Bab 7 INDERA JAUH DALAM LINGKUP PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA. Pemanfaatan Indera Jauh dalam Perencanaan Tata Ruang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5 HASIL-HASIL PENGINDERAAN JAUH. Pemahaman Peta Citra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

METODE SURVEI DESKRIPTIF UNTUK MENGKAJI KEMAMPUAN INTERPRETASI CITRA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS TADULAKO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

ISTILAH DI NEGARA LAIN

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB 2 PENGANTAR KARTOGRAFI. Pengetahuan Dasar Peta

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

11. TINJAUAN PUSTAKA Konse~ Dasar Linukunuan Permukiman Kota

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat


KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana. fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negeri Indonesia beberapa tahun kebelakang yang menyebabkan

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

ARSITEKTUR LANSKAP ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL 9/7/2014 ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap CONTOH ANALISIS TAPAK

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (S I G )

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP)

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Sistem Informasi Geografis (S I G )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

Transkripsi:

Bab 7 INDERA JAUH DALAM LINGKUP PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA Pemanfaatan Indera Jauh dalam Perencanaan Tata Ruang 110

7.1. PENDAHULUAN Materi Hasil-Hasil Penginderaan Jauh merupakan materi lanjutan dari materi Pengantar Ppengidneraan Jauh. materi di modul ini berisi materi yang memaparkan manfaat penginderaan jauh khususnya citra dalam lingkup pengembangan wilayah dan kota. Selanjutnya, pada akhir materi ini juga dibahas perbedaan peta manual dan citra. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan peta citra sebagai sumber informasi untuk mengumpulkan data. Kompetensi Materi Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari materi Pengantar Penginderaan Jauh berdasarkan kompetensi Pengembangan Wilayan dan Kota antara lain: 1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama dan etika tanggung jawab professional (KU1); 2. Menerapkan metode dan teknologi baru untuk membangun data base, menganalisis, merumuskan konsep/ model perencanaan/strategi kebijakan (KU5); 3. Mahir dalam mengaplikasikan teknologi untuk inventarisasi data base yang akurat, intpretasi dan penyusunan konsep perencanaan spasial dan aspasial (KP3); 4. Menerpakan norma, standar, pedoman dan manual/kriteria perencanaan dan perancangan wilayah dan kota (KP4); 5. Mampu bekerja secara mandiri dan kelompok (KL1); 6. Mampu berkomunikasi dan bersikap aspiratif dan responsif terhadap perkembangan IPTEKS (KL3). Selanjutnya, kompetensi mata kuliah Kartografi dan Penginderaan Jauh yang menjadi landasan dalam materi ini antara lain: 1. Kognitif : menjelaskan manfaat citra dalam lingkup ilmu pengembangan wilayah dan kota 2. Afektif : bertanggung jawab terhadap tugas, disiplin, dan bersikap sopan selama proses pembelajaran. 111

3. Motorik : mahasiswa mahir dalam menggunakan alat bantu dalam memanfaatkan citra sebagai bahan informasi untuk mengumpulkan data. Sasaran Pembelajaran Sasaran pembelajaran dari materi Pengantar Pengideraan Jauh adalah mahasiswa memahami dan menjelaskan pemanfaatan citra dalam lingkup pengembangan wilaya dan kota, serta menjelaskan perbedaan peta dan citra. Strategi/Metode Pembelajran Terdapat tiga strategi untuk mecapai sasaran pembelajaran di materi ini, yaitu: ceramah interaktif, diskusi dan belajar terstruktur. Proses pembelajaran tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga dilakukan di luar kelas. Indikator Penilaian Sama seperti materi-materi sebelumnya, indikator penilaian dalam materi ini didasari oleh tiga kompetensi yang akan diraih oleh mahasiswa, yaitu kognitif, afektif dan motorik. Masing-masing kemampuan memmiliki beberapa indikator seperti yang terlihat di dalam tabel 7.1. Tabel 7.1. Rubrik Penilaian Materi Penginderaan Jauh dalam Lingkup PWK Kompetensi Tujuan Rubrik Bobot Kognitif Pemahaman mahasiswa Menjelaskan informasi yang terhadap pemanfaatan citra terdapat dalam citra 10 dan perbedaannya dengan Menjelaskan pemanfaatan citra peta dalam lingkup PWK 10 50 Melakukan intepretasi, analisis dan evaluasi sederhana 30 Afektif Kemampuan penulisan laporan/tugas sesuai dengan standar karya tulis ilmiah Tugas dikumpulkan tepat waktu Sopan selama proses pembelajaran Kognitif Terampil dalam menggunakan alat Menjawab pertanyaan tepat sasaran 3 Ketepatan menggunakan tata bahasa 2 Penggunaan kosa kata yang tepat 2 10 Keterpaduan antar kalimat/paragraf 3 Sesuai dengan kesepakatan 10 10 Berpakaian yang sopan dan rapi 5 30 Bertutur kata yang baik 5 20 Bersikap terhadap dosen dan teman 10 Terampil dalam menggunakan alat 10 10 10 60 TOTAL 100 100 100 112

7.2. PEMBAHASAN MATERI 7.2.1. INFORMASI UNSUR-UNSUR PERKOTAAN DALAM CITRA Manfaat utama dari citra adalah sebagai bahan atau informasi yang dibutuhkan terutama dalam pengembangan wilayah dan kota. Berdasarkan informasiinformasi dari citra, seorang perencana dapat megnanalisis dan merumuskan konsep penataan wilayah dan kota. Terdapat beberapa komponen dalam perencanaan tata ruang yang memanfaat informasi citra, yaitu pemetaan, kependudukan, struktur ruang serta fungsi dan tutupan lahan. 1. Kependudukan Salah satu informasi yang diperoleh dari citra adalah distribusi penduduk atau penyebaran penduduk di suatu wilayah. Konsentrasi penduduk ditandai dengan kumpulan objek-objek berupa massa-massa bangunan. Sebagai contoh, gambar 7.1 merupakan citra Kota Makassar. Sangat jelas tergambar di dalam citra konsentrasi penduduk berada di Barat atau di lahan yang langsung berbagasan dengan laut (a). Sementara di Timur Laut Kotamerupakan lahan terbuka yang tidak berpenghuni (b). Hal tersebut dapat diidentifikasi melalui perbedaan tekstur, rona dan warna objek. b a Gambar 7.1. Citra Kota Makassar yag menunjukkan penyebaran penduduk Sumber: google earth, 2014 113

2. Struktur Ruang Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Struktur ruang merupakan susuan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal tersebut berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Gambar 7.2 menjadi contoh informasi struktur ruang yang diperoleh melalui citra. Berdasarkan citra, diketahui bahwa terdapat area yang berfungsi sebagai permukiman, perkantoran, perdagangan, fasilitas umum (lapangan olah raga) dan jaringan jalan. c a b d Gambar 7.2. Citra Kota Makassar yag menunjukkan penyebaran penduduk Sumber: google earth, 2014 3. Fungsi Lahan (land use) dan Tutupan Lahan (land cover) Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs). Lahan dikaitkan dengan sejumlah karakteristik alami, yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi (Aldrich, 1981). Dalam intepretasi citra, terdapat dua buah jenis pengamatan yang dilakukan terhadap lahan, yaitu fungsi lahan (land use) dan tutupan lahan 114

(land cover). Objek yang berada di permukaan lahan disebut penutup lahan, sebagai contoh: vegetasi, tanah, air, dan bangunan (gambar 7.3-atas). Selanjutnya, penggunaan lahan merupakan segala bentuk aktivitas manusia di atas lahan. Contoh dari fungsi lahan antara lain: permukiman, perdagangan atau komersial, jasa, industri dan ruang terbuka hijau (gambar 7.3- bawah). air bangunan bangunan aspal rumput pelabuhan permukima n perdaganga n jalanan Lapangan Gambar 7.3. Perbedaan Fungsi dan Tutupan Lahan Sumber: http://mahajinoesa.blog.com/files/2013/01/sudut-k-4-300x225.jpg, diunduh pada 25/11/2014, pukul 06:02 WITA 7.2.2. PEMANFAATAN INDERA JAUH DI BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA Setelah mengidentifikasi informasi-informasi yang tergambar di citra, seorang perencana kemudian menggunakan informasi tersebut sebagai bahan analisis, bahan perencanaan hingga bahan evaluasi. Proses analisis, perencanaan dan evaluasi pada umumnya tidak hanya menggunakan satu citra saja. Diperlukan beberapa citra yang menunjukkan perbedaan skala dan objek dalam satu kawasan. Bahkan, dalam proses evaluasi diperlukan beberpa citra yang sifatnya temporer. 115

Contoh-contoh dari beberapa proses pemanfaatan penginderaan jauh dipaparkan dalam penjelasan singkat di bawah. Materi selengkapnya akan di peroleh di luar mata kuliah ini karena memerlukan teori-teori pendukung tentang pengembangan wilayah dan kota. 1. Bahan Analisis Gambar 7.4. Perbedaan Fungsi dan Tutupan Lahan Sumber: googleearth, 2014 Berdasarkan peta citra gambar 7.4, dapat diketahui penyebaran penduduk terkonsentrasi di pesisir pantai. Hal tersebut dikarenakan air merupakan sumber kehidupan manusia. Kawasan pesisir menjadi wadah yang menyediakan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh manusia seperti hasil laut. Selain itu, kawasan pesisir juga dapat dikembangkan menjadi pelabuhan yang dapat menghubungkan sebuah kawasan ke kawasan lain. 116

2. Bahan Evaluasi Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, dalam proses evaluasi diperlukan beberapa citra yang sifatnya temporer. Beberapa citra dari masa ke masa tersebut berfungsi untuk memperlihatkan perubahan tata ruang wilayah dan kota, apakah perubahan tersebut menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Selain itu diperlukan juga dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan adalah aturan-aturan yang menyangkut tata kota seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan, Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dengan membandingkan dokumen-dokumen pendukung dengan citra yang ada, dapat diketahui apakan pembangunan wilayah atau kota telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Gambar 7.5. Citra salah satu kawasan yang akan dievaluasi di pesisir Kota Makassar Sumber: googleearth, 2014 Berdasarkan peraturan pemerintah, ruang terbuka hijau di sebuah kawasan adalah 30% dari total luas wilayah. Namun, dalam citra tergambar kawasan yang dipadati oleh bangunan yang saling berdempetan sehingga tidak terdapat jalur sirkulasi yang memadai. Struktur jalan membentuk pola organik atau tidak teratur. Karena didominasi oleh bangunan, kawasan ini tidak memiliki ruang terbuka hijau. Dengan demikian, perkembangan kawasan tidak sesuai 117

lagi dengan peraturan yang berlaku. Evaluasi berikutnya adalah tedapat bangunan yang dibangun di dalam kawasan sempadan laut. Diperlukan sebuah penataan kembali untuk meningkatkan kualitas kawasan. 3. Bahan Perencanaan Gambar 7.6. Perencanaan ruang terbuka kawasan berdasarkan pengamatan citra Sumber: googleearth, 2014 Berdasarkan hasil analisis, diperlukan sebuah penataan untuk mengatasi permasalahan kawasan. Area sempadan laut harus dibebaskan dari bangunanbangunan dan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Dengan demikian, penataan tata ruang sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kualitas fisik lingkungan dapat ditingkatkan. 7.2.3. PEMANFAATAN INDERA JAUH DI BIDANG LAINNYA Pengideraan jauh tidak hanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang pengembangan wilayah kota saja. Penginderaan jauh juga dimanfaatkan oleh mereka yang mempelajari meteorologi dan klimatologi, pertanian dan perkebunan, pertambangan dan energi, dunia hiburan, dirgantara, serta arsitektur. Berikut adalah pemanfaatan secara garis besar dari masingmasing bidang ilmu. 118

1. Meteorologi dan Klimatologi a. Melakukan perekaman terhadap pola awan untuk mengetahui bidang pergerakan tekanan udara, b. Melakukan perekaman terhadap kandungan air di udara untuk mengetahui keadaan cuaca dan iklim. 2. Pertanian dan perkebunan a. Melakukan observasi pada lahan luas, petak tanaman hingga tiap individu tanaman, b. Melakukan identifikasi jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas pengairan, kesuburan dan penyakit tanama, serta kandungan air. c. Secara berkala dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan tanaman, laju perubahan jenis tanaman, perubahan atau alih fungsi lahan pertanian, tingkat kerusakan akibat hama dan penyakit, pemilihan tanaman yang siap panen. d. Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi perkebunan, e. Perencanaan pola tanam perkebunan, f. Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan, g. Klasifikasi penggunaan lahan pertanian. 3. Kehutanan a. Monitoring batas-batas fungsi kawasan hutan, b. Identifikasi wilayah habitat satwa, c. Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat illegal loging, d. Inventarisasi potensi sumber daya hutan, e. Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan, f. Perencanaan lokasi reboisasi. 4. Pertambangan dan energi a. Inventarisasi potensi pertambangan, b. Pemetaan situasi tutupan lahan pertambangan yang akan di buka, c. Perencanaan site plan lokasi pertambangan, d. Invetarisasi lokasi pertambangan liar, e. Monitoring perubahan lahan akibat kegiatan pertambangan terbuka, f. Monitoring kegiatan rehabilitasi lahan, 119

g. Inventarisasi potensi dan perencanaan lokasi pembangkit listrik tenaga mikrohidro. 5. Dunia hiburan Visualisassi tiga dimensi permukaan bumi pada industri film dan game. 6. Dirgantara Simulasi terbang pada pelatihan pilot 7. Arsitektur a. Desain dan perencanaan tapak, b. Perbaikan proses desain, c. Monitoring proses konstruksi. 8. Pertahanan Negara a. Mendukung operasi intelijen b. Operasi tempur c. Operasi territorial d. Operasi militer selain perang. 7.2.4. PERBANDINGAN PETA DAN CITRA Peta dan citra pada dasarnya memberikan informasi mengenai segala objek dan aktivitas yang terjadi di atas permukaan bumi. Namun, terdapat perbedaan di antara keduanya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Perbedaan antara peta dan citra dapat di lihat di dalam tabel 7.2 (Sundana, 2008). Tabel 7.2. Perbandingan Peta dan Citra No Peta Citra 1 Penyajian peta yang selektif Penyajian citra penginderaan jauh tidak selektif a. Kenampakan penting yang (unselective). Apa saja yang dapat direkam oleh dipilih akan ditonjolkan secara sensor akan terlihat atau tampak, ketidakselektifan jelas, sesuai dengan tujuan ini membawa beberapa konsekuensi, antara lain: pemetaannya a. Kenampakan-kenampakan penting sulit dilihat. b. Informasi yang diperlukan telah disadap oleh pembuat peta, b. Mungkin menonjol pada kenampakan yang tidak diperlukan bagi suatu penelitian, contoh misalnya peta geologi, peta vegetasi yang tampak menonjol bagi jaringan jalan kepentingan geologi atau lainnya. c. Pengguna peta harus memiliki ketrampilan dalam membaca peta. c. Pengguna harus mempunyai ketrampilan dalam hal menyadap informasi yang diperlukan. 120

2 Merupakan hasil dari proses generalisasi. Proses ini merupakan hal yang fundamental dalam Kartografi, misalnya pada skala 1 : 50.000, terdapat kenampakkan lebar jalan 5 m. Apabila kenampakkan jalan tersebut dianggap penting maka tetap akan digambarkan dengan pembesaran (exageration). 3 Peta secara planimetrik mempunyai ketelitian tinggi, karena sifat proyeksinya yang ortogonal. Ortogonal artinya skala di berbagai bagian pada peta tetap sama, terutama pada skala besar. Sistem proyeksi peta yang digunakan mempunyai karakteristik yang sudah diketahui, terutama kesalahan (distorsi) skalanya dan faktor kesalahan bentuk 4 Meskipun telah dilakukan pengelompokkan data atau penggunaan simbol tertentu yang dapat membedakan obyek yang satu dengan obyek lain, masing-masing obyek masih dapat dibedakan warnanya sesuai dengan keinginan pembuat petai Citra penginderaan jauh merupakan gambar kenampakan yang tidak tergeneralisasi (not generalised). Misalnya pada skala 1 : 50.000, jalan dengan lebar 10 m digambarkan dengan ukuran 0,2 mm. Sekalipun ukurannya sangat kecil, kenampakan jalan tersebut masih terlihat pada citra penginderaan jauh. Pada peta skala 1 : 50.000, kenampakan jalan dengan lebar 10 m seharusnya berukuran 0,2 mm. Apabila jalan tersebut merupakan kenampakkan yang penting maka kenampakan jalan akan tetap ditonjolkan. Misalnya digambarkan dengan ukuran 1 mm. Citra penginderaan jauh mengandung ketidaktelitian dalam hal ukuran planimetriknya, terutama foto udara yang mempunyai proyeksi sentral. Walaupun hal ini tidak mengganggu interoretasi, namun dalam memplotkan hasil interpretasi pada peta akan mengalami kesulitan. Hal ini karena skalas di berbagai bagian tidak sama. Teknik-teknik memindahkan hasil interpretasi ke dalam peta memerlukan alat yang mahal, seperti rectifier, zoom transfercope, camera, stereo, plotter analytical. Analog, dan optical photograph. Warna (tone) dikandung dalam citra penginderaan jauh tergantung pada jenis spektral dan keadaan masing-masing obyek. Adakalanya refleksi rumah dan jalan yang ditangkap sensor menghasilkan rona yang sama, walaupun dapat dibedakan bentuknya. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian kebenaran interpretasinya. Selain keterangan tabel di atas, citra dalam penginderaan jauh juga memiliki kelebihan-kelebihan lain, sebagai berikut: 1. Melalui citra, pembaca dapat mengamati daerah-daerah yang sulit ditempuh, contohnya hutan dan pegunungan, 2. Citra menggambarkan objek permukaan bumi dengan wujud dan letak yang sesuai dengan kenyataannya. 3. Citra tertentu menggambarkan objek tiga dimensi jika dilihat dengan stereoskop. 121

7.3. CONTOH SOAL 1. Sebutkan dan jelaskan informasi yang dapat tergambar di dalam citra yang dapat dimanfaatkan di dalam bidang pengembangan wilayah dan kota! 2. Sebutkan dan jelaskan bentuk pemanfaatan citra dalam bidang pengembagnan wilayah dan kota! 3. Carilah citra sebuah kawasan, kemudian: a. Intepretasi komponen ruangnya! b. Lakukan proses analisis dan evaluasi terhadap ruang tersebut! 7.4. DAFTAR PUSTAKA Estes J.E. 1974. Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In: Remote Sensing Techniques for Environmental Analysis. California: Hamliton Publishing Company Lillesand, Kiefer. 1988. Penginderaan Jauh dan Intepretasi Peta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Lindgren, D.T. 1998. Land Use Planning and Remote Sensing, Doldreht: Martinus Nijhoff Publisher Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gajah Mada University Press 122