BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan. Namun, sangat disayangkan akhir-akhir ini berbagai fenomena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

tua Tentang Verbal Abuse (Kekerasan Verbal) pada Anak. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Melawan Arus Kekerasan Pada Anak & Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HJ. MARIA OLFAH, SST BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak. Nur Fajrie PGSD FKIP Universitas Muria Kudus

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan human capital atau modal sumber daya manusia dan merupakan generasi emas yang akan menentukan arah keberlanjutan Indonesia di masa depan. Namun, sangat disayangkan akhir-akhir ini berbagai fenomena negatif terjadi pada anak, antara lain adalah kekerasan seksual pada anak. Hampir setiap hari kita melihat dan mendengar kasus serupa dari berbagai daerah mulai muncul kepermukaan. Pada dasarnya Sebagai anak mereka membutuhkan peran ibu yang sesuai untuk menghindari terjadinya kekerasan seksual, yang didukung dengan pengetahuan dan komunikasi yang aktif dalam menjalakan perannya. Dibutuhkan kewaspadaan yang ekstra khusunya pada anak usia sekolah yang dimana mereka akan banyak beraktivitas di luar rumah (Khomsan, 2010), anak akan mencari jati dirinya dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Moehyi, 1996). Adapun yang dimaksud dengan kekerasan seksual pada anak itu sendiri adalah tindakan menyentuh atau mencium organ seksual anak, tindakan seksual atau pemerkosaan terhadap anak, memperlihatkan media atau benda porno, menunjukkan alat kelamin pada anak dan sebagainya (Lyness, dalam Maslihah 2006). Menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia dari tahun 2010 hingga April 2014 di Indonesia tercatat sebanyak 21.869.797 kasus pelanggaran hak anak, yang

2 tersebar di 34 provinsi, dan 179 kabupaten dan kota. Sebesar 42-58% dari pelanggaran hak anak itu merupakan kejahatan seksual seksual terhadap anak. Selebihnya adalah kasus kekerasan fisik dan penelantaran anak. Data dan korban kejahatan seksual pada anak setiap tahun terjadi peningkatan. Pada 2010 ada 2.046 kasus diantaranya 42% kejahatan seksual. Pada 2011 terjadi 2.426 kasus (58% kejahatan seksual) dan 2012 ada 2.637 kasus (62% kejahatan seksual). Pada 2013, terjadi peningkatan cukup besar yaitu 3.339 kasus, dengan kejahatan seksual sebesar 62%. Sedangkan pada Januari s/d April 2014 terjadi sebanyak 600 kasus kekerasan seksual (Saleh, 2014). Bahkan di Jawa Timur tercatat data yang dihasilkan oleh Hotline Pendidikan dan lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur mencatat kasus kekerasan seksual terhadap anak terjadi di lembaga pendidikan sepanjang tahun 2013 mencapai 409 kasus. Sedangkan tahun 2014 kasus kekerasan seksual pada anak di daerah Ponorogo sejak Januari hingga Oktober tercatat 13 kasus yang dilaporkan dan ditangani oleh Unit PPA Polres Ponorogo, yang dimana kasuskasus demikian menyebar di wilayah Ponorogo tidak hanya di satu titik. Adapun kejadiannya terdapat 2 kasus di daerah Sampung, 2 kasus terdapat didaerah Pulung, sedangkan 9 kasus lainnya terjadi di sekitar Ponorogo yaitu Babadan, Jambon, Mlarak, Jl. Arif Rahman Hakim, Jl. MT Haryono, Slahung, Sooko, dan 2 kasus terjadi di hotel (Unit PPA Polres Ponorogo, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 10 responden didapatkan peran baik 50% dan peran buruk 50% dalam mencegah kekerasan seksual pada anak,

3 dan hampir seluruhnya mempunyai peran buruk dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak. Data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa, sekitar 42%-62% dari seluruh kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia merupakan kasus kekerasan seksual dengan tempat kejadian terbanyak ada di rumah dan sekolah. Sehingga, rumah dan sekolah bukan lagi menjadi tempat yang aman bagi anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2012). Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian di SDN 4 Carangrejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, dimana tempat tersebut berada di daerah kecamatan yang pernah ada kasus kekerasan seksual, dengan letak yang strategis untuk tindakan kekerasan seksual seperti ditengah sawah dan kurangnya pengawasan dari ibu yang dapat memicu terjadinya kekerasan seksual pada anak. Melihat banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak dimana ibu yang memiliki ikatan emosional yang lebih erat terhadap anak, mempunyai tugas sebagai pengasuh, pendidik serta pelindung bagi anggota keluarganya (Effendy, 2004), diharapkan ibu dapat menjalankan perannya agar anggota keluarga khususnya anak tidak akan mengalami kekerasan seksual, yang akan berdampak seperti perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi buruk, insomnia, takut hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan (termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, dan lain-lain), masalah harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, cedera, keluhan somatik, dan depresi (Roosa, Reinholtz., Angelini, 1999). Sementara Weber dan Smith (2010), mengungkapkan

4 dampak jangka panjang kekerasan seksual terhadap anak yaitu anak yang menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak memiliki potensi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual di kemudian hari. Ketidakberdayaan korban saat menghadapi tindakan kekerasan seksual di masa kanak-kanak, tanpa disadari digeneralisasi dalam persepsi mereka bahwa tindakan atau perilaku seksual bisa dilakukan kepada figur yang lemah atau tidak berdaya. Program pemerintah terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan kekerasan ataupun kejahatan seksual terhadap anak, baik langsung maupun tidak langsung sudah dilaksanakan. Salah satunya adalah dikeluarkannya Instruksi Presiden nomer 5 tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan seksual pada Anak (GN-AKSA), melalui edukasi, sosialisasi, pencegahan, perlindungan, respon cepat, rehabilitasi dan penegakan hukum. Termasuk juga di dalamnya mengembangkan konsep pengasuhan berkualitas. Konsep pengasuhan atau parenting ini yakni bagaimana orangtua dalam mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap perkembangannya. Pengasuhan ini erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu, dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental maupun emosi dan sosial anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (Ranti, 2014). Ditinjau dari program pemerintah diatas sangat perlunya peran orangtua terutama ibu yang dibutuhkan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. Peran ibu sebagai pelindung serta pengawas dalam hal ini dengan upaya ibu

5 harus meluangkan waktu, memberikan perhatian, kasih sayang serta dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, emosi dan sosial anak. Ibu sebagai orang terdekat anak dituntut untuk berperan lebih aktif lagi, terutama pada pendidikan di dalam rumah, yang merupakan faktor terpenting, dengan menyiapkan anak agar mereka memiliki kepribadian yang kuat (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2012). Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : Peran Ibu dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak usia sekolah (6-12 tahun). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana peran ibu dalam mencegah kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun)?. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui peran ibu dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menuju kembali pelaksanaan dalam pemberian pendididkan kesehatan atau penyuluhan pada orangtua khususnya ibu tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun).

6 2. Bagi peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian yang dicapai dan mendapat informasi mengenai peran dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun). 3. Bagi IPTEK Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah peran ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun). 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi responden Memberi wawasan terhadap orang tua terutama ibu untuk lebih memperhatikan kegiatan dan memberikan waktu cukup dengan anak sehingga anak tidak akan mencari perhatian atau mendapat pengaruh buruk dari orang lain. b. Bagi pelayanan kesehatan Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk berperan aktif dalam meningkatkan peran ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun). c. Institusi pendidikan Sekolah Sebagai sumber atau masukan informasi terbaru tentang ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah (6-12 tahun).

7 d. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut melakukan penelitian kembali dengan menindak lanjuti hal lain yang berkaitan dengan pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah(6-12 tahun). 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain: 1. Play teraphy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual pada anak (Sri Maslihah, 2013), ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study). Subyek penelitiannya adalah anak yang mengalami kekerasan seksual. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bahwa kejadian kekerasan atau pelecehan seksual yang dilakukan pelaku kepada subyek terjadi lebih dari satu kali dan semua kejadian terjadi pada siang hari, saat rumah subyek dalam keadaan kosong atau tidak ada orang dewasa. 2. Hubungan Terpaan Pemberitaan Kekerasan Seksual Pada Anak dengan Kecemasan Ibu Rumah Tangga (Fitria Kurnianingrum, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara terpaan pemberitaan kekerasan seksual pada anak di televisi dengan kecemasan ibu rumah tangga di Surabaya. Penelitian ini menggunakan teori S O R. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasional yaitu metode untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Dalam

8 menganalisis data menggunakan metode Rank Spearman, kemudian dilakukan pembuktian hipotesis menggunakan ttest. Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data dengan melakukan uji korelasi, di dapat nilai 0,1152 yang berada pada hubungan yang sangat rendah. Sementara hasil uji hipotesis, ternyata hasil uji t didapat thitung (1,1480) lebih kecil dari ttabel (1,980) yang artinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan kekerasan seksual pada anak di televisi dengan kecemasan ibu rumah tangga. 3. Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual (M. Anwar Fuadi, 2011), penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Data dalam penelitian ini juga menggunakan dokumen tertulis dan tidak tertulis untuk memberikan informasi tambahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan prosedur analisis dan intepretasi data, dengan hasil penelitian ini didapatkan bahwa kekerasan seksual yang terjadi tidak sesederhana dampak psikologisnya. Korban akan diliputi perasaan dendam, marah, penuh kebencian yang tadinya ditujukan kepada orang yang melecehkannya dan kemudian menyebar kepada obyek-obyek atau orang-orang lain. Meskipun ketiga penelitian di atas mengkaji tentang masalah kekerasan seksual pada anak, ketiga penelitian tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, baik dari segi obyek, tempat, jenis penelitian, variabel ataupun tahun penelitian.

9