Performansi Internet Protocol Television (IPTV) pada Jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan Mode Time Division Duplex (TDD)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

BAB I PENDAHULUAN I-1

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

ANALISIS KUALITAS JARINGAN INTERNET BERBASIS HIGH SPEED DOWNLINK PACKET ACCESS (HSDPA) PADA WILAYAH URBAN DI KOTA MALANG DENGAN METODE DRIVE TEST

Alfi Zuhriya Khoirunnisaa 1, Endah Budi Purnomowati 2, Ali Mustofa 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

PERFORMANSI SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULIPLE ACCESS PADA TEKNOLOGI RADIO OVER FIBER

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Fading Lintasan Jamak Terhadap Performansi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA MODULASI ASK PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE (AWGN)

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

Pengenalan Teknologi 4G

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET. Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja

ANALISIS KINERJA IPv6 UNTUK APLIKASI VIDEOPHONE PADA JARINGAN UMTS (Universal Mobile Telecommunication system)

A I S Y A T U L K A R I M A

ANALISIS LAYANAN VOIP PADA JARINGAN MANET DENGAN CODEC YANG BERBEDA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Kajian Implementasi Standar Long-Term Evolution (LTE) pada Sistem Komunikasi Taktis Militer

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI SUBSCRIBER STATION BERBASIS STANDAR TEKNOLOGI LONG-TERM EVOLUTION

BAB I PENDAHULUAN I-1

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

ANALISA THROUGHPUT PADA LAYANAN DATA DI JARINGAN GPRS

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh:

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

PERANCANGAN JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) UNTUK LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN STANDAR WIFI G

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa yang akan datang teknologi komunikasi satelit akan bertambah

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan semakin luasnya jangkaun internet hingga ke pelosok-pelosok pedesaan.

IMPLEMENTASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN HSUPA (HIGH SPEED UPLINK PACKET ACCESS) DENGAN MEDIA IPv6 MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET MODELER v.14.

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI DAN TRAFFIK JARINGAN HFC (HYBRID FIBER COAXIAL) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

Transkripsi:

1 Performansi Internet Protocol Television (IPTV) pada Jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan Mode Time Division Duplex (TDD) Dahniar Pepy Lestari, Endah Budi Purnomowati, Gaguk Asmungi Abstract Iptv with real-time data is highly sensitive to packet lost and late if connection iptv not so quickly. Therefore, iptv use the Internet Protocol ( IP ) to pass through the delivery of broadband network to digital television signals that have high speed data. In a thesis these are iptv data sent to 7 user in the condition of silence with the distance between enodeb with user different. Every user order packet audio video iptv of 7807 bytes. Performansi discussed is performansi iptv on a network LTE use the TDD mode with parameters signal to noise ratio, capacity of canal, bit error rate, probability of packet loss, delay end to end, throughput. The result analysis proving that iptv can be applied to the LTE network use TDD mode. Performansi iptv the worst at distance from enodeb to the user is 7000 m and at the frequency of 2,6 GHz, the value of SNR 68,1809 db, capacity of canal 452,98 Mbps, BER, probability of packet loss 0,1349, delay end to end 0,34 s, throughput 201,14 Mbps. A value on every parameters it has been up to the standards the value set. Index Terms IPTV, LTE, TDD. Abstrak - IPTV dengan data real-time sangat sensitif terhadap paket yang hilang dan terlambat jika koneksi IPTV tidak begitu cepat. Maka dari itu, IPTV menggunakan Internet Protocol (IP) melewati jaringan broadband untuk pengiriman sinyal televisi digital yang mempunyai kecepatan data tinggi. Pada skripsi ini data IPTV dikirim kepada 7 user dalam kondisi diam dengan jarak antara ENodeB dengan user yang berbeda-beda. Tiap user memesan paket audio video IPTV sebesar 7807 byte. Performansi yang dibahas adalah performansi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD yang meliputi parameter signal to noise ratio, kapasitas kanal, bit error rate, probabilitas packet loss, delay end to end, throughput. Hasil analisis membuktikan bahwa IPTV dapat diterapkan pada jaringan LTE mode TDD. Karena untuk performansi IPTV terburuk pada jarak dari ENodeB ke user adalah 7000 m dan pada frekuensi 2,6 GHz, nilai SNR 68,1809 db, kapasitas kanal 452,98 Mbps, BER, probabilitas packet loss 0,1349, delay end to end 0.34 s, throughput 201,14 Mbps. Nilai pada setiap parameter itu telah memenuhi standar nilai yang ditetapkan. Kata Kunci IPTV, LTE, TDD. Dahniar Pepy.L merupakan lulusan Program Sarjana Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya dengan alamat korespodensi Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 167 Malang telp. 0341-665144. Kedua penulis berikutnya adalah dosen Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang I I. PENDAHULUAN PTV adalah layanan tahap lebih lanjut dari bentuk interaksi multimedia yang ada saat ini. IPTV menawarkan hal-hal baru sebagai berikut, broadcast televisi dan video dengan akses internet, content on demand, interaksi multimedia dengan kecepatan true broadband, kualitas layanan (quality of service) dan kualitas pengalaman (quality of experience) bagi pelanggan. Layanan IPTV yang interaktif dan real time, maka kebutuhan bandwidth pada IPTV cukup besar. Maka dari itu, IPTV membutuhkan jaringan broadband untuk pengiriman sinyal televisi digital yang mempunyai kecepatan data yang tinggi. [1] LTE adalah jaringan broadband yang berkembang sekarang. LTE dapat memberikan radioaccess datarate yang tinggi untuk downlink 100 Mbps dan uplink 50 Mbps, low-latency dan throughput yang tinggi. Teknologi ini juga mendukung penyebaran bandwidth yang fleksibel. [2] Jaringan LTE didukung oleh teknologi multiple accsess Time Division Duplex (TDD). Pada interface ENodeB dengan user memungkinkan untuk transfer data hingga 100 Mbps. Operasi mode Time Division Duplex (TDD) digunakan karena operasi ini dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam pelayanan transmisi data yang tinggi. TDD juga mempunyai bandwidth yang tinggi dan fleksibel tergantung jenis data yang dikirim, sehingga cocok dengan layanan IPTV yang yang bersifat inherently resource intensive, yang memiliki fluktuasi kebutuhan bandwidth yang relatif tidak dapat diprediksi dan dalam suatu saat dapat memiliki tingkat concurrency (permintaan program secara bersamaan) yang tinggi. Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui performansi IPTV pada jaringan LTE 3GPP release 8 yang menggunakan mode TDD dengan parameter signal to noise ratio, bit error rate, probabilitas packet loss, kapasitas kanal, throughput, delay end to end dengan jarak antara ENodeB dengan user yang berbeda. A. Metode Penelitian II. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dengan mengumpulan data sekunder berupa spesifikasi LTE release 8, IPTV dan frekuensi LTE TDD yang kemudian diolah dengan software matlab 7.04. Pada skripsi ini data IPTV

2 dikirim kepada 7 user dalam kondisi diam. Parameter yang akan dibahas pada skripsi ini meliputi signal to noise ratio, kapasitas kanal, bit error rate, probabilitas packet loss, delay end to end, throughput. Dengan merubah jarak antara ENodeB dengan user sejauh 1000 m 7000 m. Berikut langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan performansi yang diinginkan : E. Performansi IPTV pada jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan mode Time Division Duplex (TDD) Gambar 1. Diagram Alir Perhitungan Performansi B. Internet Protocol Television (IPTV) Arsitektur IPTV terdiri dari IPTV Data Center, Jaringan Broadband, Home Network.[3] Codec IPTV yang digunakan adalah códec H.264/AVC untuk video dan G.719 untuk audio. Audio codec menggunakan G.719 dengan data rate sebesar 32 kbps 128 kbps, delay codec sebesar 40 ms, frame rate 33 ms. [4] Video codec menggunakan H.264/AVC dengan data rate sebesar 1750 kbps dan frame rate 33 ms untuk jenis layanan televisi SD multicast dengan delay codec sebesar 150-300 ms. [5] C. Long Term Evolution (LTE) Bandwidth per kanal pada jaringan LTE 1,25 20 MHz. Modulasi yang digunakan pada LTE adalah QPSK, 16 QAM. 64 QAM. [6] Keseluruhan arsitektur LTE disebut dengan 3GPP Evolved Packet System (EPS) yang terdiri dari 4 bagian yaitu User Equipment (UE), Evolved - UMTS Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN), Evolved Packet Core (EPC) dan Interface jaringan. D. Time Division Duplex (TDD) TDD dapat bekerja pada frekuensi uplink dan downlink yang sama tetapi dialokasikan ke dalam slotslot waktu yang berbeda dan saling dipisahkan oleh selang waktu (guard time). Pesan yang disampaikan pada TDD dikirimkan menggunakan frekuensi pembawa yang sama, sehingga pembagian arah transmisi lebih cepat, mudah, dan efisien. Gambar 2. Pemodelan Sistem 1). Bandwidth Aplikasi IPTV Bandwidth total IPTV adalah jumlah bandwidth yang dibutuhkan IPTV untuk mengirimkan aplikasi IPTV yang berupa paket video dan audio.menghitung kebutuhan bandwidth pada IPTV, pada skripsi ini menggunakan jenis codec video H.264/AVC dengan data rate sebesar 1750 kbps, frame rate 33 ms dan jenis code audio G.719 dengan data rate sebesar 128 kbps, frame rate 33 ms. (1) : Bandwidth total (bps). : Bandwidth audio (bps). : Bandwidth video (bps). 2). Signal to Noise Ratio Signal to Noise Ratio merupakan perbandingan antara daya yang diterima oleh penerima terhadap noise yang timbul pada saat proses propagasi. [7] (2) : signal to noise ratio (db) : daya yang diterima oleh penerima (mw) : daya noise pada saluran transmisi (mw) 3). Bit Error Rate (BER) Bit Error Rate atau yang disebut juga probabilitas bit salah adalah peluang besarnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data. Probabilitas bit salah ini dipengaruhi oleh jenis modulasi, bit rate pada modulasi yang digunakan, dan Energy Bit to Noise Ratio (Eb/No) pada sistem. Jenis modulasi yang digunakan pada skripsi ini adalah QPSK, 16 QAM dan 64 QAM. a). Bit Rate Bit rate pada modulasi adalah kecepatan pengiriman informasi melalui media transmisi. [8] (3) : banyaknya bit pada suatu jenis modulasi : bandwidth jaringan yang dipergunakan (Hz) : bit rate (bps) b). Energy Bit-to-Noise Ratio Energy Bit to Noise Ratio adalah perbandingan energi sinyal per bit terhadap noise [8] (4) jadi, Nilai dari probabilitas bit salah dapat diperoleh dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan modulasi sinyal yang digunakan.

3 Modulasi QPSK Pada modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) terdapat 2 bit dalam tiap simbolnya.[9] : probabilitas bit salah Modulasi 16 QAM Pada QAM, amplitudo dan fasa sinyal carrier berubah terhadap perubahan amplitudo sinyal informasi. Pada modulasi ini terdapat 4 bit tiap simbolnya. : probabilitas bit salah pada modulasi QAM M : jumlah sinyal, untuk modulasi 16-QAM nilai M = 2 4 = 16 Modulasi 64 QAM Pada modulasi ini terdapat 6 bit tiap simbolnya. : probabilitas bit salah pada modulasi QAM M : jumlah sinyal,untuk modulasi 64-QAM nilai M = 2 6 = 64 4). Kapasitas Kanal Kapasitas kanal adalah kemampuan kanal untuk mentransmisikan berapa banyak data yang dapat dikirim. Kapasitas kanal dipengaruhi oleh besar SNR pada jaringan dan bandwidth yang digunakan. (8) ; Kapasitas kanal (Mbps) B : bandwidth pada jaringan (Hz) SNR : Signal to Noise Ratio sistem 5). Probabilitas Packet Loss Packet loss adalah jumlah paket yang hilang pada waktu pentransmisian dibandingkan dengan jumlah paket yang dikirm. Probabilitas packet loss dipengaruhi oleh panjang paket yang dikirim dan probabilitas bit error pada sistem yang digunakan. Probabilitas packet loss penerapan aplikasi IPTV pada LTE, ditentukan berdasarkan pada probabilitas packet loss pada jaringan LTE dan sever. (9) dimana: = probabilitas packet loss IPTV = probabilitas packet loss pada jaringan LTE = probabilitas packet loss pada server 6). Delay End to End Delay end to end adalah total waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk mengirim data dari server sampai ke user. Delay end to end untuk aplikasi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD terdiri dari delay codec dan delay jaringan LTE. (10) a). Delay Codec Delay codec adalah waktu yang dibutuhkan tiap paket data untuk mengubah suatu sinyal input menjadi (5) (6) (7) nilai biner atau bit bit dan mengubah nilai biner atau bit bit menjadi suatu sinyal output seperti yang dikirimkan. (11) = delay codec IPTV (s) = delay codec audio (s) = delay codec video (s) b). Delay pada Jaringan LTE Gambar 3 Delay pada Jaringan LTE (12) Delay Proses Delay proses pada jarngan LTE meliputi delay enkapsulasi dan delay dekapsulasi. Delay enkapsulasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menambahkan keseluruhan header pada sebuah paket. Sedangkan delay dekapsulasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan keseluruhan header dari sebuah paket. (13) (14) = delay enkapsulasi (s) = delay dekapsulasi (s) W frame = panjang paket data di node (byte) = panjang data(byte) C = kecepatan pemrosesan data (bps) Delay Transmisi Delay transmisi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah informasi untuk meletakkan keseluruhan bit informasi pada media transmisi.[9] (15) = delay transmisi (s) = panjang paket data di node (byte) C = kecepatan transmisi kanal (bps) Delay Propagasi Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk merambatkan paket data melalui media transmisi. (16) = delay propagasi (s) = panjang jarak antar node (m) = kecepatan media gelombang propagasi m/s Delay Antrian Delay antrian adalah waktu dimana paket data berada dalam antrian untuk ditransmisikan. (17) : delay antrian (s)

4 : kecepatan pelayanan paket (paket/s) : kecepatan kedatangan paket (paket/s) : faktor utilitas Sedangakan kecepatan pelayanan paket: (18) C : kapasitas kanal (bps) L : panjang paket data (bit) dan kecepatan kedatangan paket digunakan persamaan : (19) Delay paketisasi dan depaketisasi Delay paketisasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk memaketkan data audio dan video. Delay ini hanya terjadi sekali di source informasi. Sedangkan delay depaketisasi adalah waktu yang dibutuhkan penerima untuk mengubah paket-paket yang diterima menjadi data yang bisa dibaca. (20) (21) : besar paket yang diterima (byte) : kapasitas kanal transmisi (bps) 7). Throughput Throughput adalah kecepatan maksimum jaringan saat tidak ada data yang hilang pada pentransmisiannya atau banyaknya data yang diterima dengan benar oleh user.[9] Throughput dipengaruhi oleh probabilitas packet loss, delay transmisi. (22) Simbol merupakan konstanta propagasi : : Throuhgput (paket/s) : probabilitas packet loss : delay transmisi (s) : delay propagasi(s) III. PENGUJIAN DAN ANALISA (23) Pada bab ini akan dilakukan perhitungan dan analisis data terhadap performansi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD pada proses downlink dimulai dari transmitter sampai user. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari spesifikasi jaringan LTE dengan mode TDD, dan spesifikasi codec yang digunakan pada IPTV. Perhitungan dan analisis data yang akan diamati meliputi parameter parameter Signal to Noise Ratio (SNR),,Kapasitas Kanal,Bit Error Rate (BER), Packet Loss, Delay, Throughput. A. Perhitungan kebutuhan Bandwidth pada IPTV Bandwidth total IPTV adalah Sehingga besar paket data audio dan video adalah sebagai berikut: P va-t = header + (X LV + X LA ) = 480 + ( + ) = 62454 bit = 7807 byte B. Perhitungan dan Analisis Signal to Noise Ratio (SNR) pada Jaringan LTE dengan mode TDD SNR pada jaringan LTE ini dipengaruhi oleh link budget pada jaringan LTE dengan mode TDD. Sehingga didapatkan daya noise pada saluran transmisi dan daya terima yang didapat oleh penerima dengan bandwidth sistem 20 MHz, frekuensi jaringan 2,3 GHz dan 2,6 GHz, jarak antara ENodeB ke user 1000 m 7000 m. Maka sesuai persamaan 2, didapat nilai SNR. Gambar 4 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user dengan SNR Jaringan Dapat dianalisis: Pada frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, semakin jauh jarak antara ENodeB ke user maka SNR pada jaringan itu akan semakin kecil. SNR pada frekuensi 2,3 GHz lebih besar daripada SNR pada frekuensi 2,6 GHz. C. Perhitungan dan Analisis Kapasitas Kanal pada Jaringan LTE dengan mode TDD Sesuai dengan persamaan 8, maka besar kapasitas kanal dengan bandwidth 20 MHz, frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, panjang jarak ENodeB ke user 1000 m 7000 m adalah Gambar 5 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user dengan Kapasitas Kanal Dapat dianalisis: Pada frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, semakin jauh jarak antara ENodeB dengan user, maka semakin kecil kapasitas kanal pada sistem. Kapasitas kanal pada frekuensi 2,3 GHz lebih besar daripada kapasitas kanal pada frekuensi 2,6 GHz.

5 D. Perhitungan dan Analisis Bit Error Rate (BER) pada Jaringan LTE dengan mode TDD Maka, dengan menggunakan persamaan 3 7, didapatkan probabilitas bit error dengan tipe modulasi yang berbeda dengan bandwidth sistem 20 MHz, frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, jarak antara ENodeB dengan user 1000 m 7000 m adalah Untuk nilai probabilitas packet loss total pada modulasi QPSK dan 16 QAM hampir sama, dikarenakan probabilitas packet loss jaringannya sama-sama bernilai kurang dari. F. Perhitungan dan Analisis Delay End to End IPTV pada Jaringan LTE dengan mode TDD Delay end to end untuk aplikasi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD terdiri dari delay codec dan delay jaringan LTE. Maka, dengan menngunakan persamaan10-21, didapatkan probabilitas delay end to end dengan bandwidth sistem 20 MHz, frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, jarak antara ENodeB dengan user 1000 m 7000 m adalah Gambar 6 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user yang berbeda dengan BER pada modulasi QPSK, 16 QAM, 64 QAM Dapat dianalisis: Untuk besar nilai probabilitas bit salah yang paling tinggi terletak pada modulasi 64 QAM, pada frekuensi 2,6 GHz dengan jarak antara ENodeB ke user 7000 m yaitu sebesar. Dilihat dari perhitungan bit rate, modulasi 64 QAM lebih cepat untuk mentransmisikan data yaitu sebesar 120 Mbps, yang kedua bit rate pada modulasi 16 QAM yaitu sebesar 80 Mbps, dan bit rate yang paling kecil pada modulasi QPSK yaitu sebesar 40 Mbps. E. Perhitungan dan Analisis Probabilitas Packet Loss IPTV pada Jaringan LTE dengan mode TDD Maka, dengan menggunakan persamaan 9, didapatkan probabilitas packet loss dengan tipe modulasi yang berbeda dengan bandwidth sistem 20 MHz, frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, jarak antara ENodeB dengan user 1000 m 7000 m adalah Gambar 8 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user yang berbeda dengan Delay End to End Dapat dianalisis : Jika dilihat dari hasil perhitungan maupun grafik, ketika perubahan panjang jarak antara ENodeB dengan user, delay end to end nya hampir konstan. Sebenarnya delay itu berubah, tetapi perubahannya sangat kecil. Untuk rata rata besar delay end to end IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD adalah 0,34 s. Besar delay itu memenuhi standar delay end to end sesuai dengan referensi International Telecommunications Union (ITU) G.1010 untuk aplikasi multimedia yang interaktif seperti aplikasi pada IPTV yaitu kurang dari 1s. [11] G. Perhitungan dan Analisis Throughput IPTV pada Jaringan LTE dengan mode TDD Maka, dengan menggunakan persamaan 22-23, didapatkan throughput dengan tipe modulasi yang berbeda dengan bandwidth sistem 20 MHz, frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz, jarak antara ENodeB dengan user 1000 m 7000 m adalah Gambar 7 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user yang berbeda dengan Probabilitas Paket Loss Total pada modulasi QPSK, 16 QAM, 64 QAM Dapat dianalisis : Untuk probabilitas packet loss terendah adalah pada modulasi QPSK, probabilitas packet loss yang terendah kedua adalah pada modulasi 16 QAM. Probabilitas packet loss tertinggi adalah pada modulasi 64 QAM yaitu 0,1349. Dan itu masih memenuhi standar packet loss yang ditetapkan THIPON yaitu dibawah 15%. [10] Gambar 9 Grafik hubungan antara perubahan panjang jarak ENodeB ke user yang berbeda dengan throughput dengan modulasi QPSK, 16 QAM

6 Dapat dianalisis : Nilai throughput dengan modulasi QPSK hampir sama dengan nilai throughput dengan modulasi 16 QAM. Tetapi sebenarnya, nilai throughput pada modulasi QPSK lebih besar daripada nilai throughput pada modulasi 16 QAM, meskipun selisihnya sangat kecil. Nilai throughput pada ketiga tipe modulasi ini yang paling kecil adalah 201,14 Mbps. Nilai throughput ini masih diatas standar throughput yang ideal pada jaringan LTE yaitu 100 Mbps, maka throughput dengan ketiga tipe modulasi ini masih memenuhi kriteria. [12] IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis untuk performansi IPTV pada jaringan LTE dengan menggunakan mode TDD, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1). Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan merubah jarak dari ENodeB ke user sejauh 1000 m 7000 m, frekuensi jaringan 2,3 GHz dan 2,6 GHz, maka diperoleh hasil performansi IPTV terburuk pada jarak dari ENodeB ke user adalah 7000 m dan pada frekuensi 2,6 GHz. Nilai SNR 68,1809 db. Nilai kapasitas kanal 452,98 Mbps. Nilai BER dengan menggunakan modulasi 64 QAM. Nilai probabilitas paket loss 0,1349 dengan menggunakan modulasi 64 QAM. Probabilitas paket loss itu masih dibawah standar paket loss yang ditetapkan THIPON, yaitu 15%. [10] Nilai delay end to end 0.34 s. Delay end to end itu masih dibawah standar delay ITU.T G.1010 untuk aplikasi multimedia interaktif yaitu dibawah 1s.[11] Nilai throuhgput 201,14 Mbps dengan menggunakan modulasi 64 QAM. Nilai throughput ini masih diatas standar throughput ideal pada jaringan LTE yaitu 100 Mbps. [12] 2). Parameter pada poin 1a, 1b, 1c digunakan untuk menghitung parameter pada poin 1d, 1e, 1f. Dari penjelasan parameter point 1d, 1e, 1f, maka dapat diketahui bahwa IPTV dapat diterapkan pada jaringan LTE dengan menggunakan mode TDD. 3). Semakin jauh jarak antara ENodeB dengan user maka: Nilai SNR semakin kecil. Pada jarak 7000 m 69,2458 db dan jarak 1000 m db untuk 2,3 GHz, Nilai kapasitas kanal semakin kecil. Pada jarak 7000 m 460,06 Mbps dan jarak 1000 m Mbps untuk 2,3 GHz, Nilai BER semakin besar. Pada jarak 7000 m (QPSK), (16QAM), (64QAM) dan jarak 1000 m (QPSK), (16QAM), (64QAM) untuk 2,3 GHz. Nilai probabilitas packet loss semakin besar. Pada jarak 7000 m (QPSK), (16QAM), (64QAM) dan jarak 1000 m (QPSK), (16QAM), (64QAM) untuk 2,3 GHz. Nilai delay end to end semakin besar. Pada jarak 7000 m 0,34387 s dan jarak 1000 m s untuk 2,3 GHz. Nilai throughput semakin kecil. Pada jarak 7000 m 299,92 Mbps (QPSK), 299,92 Mbps (16QAM), 212,68 Mbps (64QAM) dan jarak 1000 m 303 Mbps (QPSK), 303 Mbps (16QAM), 295 Mbps (64QAM) untuk 2,3 GHz. 4). Parameter pada poin 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f menunjukan bahwa semakin jauh jarak antara ENodeB ke user maka performansi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD akan semakin menurun. B. Saran Saran yang diberikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada skripsi ini adalah : 1). Berdasarkan analisis, didapatkan performansi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD paling buruk (masih memenuhi standar) pada jarak dari ENodeB ke user adalah 7000 m. Kondisi ini dapat dimanfaatkan dengan mendirikan pemancar LTE dengan jarak jangkau sampai 7000 m dengan kondisi LOS. 2). Untuk pengembangan skripsi ini dapat dilakukan dengan menganalisis performansi IPTV pada jaringan LTE dengan TDD dalam kondisi NLOS. DAFTAR PUSTAKA [1] (www.telkom.co.id) [2] Holma, Harri, Antti Toskala. 2009. LTE for UMTS - OFDMA and SC FDMA Based Radio Access Ebook. New York : John Wiley & Sons, Inc. [3] O Driscoll, Gerard. 2007. Next Generation IPTV Service And Technologies. New Jersey : A Jhon Wiley Sons & Sons, Inc. [4] ITU T. 2009. Media coding toolbox for IPTV Audio and video Codecs. Geneva : Audio codecs and was approved at the ITU-T Study Group 16 meeting. [5] Ramirez, David. 2008. IPTV Security. UK : Jhon Wiley Sons & Sons, Ltd. [6] Khan, Farooq. 2009. LTE For 4G Mobile Broadband. New York : Cambridge University Press. [7] Schwartz, Mischa. 1994. Telecomunications Network: Protocols, Modeling and Analysis. New York: Addison Wesley publishing company. [8] Stallings, William. 2005. Wireless Communication and Networks. Pearson Education, Inc. [9] Schwartz, Mischa. 1987. Computer-Communication Network Design and Analysis. USA : Addison Wesley Pub. [10]THIPON. 1998. Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service (QoS). FRANCE : ETSI [11] ITU T G.1010 [12]Martin Sauter, 2008. Beyond 3G Bringing Networks, Terminals and the Web Together.Germany :John Wiley & Sons Ltd

7