LD NO.2 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 14 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR.6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI. 3. Undang...

GUBERNUR DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

hukum daerah secara terencana, terpadu dan terkoordinasi;

BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN BANTAENG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

4&L Jk Am /L. GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PRODUK HUKUMDAERAH

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH I. UMUM Pembentukan Peraturan Daerah merupakan pelaksanaan dari amanat Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa "Pemerintahan Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan". Peraturan Daerah tentang Pembentukan Peraturan Daerah didasarkan pada pemikiran bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan, harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain, dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam menyelaraskan pengaturan dengan undang-undang nasional, Pemerintah Daerah harus berupaya mengambil bagian dalam pembangunan hukum, melaui perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara terencana, terpadu dan sistematis. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pedoman 35

36 Pembentukan Peraturan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 5 Tahun 2010 tentang Mekanisme Penyusunan Program Legislasi Daerah, merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Namun demikian, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dicabut dan tidak berlaku lagi. Hal itu berimplikasi pada kedua Peraturan Daerah tersebut, yang harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan berpedoman pada Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan Daerah ini merupakan penggabungan antara substansi Pengelolaan Prolegda dan Pembentukan Peraturan Daerah. Adapun alasan penggabungan adalah: 1. Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda berkaitan dengan pengaturan mengenai perencanaan pembentukan Peraturan Daerah. Prolegda merupakan awal dari rencana Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibuat dengan tujuan agar pembuatan Peraturan Daerah terencana dan berdasarkan prioritas, sehingga tidak leluasa lagi untuk diubah atau diganti di tengah tahun anggaran; 2. Pembentukan Peraturan Daerah merupakan pedoman bagi penyusunan Peraturan Daerah yang sudah direncanakan dalam Prolegda; 3. Peraturan Daerah tentang Prolegda dan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Peraturan Daerah merupakan satu kesatuan perencanaan dalam pembangunan hukum di Kabupaten Garut. Penggabungan kedua Peraturan Daerah tersebut sejalan dengan konstruksi yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Secara umum, Peraturan Daerah ini memuat materi-materi pokok yang disusun secara sistematis, terarah dan terencana, yang dilandasi oleh asas pembentukan Peraturan Daerah. Diatur pula mengenai jenis, hierarki, dan materi muatan Peraturan Daerah. teknik penyusunan, pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah, pengundangan, penyebarluasan dan partisipasi masyarakat dalam pembentukan Peraturan Daerah. Tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan, serta pengundangan merupakan langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dalam pembentukan Peraturan Daerah. Selain materi baru tersebut, juga diatur mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik yang dimaksudkan untuk semakin memperjelas pentingnya dibentuk Peraturan Daerah yang didasarkan pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ketentuan ini memberikan penegasan bahwa Peraturan Daerah merupakan subordinasi dari peraturan perundang-undangan nasional, sehingga tidak bisa memuat substansi yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi hierarkhinya. 37

Namun demikian, mengingat daerah memiliki potensi dan kekhasan yang berbeda satu sama lain, maka substansi Peraturan Daerah dapat memuat kondisi kekhasan Daerah, sepanjang sesuai dengan kewenangan. Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan "memberikan beban kepada masyarakat" misalnya membebankan pembayaran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang dimaksud dengan "mengurangi kebebasan masyarakat" misalnya kaidah pelarangan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu. Yang dimaksud dengan "membatasi hak masyarakat" misalnya pembatasan kebebasan untuk mengekspresikan hak yang dimilikinya, karena adanya pertimbangan sosial. Yang dimaksud dengan "melindungi masyarakat dan memberikan jaminan kepastian hukum," menegaskan bahwa Peraturan Daerah merupakan subsistem dari hukum nasional, sehingga peran dan fungsi Peraturan Daerah antara lain yaitu memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum kepada masyarakat. 38

Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Yang dimaksud dengan "hal-hal yang merupakan atribusi atau delegasi dari Peraturan Daerah lain atau peraturan perundang-undangan yang herarkhinya lebih tinggi," yaitu bahwa dalam substansi Peraturan Daerah, terdapat restriksi yang tidak boleh dilanggar, yaitu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, karena Peraturan Daerah sendiri merupakan atribusi atau delegasi dari Peraturan Daerah lain atau peraturan perundang-undangan yang herarkhinya lebih tinggi. Yang dimaksud dengan "penetapan pembiayaan Daerah" misalnya Peraturan Daerah tentang APBD. Yang dimaksud dengan "pembentukan OPD" misalnya Peraturan Daerah tentang Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Yang dimaksud dengan "pengaturan kondisi khusus Daerah" yaitu Peraturan Daerah yang mengatur tentang potensi dan kekhasan Daerah dalam rangka daya saing Daerah. Yang dimaksud dengan "aspirasi masyarakat Daerah" yaitu Peraturan Daerah yang memuat aspirasi masyarakat sebagai bagian dari demokratisasi penetapan kebijakan, sesuai dengan kewenangan Daerah. 39

Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Huruf j Yang dimaksud dengan "kebutuhan Daerah sesuai dengan kewenangan dan kemampuan Daerah" yaitu Peraturan Daerah yang substansinya mengatur kebutuhan lokal Daerah, dengan mempertimbangkan kemampuan Daerah sesuai kewenangan. Penyusunan Prolegda dikoordinasikan oleh DPRD mempertegas bahwa fungsi legislasi berada pada DPRD. Bentuk implementasi dari ketentuan ini berupa matriks yang memuat judul Rancangan Peraturan Daerah, dasar hukum, latar belakang, tujuan, sasaran, pokok pikiran, ruang lingkup, objek, serta jangkauan dan arah pengaturan. 40

Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pembentukan Peraturan Daerah memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sistem pembentukan perundang-undangan secara nasional. Terjadinya disharmonisasi, inkonsistensi dan disorientasi peraturan perundang-undangan berakibat langsung pada Prolegda, sehingga perencanaan Prolegda tidak bisa ditetapkan untuk jangka menengah dan jangka panjang. Penetapan Prolegda dalam Keputusan DPRD menunjukkan bahwa fungsi legislasi berada pada DPRD. Skala prioritas penyusunan Prolegda merupakan upaya yang berkesinambungan dan terpadu sebagai pedoman bersama dalam pembentukan Peraturan Daerah. 41

Pasal 14 Pasal 15 Ayat (4) Yang dimaksud dengan "pengkajian dan penyelarasan" adalah proses untuk mengetahui keterkaitan materi yang akan diatur dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang vertikal atau horizontal sehingga dapat mencegah tumpang tindih pengaturan atau kewenangan. Hal ini berkaitan dengan fungsi Badan Legislasi Daerah sebagai alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi. Hal ini berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Biro Hukum dan HAM dalam menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan evaluasi di bidang perundangundangan. Tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib DPRD. 42

Pasal 16 Pasal 17 Ayat (5) Tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Peraturan Daerah. Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf a Yang dimaksud dengan "putusan Mahkamah Agung," yaitu putusan hasil uji materil (judicial review) terhadap Peraturan Daerah untuk menguji kesahihan Peraturan Daerah. Keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam harus disikapi secara responsif sehingga tidak dimungkinkan untuk memberlakukan prosedur yang berlaku secara umum. Dalam hal kegentingan yang memaksa, pembentukan Rancangan Peraturan Daerah dimungkinkan tanpa melalui Prolegda, yang dimaksudkan untuk 43

44 Pasal 18 Pasal 19 Huruf b Huruf a Huruf b Huruf c menghindari kerugian atau dampak yang lebih luas. Dalam hal-hal tertentu, kerjasama Daerah harus ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah. Dalam hal ini, maka pembentukannya dapat ditetapkan di luar Prolegda. Dalam hal-hal tertentu, Badan Legislasi Daerah bersama dengan Biro Hukum dan HAM dapat menyepakati dibentuknya Peraturan Daerah di luar Prolegda, dengan pertimbangan tingkat urgensi permasalahan dan kondisi yang dihadapi. Pada prinsipnya, keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang akan diatur merupakan bagian dari Naskah Akademik, sehingga dokumen Naskah Akademik induk dengan keterangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pada prinsipnya, Naskah Akademik yang disusun merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian di bidang hukum. Dalam hal-hal tertentu, Naskah Akademik bidang hukum dapat dilengkapi dengan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu. Naskah Akademik merupakan naskah hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga sistematika, tata cara penuangan dan substansinya harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Namun demikian, penyusunan Naskah Akademik bukan hanya merupakan domain Perguruan Tinggi. Dalam hal ini, tenaga ahli, pakar, praktisi, atau akademisi dapat membantu sebagai narasumber. Naskah Akademik dapat disusun oleh instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, konsultan ataupun lembaga lainnya yang memiliki kompetensi sesuai dengan substansi yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah. 45

Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Naskah Akademik dari SKPD Pemrakarsa merupakan pelengkap dari Naskah Akademik bidang hukum. Hal ini sesuai dengan fungsi Badan Legislasi Daerah sebagai alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi. Tata cara mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib DPRD. Ketentuan ini makin menegaskan bahwa fungsi legislasi berada pada DPRD. 46

Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Tata cara penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah ditetapkan dalam Peraturan tentang Tata Tertib DPRD. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah oleh Pemerintah bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan Daerah dan kebijakan 47

Pasal 36 48 Nasional, keserasian antara kepentingan publik dengan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauhmana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Rencana Tata Ruang Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi, dan Peraturan Daerah lainnya. Yang dimaksud dengan "Evaluasi" adalah pengkajian dan penilaian terhadap Rancangan Peraturan Daerah untuk mengetahui apakah Rancangan Peraturan Daerah dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan "difasilitasi" adalah pemberian pedoman dan petunjuk teknis, arahan, bimbingan teknis, supervisi, asistensi dan kerja sama serta monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan dan pelaksanaan peraturan daerah tentang OPD. Dalam klarifikasi, terhadap Peraturan Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku. Yang dimaksud dengan "Klarifikasi" adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan Daerah untuk mengetahui apakah Peraturan Daerah dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.

Pasal 37 Pasal 38 Ayat (4) Pasal 39 Penyempurnaan atas Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh Bupati bersama dengan Badan Anggaran. Penyempurnaan atas Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh Bupati bersama dengan Badan Legislasi Daerah. Penyempurnaan atas Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh Bupati bersama dengan Badan Legislasi Daerah. 49

Pasal 40 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pembahasan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri dilakukan oleh Panitia Anggaran DPRD bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Pembahasan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri dilakukan oleh Badan Anggaran bersama dengan Tim Asistensi. Hal ini berkenaan dengan dianutnya fictie hukum atau stelsel positif dalam pengundangan, dimana semua orang harus dianggap tahu tentang berlakunya suatu ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah. 50

Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pengundangan Peraturan Daerah tidak bisa didelegasikan atau disubdelegasikan kepada pejabat di bawah Sekretaris Daerah. Dalam hal-hal tertentu, Peraturan Daerah atau sebagian substansi Peraturan Daerah berlaku dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan "penyebarluasan" adalah kegiatan menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai Prolegda yang sedang disusun dan dibahas agar masyarakat dapat memberikan masukan atau tanggapan terhadap Prolegda tersebut. Penyebarluasan misalnya, melalui media tatap muka, media elektronik dan/atau media cetak. Penyebarluasan Prolegda dikoordinasikan oleh Badan Legislasi Daerah sebagai konsekuensi logis dari fungsi legislasi DPRD. 51

Pasal 50 Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD dilaksanakan oleh Badan Legislasi Daerah sebagai konsekuensi logis dari fungsi legislasi DPRD. Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah harus diupayakan seoptimal mungkin agar mudah diakses oleh masyarakat, sehingga Peraturan Daerah bernilai aspiratif, mengakomodasikan kebutuhan masyarakat, serta menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek Peraturan Daerah. 52 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin autentifikasi dari Peraturan Daerah, sehingga naskah Peraturan Daerah di luar yang telah diundangkan seyogyanya tidak menyebar, namun merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah.

Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Tata cara penulisan Lembaran Daerah, yaitu dengan membubuhkan tahun, nomor dan seri Peraturan Daerah. Pengajuan keberatan atas pembatalan Peraturan Daerah dilakukan dalam konteks hak uji material (judicial review). Dalam hal ini, Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang berwenang untuk melakukan hak uji material (judicial review) peraturan perundang-undangan di bawah undangundang terhadap undang-undang. Masyarakat wajib diberikan ruang yang cukup untuk menyampaikan aspirasinya dan mengekspresikan keinginannya, dalam rangka menjamin kehidupan demokrasi yang sehat. Keleluasaan bagi masyarakat dilakukan dalam seluruh tahapan perecanaan, penyusunan, pembahasan, pelaksanaan dan pengendalian. 53

Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Ayat (4) Ketentuan ini dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan dalam implementasi Peraturan Daerah. Dengan adanya ketentuan bahwa petunjuk pelaksanaan harus ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah, maka tidak terjadi rentang waktu yang cukup lama antara ditetapkannya Peraturan Daerah dengan petunjuk pelaksanaannya. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 54