susu kambing dengan kriteria rata rata kadar air 5,81% b/b, kadar abu 0,95%b/b, kadar gula reduksi 2,26% b/b, total kapang dan khamir 0,9 x 10 2 koloni/gram, total mikroba 2,83 x 10 2 koloni/gram, serta sifat warna coklat, tekstur lunak, rasa manis serta aroma netral. Dimana sifat sifat tersebut memenuhi standar SNI Permen Karamel No. 357. 2 tahun 2008 DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical Chemist. Washington D.C. Buckle, K. A, R. A. Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono). Dewi, A. 2009. Teknologi Pengolahan Susu (Karamel Susu). http:// www.blogspot.com//dewi/teknologi/p engolahan/susu. Diakses pada tanggal 1 April 2011 Dotulong, V. 2009. Nilai Proksimat Sosis Ikan Ekor Kuning (Caesio sp.) berdasarkan 12 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Susilawati dan Dewi Jenis Casing dan Lama Penyimpanan. Jurnal Pasifik. Vol. 1():5006 509 Dwiari, S. 2008. Teknologi Pangan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan Penuntun Praktikum Laboratorium Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Faridah, A. 2008. Patiseri. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta. Saleh, Eniza. 200. Dasar PengolahanSusu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Kembang Gula Karamel. SNI Permen Karamel No. 357. 2 tahun 2008. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. 198. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian edisi ketiga. Liberty. Yogyakarta. Supardi, I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung. Syarief, R., S. Sassya, dan B.S.T. Insyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Winarno, F.G dan B. S. Laksmi, 1982. Kerusakan Bahan Pangan Dan Cara Pencegahannya. Ghalia Indonesia,.Jakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 13