BAB I PENDAHULUAN. yang teridentifikasi di pelayanan kesehatan dasar dan di pusat-pusat pelayanan. kekerasan yang dialaminya karena berbagai alasan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi anak. Namun, kenyataannya justru

KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. peran guru tersebut sangat penting bagi kemajuan di bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anak perempuan dan 980 merupakan anak laki-laki. 1 Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

: Arining Tyas Dwi Marbawani : Penilaian kompetensi ranah afektif dikaitkandengan partisipasi belajar biologi dan kompetensi ranah psikomotor siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang. melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

JURNAL STUDI KASUS PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pelanggaran mendasar atas hak-hak anak. Tekanan fisik dan emosi yang. yang mereka alami bukan karena kehendaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

I. PENDAHULUAN. tanggung jawab yang telah diembankan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kekerasan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Survei tahun 2009 di Provinsi

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, baik dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosi maupun sikap

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap anak. Berdasarkan data Komisi Nasional PerlindunganAnak Indonesia

Katalog Universitas Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun. UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

Bab 5. Ringkasan. antara munculnya fenomena futoukou dengan school culture yang berlaku di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

DAFTAR PUSTAKA. Anak [cited 2014 des 1]. Available from: 4. Supeno, Hadi. Kriminalisasi Anak. Jakarta: Gramedia Media Pustaka

BAB VI PENUTUP. bawah umur yang berlaku di Kota Batam ; Sebagaimana berlaku di seluruh

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan terhadap anak di sekolah merupakan masalah global terkait hak asasi manusia. Kasus kekerasan terhadap anak di sekolah yang teridentifikasi di pelayanan kesehatan dasar dan di pusat-pusat pelayanan rujukan termasuk kepolisian merupakan fenomena gunung es, karena belum menggambarkan jumlah seluruh kasus yang ada di sekolah. Hal ini disebabkan banyak korban dari tindak kekerasan tidak mengadukan tindak kekerasan yang dialaminya karena berbagai alasan. Kekerasan terhadap anak didik/murid sangat bertentangan dengan tujuan dan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diatur dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Karena kekerasan tidak mungkin membentuk watak kepribadian siswa menjadi lebih baik, justru kekerasan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan akan melahirkan kekerasan baru nantinya. Bahkan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tidak mentolerir adanya kekerasan terhadap anak di sekolah. Undang-Undang Perlindungan Anak Pasal 54 menyebutkan : Anak di dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. 1 1

2 Berdasarkan data di Komisi Nasional Perlindungan anak untuk kasus kekerasan anak di sekolah sepanjang 2013 mencapai jumlah 3.379. Sebanyak 16% atau 565 kasus diantaranya pelakunya adalah anak-anak. Pada awal semester 2014 ada 1.626 kasus kekerasan terhadap anak, 26% atau 455 kasus diantaranya pelaku kekerasan adalah anak-anak. 2 Berdasarkan hasil survey KPAI tahun 2012 di 9 provinsi mengenai kasus kekerasan di sekolah terdapat lebih dari 1000 orang siswa, baik tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA, menunjukkan 87,6% siswa mengaku pernah mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan fisik, seperti dijewer, dipukul, maupun kekerasan psikis seperti dibentak, dihina, diberi stigma negatif. Sebaliknya 78,3% anak juga mengaku pernah melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang berat. 3 Dari penelitian sebelumnya mengenai karakteristik individu yang berhubungan dengan perilaku kekerasan pada siswa sekolah lanjutan tingkat atas di Jakarta Timur diperoleh hasil penelitian siswa sekolah yang melakukan kekerasan terbanyak usia 17 tahun. 4 Sedangkan data dari BP3AKB Jateng korban kasus kekerasan terhadap anak terbanyak berusia 13-18 tahun dengan pendidikan SLTA sejumlah 171 kasus yang terlapor di tahun 2014. Untuk kasus di Kota Semarang sendiri data dari BP3AKB Kota Semarang kasus terbanyak untuk kasus kekerasan terhadap anak juga terbanyak dialami oleh usia 13-18 tahun yakni terdata 11 kasus di tahun 2014 dengan pendidikan korban SLTA sebanyak 4 kasus. Namun kasus yang terlapor di BP3AKB

3 tersebut belum spesifik menunjukkan kejadian kasus kekerasan terhadap anak di sekolah. 5 Berdasarkan uraian di atas maka dianggap perlu melakukan penelitian mengenai karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di kota Semarang. Siswa SMA dipilih sebagai subjek penelitian karena di usia tersebut merupakan usia dimana anak mencari aktualisasi diri dan terjadi perubahan psikologis seperti emosi tidak stabil, ingin melawan dan mendapat kebebasan dan pada usia tersebut dianggap dapat terlibat secara aktif sebagai pelaku maupun secara pasif sebagai korban pada kasus kekerasan yang terjadi di sekolah dengan karakteristik kekerasan yang lebih beragam. Kurikulum siswa SMA lebih banyak difokuskan pada teori dalam bentuk belajar di kelas walaupun tetap disisipkan jam praktikum dari matapelajaran yang diajarkan sehingga aspek psikomotor kurang terasah dibandingkan dengan anak SMK dimana dari hal tersebut karakteristik kekerasan yang muncul dapat berbeda. 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas disusun permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang?

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui insidensi kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang. b. Mengetahui karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang. c. Mengetahui dampak kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan tentang karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah. 1.4.2 Manfaat untuk sekolah

5 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi sekolah agar lebih melakukan pengawasan terhadap adanya tindak kekerasan terhadap anak di sekolah sebagai upaya preventif. 1.4.3 Manfaat untuk bidang kesehatan Sebagai wacana dan dasar ilmu dalam pengembangan puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak. 1.4.4 Manfaat untuk penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.5 Orisinalitas Penelitian Penelitian mengenai kekerasan di sekolah telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya pada penelitian ini dilakukan dengan subjek siswa SMA di Kota Semarang. Pada penelitian ini lebih menilai karakteristik kekerasan yang terjadi di sekolah. Tabel 1. Orisinalitas Penelitian No. Peneliti Judul Penelitian Jenis Penelitian 1. Andini Pratiwi Senioritas dan Perilaku Kekerasan di Kalangan Siswa Deskriptif Tempat : Tangerang Selatan Hasil Penelitian - Bentuk kekerasan yang dilakukan: fisik, verbal, psikologis. Subyek : Siswa SMP PGRI 1