(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

KAJIAN TINGKAT PERTUMBUHAN DAN TINGKAT PERKEMBANGAN KECAMATAN UMBULHARJO (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: TESTY TRIANI KARTIKASARI L2D 002 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

ABSTRAK Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Keterbatasan luas lahan yang ada di kota menyebabkan kota akan mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota. Aspek yang berkaitan langsung adalah penggunaan lahan kekotaan khususnya perubahan arealnya (Yunus, 2000). Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami perkembangan cukup pesat. Perkembangan ini akan membawa pengaruh pada daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Kecamatan Umbulharjo sebagai daerah pinggiran Kota Yogyakarta bagian selatan merupakan salah satu daerah yang mengalami perkembangan fisik. Pertumbuhan yang terjadi di Kecamatan Umbulharjo dari waktu ke waktu, mengakibatkan perkembangan fisik yang terjadi di daerah ini cukup pesat sebagai dampak dari perkembangan fisik Kota Yogyakarta. Kecamatan ini mempunyai pertumbuhan penduduk yang paling tinggi diantara kecamtan lain namun ternyata kepadatannya terendah. Bertambahnya jumlah penduduk ini mengakibatkan bertambahnya pula variasi mata pencaharian, tingkat pendidikan dan meningkat pula jumlah penduduk usia produktif. Keberadaaan lahan pertanian yang semakin lama semakin menyusut digantikan dengan lahan permukiman dan bertambahnya kebutuhan akan fasilitas umum. Dari fenomena tersebut dapat diperkirakan bahwa perkembangan fisik Kota Yogyakarta dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan tingkat perkembangan Kecamatan Umbulharjo Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat pertumbuhan dan perkembangan Kecamatan Umbulharjo dengan mengidentifikasi masing-masing kelurahan dan melihat arah perkembangannya berdasarkan analisis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan analisis skoring berdasarkan empat indikator pertumbuhan yaitu tingkat pertumbuhan perubahan lahan, tingkat pertumbuhan peningkatan jumlah fasilitas kekotaan, tingkat pertumbuhan interaksi sosial dan tingkat pertumbuhan kependudukan berdasarkan kepadatan penduduk, penduduk non pertanian, penduduk usia produktif dan jumlah penduduk migrasi yang masuk. Perkembangan Kecamatan Umbulharjo dari tahun 1996 dan tahun 2002 terjadi stagnasi perkembangan yang cenderung sudah mengalami perkembang lebih dahulu seperti Kelurahan Smaki dan Kelurahan Mujamuju namun pada kelurahan yang tingkat perkembangannya lambat seperti Kelurahan Giwangan justru berpotensi untuk lebih berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya ketersedian lahan non terbangun, banyaknya fasilitas kekotaan, besarnya interaksi sosial dan peningkatan aspek kependudukan di masing-masing kelurahan tersebut. Arah perkembangannya pun mulai kearah selatan mengikuti tingkat perkembangan yang lebih cepat. Hal ini dipengaruhi oleh daya sentripetal yeng merupakan gerak kedalam dari penduduk yang menyebabkan terjadinya pemusatan dalam hal ini adalah keempat indikator tingkat pertumbuhan Adapun rekomendasi bagi pemerintah antara lain adalah pemerintah harus memperhatikan lahan pertanian yang produktif harus tetap dipertahankan dan diberdayakan dengan sebaiknya walaupun perkembangan Kecamatan Umbulharjo juga dipengaruhi oleh perubahan lahan dari non terbangun seperti lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Kelurahan yang berada di sebelah selatan seperti Kelurahan Pandeyan, Sorosutan,Warungboto dan Giwangan yang dapat berpotensi sebagai pusat pertumbuhan yang baru agar lebih diawasi pertumbuhannya agar dapat berkembang dengan lebih terarah. Kata kunci: Pertumbuhan, Perkembangan, Kecamatan Umbulharjo

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar belakang Suatu daerah tepi kota dan daerah luar kota dengan kota sebagai intinya yang berkembang cepat menjadi kota dan memungkinkan perluasan kesegala penjuru merupakan satuan ideal bagi perencanaan perkembangan kota (Rahardjo; 115). Kota dapat terbentuk karena adanya beberapa elemen pembentuk kota seperti jumlah penduduk, karya, wisma, suka, marga, penyempurna. Jika salah satu dari elemen tersebut tidak ada maka suatu daerah kurang dapat disebut sebagai kota. Dalam suatu pola sistem perkotaan, pola umum menunjukkan pada suatu proses dimana fungsi perkotaan dan penduduk cenderung kepada pemusatan tata ruang pada tahap-tahap awal pembangunan pada suatu perkembangan kota. Teori-teori khususnya sosiologi kekotaan selalu menyatakan bahwa kota pada awalnya adalah desa, yakni desa yang telah mengalami perkembangan. Tidak setiap desa dapat berkembangn menjadi kota. Ada sejumlah faktor atau persayaratan tertentu yang mendorong desa berubah menjadi kota. Diantara sekian faktor itu yang terpenting adalah bahwa desa menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan atau pusat industri.menurut cooley seorang sosiologi amerika, didaerah-daerah tempat perhentian atau pergantian transportasi seperti misalnya pelabuhan, stasiun KA terakhir dan semacamnya adalah merupakan daerah-daerah pusat perkembangan (Rahadjo,1983) Dalam suatu wilayah yang luas keterkaitan antara faktor-faktor penduduk dan faktorfaktor sosial ekonomi dapat dengan mudah diwujudkan. Pola perpindahan penduduk dalam wilayah dapat diarahkan dalam sistem angkutan dan pola perubahan penggunaan tanah yang mengaitkan tempat tinggal dengan tempat kerja. Dua faktor penyebab perubahan penggunaan lahan tersebut di atas, menurut penelitian Agus Suryanto (2002) adalah faktor konsentrasi penduduk dan faktor kebutuhan ketersediaan fasilitas social ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan adanya karakteristik dan tingkat kemajuan yang berbeda yang disebabkan karena keadaaan penduduk dan dasar hidup masyarakat desa yang berbeda. Maju mundur perkembangan suatu daerah dapat tergantung pada beberapa faktor antara lain potensi daerah yang mencakup potensi sumber alam dan potensi penduduk warga desa, interaksi antara desa dan kota serta lokasi desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami perkembangan cukup pesat. Identitas Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata ternyata mempunyai pengaruh besar pada proses diversifikasi ekonomi perdesa- an. Desa-desa di sekitar Kota Yogyakarta telah mengalami proses perubahan cepat dalam struktur mata pencaharian penduduk ke arah jasa-jasa perdagangan yang memiliki kaitan kuat dengan 1

2 peranan Kota Yogyakarta sebagai pusat pariwisata dan pendidikan. Salah satu persoalan penting dihadapi oleh kota Yogyakarta dalam perkembangan mutakhir adalah masalah perkembangan fisik kota. Kota makin menghadapi tantangan untuk meluaskan wilayah tata ruang kota sebagai akibat dari perubahan penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan penduduk semakin mendesak. Meningkatnya perubahan demografis yang secara dinamis terus meningkat telah mendorong meningkatnya kebutuhan penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan permukiman dan perumahan maupun kepentingan fasilitas social ekonomi Agus Suryanto dalam kajiannya tentang perubahan penggunaan lahan di Kota Yogyakarta pada tahun 1959-1996, telah membuktikan bahwa secara historis telah terjadi perubahan luas penggunaan lahan tiap masa sehingga terjadinya perkembangan wilayah fisik kota pada setiap periode, dan periode 1959-1996 merupakan periode percepatan perkembangan fisik yang paling tinggi dibanding dengan periode sebelumnya (Suryanto, 2002). Sejak 1756 hingga 1996 kota Yogyakarta secara berangsur-angsur mengalami perkembangan luas wilayah kota dari luas semula 359.55 Ha menjadi 6687.99 Ha. pada masa yang terakhir. Perbandingan kecepatan perkembangan pada setiap periode dapat disimak, terutama pada periode pertama 1756-1824 dan periode akhir 1987-1996. Pada periode pertama 1576-1824, yang berlangsung selama 68 tahun, telah terjadi penambahan luas fisik kota seluas 764.59 Ha. Hal ini berarti bahwa rata-rata kecepatan perkembangan lahan pada setiap tahunnya adalah 11.24 Ha. Sementara itu, pada periode 1987-1996, yang berlangsung dalam waktu 9 tahun, kota Yogyakarta telah memperoleh penambahan luas lahan sebesar 2025.78 Ha, yang berarti bahwa pada setiap tahunnya telah terjadi kecepatan perkembangan sebesar 225.09 Ha. Ini merupakan suatu kecepatan perluasan wilayah kota yang cukup besar bagi kota Yogyakarta yang dipengaruhi oleh faktor konsentrasi penduduk dan faktor kebutuhan ketersediaan fasilitas social ekonomi. Faktor konsentrasi penduduk adalah kepadatan penduduk dalam satuan Jiwa per Km2 pada masing-masing kecamatan. Sebagai contoh pada tahun 1987 jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Gondokusuman (59.739 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualaman (15.439 jiwa). Pada tahun 1996 jumlah tertinggi di Kecamatan Gondokusuman (71.058 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualam (14.282 jiwa). Sementara itu kepadatan penduduk tertinggi antara lain terdapat di Kecamatan Gedongtengen (26.781 jiwa per Km2) dan Kecamatan Danurejan (26.689 jiwa per Km2), adapun kepadatan terrendah adalah terdapat di Kecamatan Umbulharjo (7.328 jiwa per Km2) dan Kecamatan Kotagede (8.329 jiwa per Km2). Faktor penyebab kedua adalah faktor fasilitas social ekonomi yang mendorong perubahan penggunaan lahan pertanahan kota, antara lain mencakup segi-segi kebutuhan sebagai berikut: Penambahan lahan untuk permukiman dan perumahan. Perluasan dan penambahan panjang jalan untuk fasilitas sarana transportasi. Fasilitas perdagangan, yaitu jumlah pasar, pertokoan, Swalayan, Mall, dan sebagainya

3 Fasilitas pendidikan, yaitu gedung persekolahan Fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik dan tempat-tempat untuk pengobatan. Fasilitas peribadatan, yaitu mesjid, mushala dan gereja atau yang sejenis Fasilitas kelembagan yaitu perkantoran baik swasta maupun pemerintah. Fasilitas olah-raga Fasilitas hiburan, seperti gedung bioskop, gedung kesenian, dan gedung-gedung pertemuan ataupun perhelatan dan yang sejenis. Kecamatan Umbulharjo sebagai daerah pinggiran Kota Yogyakarta bagian selatan merupakan salah satu daerah yang mengalami perubahan pada perkembangan fisiknya yang cukup pesat. Perkembangan fisik Kecamatan Umbulharjo perlu mendapat perhatian terkait dengan dampak perkembangan Kota Yogyakarta karena dapat mempengaruhi arah perkembangan Kecamatan Umbulharjo. Kemudahan interaksi antara Kecamatan Umbulharjo dengan Kota Yogyakarta telah memungkinkan terjadinya mobilitas penduduk harian dari dan ke Kota Yogyakarta. Hal ini berdampak juga pada banyak penduduk usia produktif yang mengalami peningkatan aktivitas mobilisasinya sehingga berdampak pada jumlah penduduk yang semakin meningkat karena asksesibilitas Kecamatan Umbulharjo yang cukup baik terhadap Kota Yogyakarta. Hal tersebut juga berdampak pada tekanan penduduk atas lahan pertanian dan mendorong terjadinya perubahan-perubahan di sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari keadaan daerah ini yang ternyata masih terdapat banyak lahan untuk pertanian. Namun keberadaan lahan pertanian tersebut dari waktu ke waktu semakin menyusut luasnya karena digunakan untuk kegiatan non pertanian. Kecamatan Umbulharjo sebagai daerah pinggiran Kota Yogyakarta bagian Selatan, yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul, mengalami perkembangan fisik yang cukup dinamis sebagai dampak perkembangan kota. Didukung oleh letaknya yang strategis, ketersediaan lahan yang masih luas, topografi daerah yang datar serta memiliki aksessibilitas yang mudah, menjadikan daya tarik tersendiri bagi Kecamatan Umbulharjo dalam menarik orang-orang untuk tinggal disana. Adanya interaksi antara Kecamatan Umbulharjo dengan Kota Yogyakarta mengakibatkan terjadinya interaksi pada masing-masing daerah di Kecamatan Umbulharjo. Interaksi tersebut menimbulkan daya tarik menarik antar masing-masing daerah yang di pengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak terhadap masing-masing daerah di Kecamatan Umbulharjo sehingga menimbulkan potensi penduduk dan berkembangnya Kecamatan Umbulharjo menjadi sebuah kota. Dengan mengkaji perkembangan kota berdasarkan potensi penduduk diharapkan dapat memberikan arahan dalam penataan ruang sehingga proses perubahan tersebut dapat berlangsung sesuai dengan tahapan yang benar.