PELUANG DAN TANTANGAN ATAS KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

: Institute Of Southeast Asian Studies

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk, tingkat pengangguran, keadaan sosial budaya, kemajuan. per kapita ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kerja sama ekonomi internasional

BAB IV KESIMPULAN. -Peter M. Haas. Council on Foreign Relations, < >, diakses pada , 1993, p.78.

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Untuk memulai hal tersebut akan dipaparkan contoh yang sangat sederhana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

PROPOSAL. Pelatihan Peningkatan Wawasan dan Kemampuan Teknis Aparatur Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Informasi mengenai ASEAN Community

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I. Pendahuluan. Terdapat berbagai macam definisi mengenai UMKM. Berdasarkan Undangundang

MODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : )

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Transkripsi:

PELUANG DAN TANTANGAN ATAS KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Inda Rahadiyan 1, Karina Amanda Savira 2 Abstrak : Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)? Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam keikusertaan MEA, di antaranya adalah faktor jumlah penduduk dan faktor letak geografis. Kata-kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, peluang, tantangan 1. PENDAHULUAN Komitmen para pemimpin negara Asia Tenggara dalam rangka membentuk masyarakat ASEAN (ASEAN Community) sebagaimana tercantum di dalam Visi ASEAN 2020 1 telah memasuki tahapan baru pasca tercapainya kesepakatan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada pertemuan Bali Concord II. 2 Berbagai pertemuan terkait pembentukan MEA terus dilakukan secara berkesinambungan oleh para pemimpin negara ASEAN. Salah satu hasil kesepakatan penting yang dicapai adalah mengenai percepatan rencana Penulis 1. Penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu dan Strata Dua pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Kini penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. 2. Penulis adalah mahasiswa aktif pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. 1 Mengenai ini baca: ASEAN Vision 2020, http://www.aseansec.org/1814.htm 2 Mengenai ini baca: Bali Concord II, http://www.aseansec.org/15159.htm pembentukan MEA yang semula diagendakan pada tahun 2020 kemudian disepakati akan dilaksanakan pada tahun 2015. 3 Sebagai suatu bentuk liberalisasi ekonomi regional, MEA memiliki karakteristik utama yang meliputi; (1) pasar tunggal dan basis produksi tunggal, (2) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. 4 Berdasarkan pada karakteristik yang demikian maka sistem perekonomian kawasan Asia Tenggara akan benar-benar menyatu dengan sistem perekonomian global. Integrasi sistem perekonomian dalam konteks demikian tentu memiliki implikasi terhadap peluang 3 Kesepakatan ini dicapai pada KTT ASEAN ke-12 bulan Januari tahun 2007. 4 ASEAN Economic Community Blueprint, http:www.//asean.org V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 15

dan tantangan yang dihadapi oleh setiap negara anggota termasuk Indonesia. Tujuan utama yang hendak dicapai melalui pembentukan MEA adalah terwujudnya pasar tunggal (single market) dan basis produksi tunggal (production base) yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global. 5 Dalam kaitan ini, aliran bebas barang merupakan salah satu instrumen utama bagi terbentuknya pasar tunggal itu sendiri. Aliran bebas barang akan terwujud melalui berbagai aktivitas perdagangan dengan melibatkan baik para pelaku usaha yang berasal dari dalam kawasan ASEAN maupun dari luar kawasan ASEAN, sehingga pemberlakuan MEA akan semakin mendorong terjadinya globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi kemudian dihadapkan pada berbagai faktor yang menjadi peluang sekaligus tantangan bagi setiap negara anggota. 6 Keikutsertaan Indonesia dalam MEA setidaknya dihadapkan pada beberapa faktor penting yang dapat dipandang sebagai peluang sekaligus tantangan. Di antaranya yakni faktor letak geografis, jumlah penduduk serta pertumbuhan kelas menengah. Pertama, Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, penduduk ASEAN mencapai angka lebih dari 600 juta jiwa dengan populasi penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 per tahun 2010. 7 Kedua, secara geografis letak Indonesia sangat strategis di kawasan ASEAN. Posisi Indonesia yang berada pada jalur lalu lintas perdagangan berpotensi memberikan peluang bagi kemajuan perekonomian. Di sisi lain, faktor lokasi geografis ini justru dapat menimbulkan tantangan seperti kemungkinan masuknya produk-produk selundupan/ilegal melalui berbagai pelabuhan. 8 Ketiga, pertumbuhan kelas menengah (middle class) di Indonesia dapat dikatakan kian meningkat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan kelas menengah ini tentunya dapat memberikan pengaruh positif bagi daya saing Indonesia di tingkat regional maupun global. Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan, maka pengkajian mengenai peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam keikutsertaan MEA menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. 5 Ibid. 6 Baca: Peranan Hukum dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi: Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 4 Januari 1997, http://www.ermanhukum.com Diakses pada tanggal 07 Februari 2015, pukul 13.34 WIB. 7 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009, 2012, http://www.bps.go.id, diakses pada tanggal 05 Februari 2015 pukul 16.05 WIB. 8 Untuk ini baca: Adrini Pujayanti, Budaya Maritim, Geo-Politik dan Tantangan Keamanan Indonesiam Bagian Ke Satu, http://www.berkas.dpr.go.id, diakses pada tanggal 15 Februari 2015, pukul 13.05 WIB. V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 16

1.1 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan dalam rangka menjawab sebuah rumusan masalah yakni bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia atas keikutsertaan Indonesia dalam MEA? 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia atas keikutsertaan Indonesia dalam MEA. 1.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam rangka menjawab rumusan masalah dalam dalam kajian ini adalah studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, serta mengkaji berbagai sumber kepustakaan yang relevan guna menjawab permasalahan penelitian. 9 2. PEMBAHASAN Kedudukan MEA Sebagai Salah Satu Bentuk Liberalisasi Ekonomi Regional Interdependence may be overused but it accurately describes our world today. Economic forces flow with great rapidity from one country to the next. Despite all the talk about 9 Baca Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif, 2006, Malang, Bayumedia Publishing. sovereignty and independence, in the fact these concepts can mislead and irrelevant when applied to the today s world economy. 10 Kutipan ini memberikan gambaran jelas mengenai kondisi perekonomian dunia dewasa ini yang menunjukkan adanya ketergantungan antar negara terlebih sejak kemunculan dan berkembangnya arus globalisasi. Saling ketergantungan (interdependensi) antarnegara pada tataran selanjutnya telah mendorong terjadinya penyatuan (integrasi) ekonomi baik dalam skala global maupun dalam skala regional. Integrasi perekonomian dunia akan diikuti oleh harmonisasi hukum. Secara historis terbentuknya World Trade Organization (WTO) didahului oleh terbentuknya blok-blok ekonomi regional seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (European Union), NAFTA, AFTA, serta APEC. Dengan demikian, tidak ada kontradiksi antara regionalisasi dengan globalisasi perdagangan. Sebaliknya, integrasi ekonomi global telah mendorong terciptanya blok-blok perdagangan baru. 11 Berbicara tentang liberalisasi ekonomi regional di kawasan Asia Tenggara tentu tidak dapat terlepas dari 10 John H. Jackson, William J. Davey and Alan O. Sykes. Legal Problems of International Economic Relations. 2002. West Group. ST Paull Minn., hlm.1. 11 Bary Hufbauer, International Trade Organization and Economies in Transition: A Glimpse of The Twenty-First Century, Law and Policy in International Business, Vol.29, 1995, hlm.108 V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 17

pembicaraan mengenai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Cikal bakal kerjasama ekonomi negaranegara Asia Tenggara diawali dengan kesepakatan pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) pada tahun 1992 yang meliputi kesepakatan di bidang perdagangan barang. Langkah liberalisasi kemudian dilanjutkan melalui kesepakatan kerjasama perdagangan bidang jasa (ASEAN Framework Agreement on Services) pada tahun 1993 dan kesepakatan bidang investasi (ASEAN Investment Area) pada tahun 1998. Upaya pembentukan integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara kemudian mencapai puncaknya melalui kesepakatan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC/MEA) pada tahun 2003. 12 MEA dibentuk dal am rangka menciptakan kawasan Asia Tenggara sebagai sebuah pasar tunggal (single market) dan basis produksi tunggal (production base) melalui pembebasan aliran barang, jasa, tenaga kerja terampil (skilled labor) serta arus penanaman modal yang lebih bebas (freer flow of capital) antar negara anggota. 13 Percepatan pembentukan MEA disepakati dalam KTT ASEAN ke-12 yang diselenggarakan pada bulan Januari 2007 melalui penandatanganan Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. Sebagai tindak lanjut atas kesepakatan tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN kemudian menginstruksikan kepada Sekretariat ASEAN untuk menyusun sebuah Cetak Biru ASEAN Economic Community 14 yang memuat empat pilar utama: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan yang berdaya saing tinggi di bidang ekonomi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang bersifat merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah serta prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Laos, dan Vietnam; (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global. 12 Chia, S.Y., 2013, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges and Prospects, ADBI Working Paper 440. Tokyo: Asian Development Bank Institute, hlm. 1, http://www.adbi.org, diakses pada tanggal 03 Februari 2015 pukul 14.40 WIB. 13 ASEAN Economic Community Blueprint, Loc.Cit. Kerjasama ekonomi MEA meliputi dua belas (12) sektor prioritas yakni: produk- 14 Dian Triansyah Djani, ASEAN Selayang Pandang, Direktur Jendral Kerjasama ASEAN, Jakarta, hlm. 33. V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 18

produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk berbahan dasar karet, tekstil, produk berbahan dasar kayu, jasa perjalanan udara, e- ASEAN, bidang kesehatan, pariwisata, serta logistik. 15 Dalam rangka menyongsong era perdagangan bebas ASEAN pada kedua belas (12) sektor sebagaimana telah disepakati, Indonesia telah menerbitkan sebuah regulasi penting yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Undang- Undang Perdagangan). Pembentukan undang-undang ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah dampak negatif atas masuknya berbagai produk impor menyusul berlakunya MEA 2015. 16 Undang-Undang Perdagangan mengatur berbagai materi muatan penting di antaranya mengenai: aturan umum perizinan bagi pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan perdagangan 17, peningkatan penggunaan produk dalam negeri 18 serta larangan pembatasan 15 ASEAN Economic Community Blueprint, Loc.cit. 16 Humprey Wangke, Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, http://www.dpr.go.id, diakses pada tanggal 12 Februari 2015, pukul 17.10 WIB. 17 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan mewajibkan pelaku usaha untuk menggunakan atau melengkapi label berbahasa Indonesia pada barang yang diperdagangkan di dalam negeri. 18 Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan barang dan jasa bagi kepentingan nasional. 19 Selain itu, kerjasama ekonomi MEA juga mencakup berbagai bidang yang meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, pengakuan kualifikasi profesional, konsultasi kebijakan ekonomi makro dan keuangan, tahapan pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan konektivitas komunikasi, pengembangan transaksi elektronik melalui e-asean, integrasi industri kawasan dalam rangka promosi sumber daya daerah, serta peningkatan peran serta sektor swasta dalam pembangunan MEA. 20 3. Peluang dan Tantangan Atas Keikutsertaan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean Indonesia sebagai salah satu negara penggagas berdirinya ASEAN 21 19 Baca: Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan 20 Mohamed Jawar Hasan, The Resurgence of China and India, Major Power Rivalry and The Response of ASEAN, dalam Hadi Soesastro dan Clara Joewon, The Inklusif Regionalist, Jakarta, Centre for Strategic and International Studies Indonesia, 2007, dalam Masnur Tiurmaida Malau, Aspek Hukum Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Ekonomi Regional: Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jurnal Recht Vinding, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2014,hlm. 165. 21 ASEAN didirikan pada tahun 1967 oleh lima negara penggagas yakni; Indonesia, Malayasia, Filipina, Singapura dan Thailand. Pada awal pendiriannya, ASEAN bertujuan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan politik antar negara anggota sehingga pada V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 19

tentu memiliki peran penting bagi kemajuan kerjasama antarnegara anggota. Dalam rangka menyongsong pemberlakuan MEA, pengetahuan mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia menjadi sangat relevan terutama guna menentukan arah kebijakan dan strategi menghadapi era liberalisasi ekonomi regional ini. Beberapa faktor yang merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam rangka menyongsong pemberlakuan MEA 2015 terutama berkaitan dengan tiga hal, yakni; jumlah penduduk, lokasi geografis, serta pertumbuhan kelas menengah. Pertama, Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk ASEAN mencapai angka lebih dari 600 juta jiwa dengan populasi penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 per tahun 2010. 22 Jumlah penduduk yang demikian besar menunjukkan adanya ketersediaan tenaga kerja sekaligus pangsa pasar yang saat itu permasalahan mengenai integrasi ekonomi regional (liberalisasi ekonomi regional) belum mengemuka. Mengenai hal ini baca: Suthipand Chirativat, Chumpron Pachusanond dan Patcharawalai Wongboonsin, ASEAN Prospects for Regional Integration and the Implications for the ASEAN Legislative and Institutional Framework, ASEAN Economic Bulletin, Vol.16 No.1 April 1999, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), http://www.jstor.org/stable/25773558, hlm. 29. 22 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009, 2012, http://www.bps.go.id, diakses pada tanggal 05 Februari 2015 pukul 16.05 WIB. menjanjikan. Dalam konteks MEA, faktor jumlah penduduk ini mampu memberikan sebuah peluang bagi Indonesia apabila dikelola dan dipersiapkan dengan baik oleh para pemangku kepentingan. Akan tetapi, faktor jumlah penduduk ini juga dapat menjadi tantangan manakala tidak dikelola dan dipersiapkan dengan baik. Tanpa diikuti dengan berbagai upaya pembangunan sumber daya manusia, faktor jumlah penduduk ini ini dikhawatirkan justru hanya akan menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kedua, sebagaimana diketahui bahwa Indonesia terletak pada posisi geografis sangat strategis di kawasan ASEAN. Posisi Indonesia yang berada pada jalur lalu lintas perdagangan berpotensi memberikan peluang bagi kemajuan perekonomian. Faktor letak geografis ini dapat menjadi peluang apabila dimaksimalkan melalui berbagai upaya seperti pembangunan kawasan pelabuhan dan pembangunan infrastruktur yang mampu menjadi penghubung antar kawasan. Akan tetapi, perlu untuk dipahami pula bahwa pada sisi yang lain faktor lokasi geografis ini justru dapat menimbulkan tantangan seperti masuknya produk-produk selundupan/ilegal melalui berbagai pelabuhan. 23 23 Untuk ini baca: Adrini Pujayanti, Budaya Maritim, Geo-Politik dan Tantangan Keamanan Indonesiam Bagian Ke Satu, http://www.berkas.dpr.go.id, diakses pada tanggal 15 Februari 2015, pukul 13.05 WIB. V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 20

Ketiga, pertumbuhan kelas menengah (middle class) di Indonesia yang kian meningkat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan kelas menengah ini tentunya dapat memberikan pengaruh positif bagi daya saing Indonesia di tingkat regional maupun global. Hal demikian dapat dipahami mengingat pertumbuhan kelas menengah akan berkorelasi positif dengan minat investor untuk menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasinya. Secara garis besar peluang yang dimiliki oleh Indonesia dalam menyongsong pemberlakuan MEA 2015, antara lain meliputi: (1) Peluang sebagai pasar potensial dunia Dengan jumlah penduduk terbesar 24 di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin ekonomi ASEAN. Jumlah penduduk yang besar dan heterogen selain menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial juga menjadikan Indonesia sebagai negara penyedia tenaga kerja terbesar di kawasan Asia Tenggara. 25 (2) Peluang sebagai negara tujuan investasi Indonesia merupakan negara tujuan investasi di kawasan Asia Tenggara. Prosentase jumlah investasi negara anggota ASEAN di Indonesia tercatat 24 Terhitung hingga tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 dari total penduduk ASEAN mencapai 633,1 juta jiwa. Lihat: http://www.bps/go.id 25 Masnur Tiurmaida Malau, Op.cit., hlm. 171. mencapai 43% 26 dari total investasi negara-negara ASEAN di negara lain. (3) Peluang sebagai negara pengekspor Berdasarkan nilai ekspor Indonesia menuju negara di luar kawasan ASEAN yang mencapai lebih dari 80% dari total kegiatan ekspor yang dilakukan maka terbuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi negara pengeksor besar di kawasan Asia Tenggara. 27 (4) Peluang yang disebabkan oleh bonus demografi Sebagai negara yang memiliki jumlah populasi terbesar di kawasan Asia Tenggara, 28 maka Indonesia berpeluang meningkatkan pendapat per kapita berdasarkan pada perhitungan jumlah penduduk usia produktif. Penduduk usia produktif diharapkan dapat turut menopang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan berkorelasi positif 26 Peningkatan jumlah investasi di kawasan Asia Tenggara ini terutama dipengaruhi oleh dilakukannya penghapusan hambatan investasi (investment barriers) melalui kesepakatan ASEAN Investment Area (AIA). Lebih lanjut mengenai AIA baca: ASEAN Investment Area, http://www.asean.org. 27 Erman Rajagukguk, ASEAN-China Free Trade Area Agreement dan Implikasinya bagi Indonesia, http://www.ui.ac.id/lib.ui.ac.id, diakses pada tanggal 07 Februari 2015 pukul 10.49 WIB. 28 Perbandingan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia dengan negara ASEAN lainnya yakni 38:100 yang berarti bahwa di dalam setiap 100 orang penduduk ASEAN usia produktif maka 38 di antaranya adalah penduduk Indonesia. Lihat: Komunitas ASEAN 2015, http://www.setneg.go.id/index.php/option, diakses pada tanggal 07 Februari 2015 pukul 10.53 WIB. V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 21

dengan kemampuan daya saing menghadapi MEA 2015 29 disamping pembicaraan mengenai peluang dan tantangan, pembicaraan mengenai kesiapan Indonesia dalam menyongsong pemberlakuan MEA 2015 juga menjadi suatu hal yang tidak kalah penting untuk disinggung. Mengenai upaya persiapan dalam rangka menyongsong pemberlakuan MEA, Hendri Saparini menyatakan bahwa kesiapan Indonesia baru mencapai 82 persen. Kondisi ini ditengarai dari empat isu penting yang perlu segera diantisipasi oleh Pemerintah. Keempat isu tersebut, yakni: 30 (1) Indonesia berpotensi untuk sekedar menjadi pemasok energi dan bahan baku bagi proses industrialisasi di kawasan ASEAN. Hal ini mengakibatkan minimnya manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam dan defisit neraca perdagangan; (2) Meningkatnya defisit perdagangan barang seiring dengan meningkatnya perdagangan jasa; (3) Pembebasan aliran tenaga kerja dapat mengakibatkan membanjirnya tenaga kerja asing; (4) Arus investasi ke dalam (5) 3. PENUTUP negeri Indonesia baik yang berasal dari dalam maupun dari luar kawasan ASEAN. Terdapat beberapa faktor yang merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia atas keikutsertaan Indonesia dalam MEA. Ketiga faktor dimaksud, yakni; (1) faktor letak geografis, (2) faktor jumlah penduduk, serta (3) faktor pertumbuhan penduduk kelas menengah. Pemerintah Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan diharapkan dapat mengelola berbagai peluang yang ada dalam rangka menghadapi era perekonomian bebas ASEAN (MEA). DAFTAR PUSTAKA BUKU John H. Jackson, William J. Davey and Alan O. Sykes. Legal Problems of International Economic Relations. 2002. West Group. ST Paull Minn. Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif, 2006, Malang, Bayumedia Publishing. Nopirin, Ekonomi Internasional, Edisi 3, 2011, Badan Penerbitan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (BPFE) Universitas Gadjah Mada. Peter Van Den Bosche, 2007, the Law and Policy of the World Trade Organization Text, Cases and Materials, Cambridge University Press. 172. 29 Masnur Tiurmaida, Op.cit., hlm. 30 Humprey Wangke, Op.cit., hlm. 8. JURNAL Bary Hufbauer, International Trade Organization and Economies in V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 22

Transition: A Glimpse of the Twenty- First Century, Law and Policy in International Business, Vol.29, 1995, Hlm.108 DATA ELEKTRONIK Adrini Pujayanti, Budaya Maritim, Geo- Politik dan Tantangan Keamanan Indonesiam Bagian Ke Satu, http://www.berkas.dpr.go.id Anonim, Komunitas ASEAN 2015, http://www.setneg.go.id/index.php/o ption Anonim, ASEAN Investment Area, http://www.asean.org. ASEAN Economic Community Blueprint, http:www.//asean.org ASEAN Vision 2020, http://www.aseansec.org/1814.htm Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009, 2012, http://www.bps.go.id Bali Concord II, http://www.aseansec.org/15159.htm Chia, S.Y., 2013, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges and Prospects, ADBI Working Paper 440. Tokyo: Asian Development Bank Institute, http://www.adbi.org Dian Triansyah Djani, ASEAN Selayang Pandang, Direktur Jendral Kerjasama ASEAN Erman Rajagukguk, ASEAN-China Free Trade Area Agreement dan Implikasinya bagi Indonesia, http://www.ui.ac.id/lib.ui.ac.id Erman Rajagukguk, Peranan Hukum dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi: Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 4 Januari 1997, http://www.ermanhukum.com Humprey Wangke, Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, http://www.dpr.go.id Suthipand Chirativat, Chumpron Pachusanond dan Patcharawalai Wongboonsin, ASEAN Prospects for Regional Integration and the Implications for the ASEAN Legislative and Institutional Framework, ASEAN Economic Bulletin, Vol.16 No.1 April 1999, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), http://www.jstor.org/stable/25773558. V o l u m e 2 N o m o r 1, D e s e m b e r 2 0 1 6 23