BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik dan bersih yang ditandai dengan peningkatan kepercayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2011).

investasi. Dalam hal ini kredit investasi merupakan bantuan yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara global tingkat perkembangan perekonomian semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. pada sektor riil. Karakteristik industri perbankan berbeda jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Disusun oleh : Irwan Budhi Setiawan B

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan,

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

I. PENDAHULUAN. lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan nasional dan internasional. Untuk mewujudkan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

BAB I QUALITY ASSURANCE SATUAN KERJA AUDIT INTERN PADA PT.BANK ABC

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tidak memiliki definisi tunggal. Menurut Forum for Corporate

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi kondisi perusahaan. keuangan perusahaan selama ini, antara lain : Metode Rasio Keuangan,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

Internal Audit Charter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pengelolaan perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan perusahaan yang telah go public di Indonesia difokuskan pada tata kelola yang baik dan bersih yang ditandai dengan peningkatan kepercayaan dan kredibilitas, karena prinsip tata kelola yang baik merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan perusahaan yang sehat. Seperti diketahui bahwa suatu siklus kegiatan pengelolaan perusahaan dimulai dari perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan hanya pada saat suatu proses telah diselesaikan (represif/postaudit) oleh auditor internal perusahaan dan biasanya menghasilkan koreksi perbaikan bagi perusahaan di masa mendatang tidak dapat memperbaiki permasalahan pada proses kegiatan berlangsung. Sedangkan pengawasan yang bersifat preventif atau pengawasan ketika proses kegiatan itu sedang berlangsung yang berupa jasa konsultasi, pemberian assurance dan mediasi atas aktivitas-aktivitas organisasi, sehingga kemungkinan ketidakpatuhan, inefisiensi dan ketidaktercapaian target dapat diminimalisir. Bertolak dari pernyataan tersebut maka dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme audit internal telah bergeser. Audit internal yang pada awalnya menggunakan pendekatan berbasis sistem, dalam perkembangan selanjutnya mulai mengalihkan perhatiannya pada pendekatan yang berbasis proses. Dahulu audit internal berorientasi pada pemeriksaan kepatuhan para

2 pelaksana (manajemen) terhadap ketentuan-ketentuan, sehingga peran audit internal hanya sebagai watchdog dan terkesan mencari-cari kesalahan manajemen. Namun, begitu dunia usaha menyadari pentingnya pengelolaan risiko, muncullah kebutuhan akan audit internal yang berbasiskan risiko. Ketika peran audit internal menjadi lebih luas, maka selain memiliki fungsi sebagai pemeriksa, audit internal juga berfungsi sebagai mitra manajemen (auditee) dan konsultan bagi kliennya (Robert Tampubolon, 2005:1-2). Dewasa ini banyak pihak semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan tata kelola yang baik. Keadaan ekonomi yang selalu berubah-ubah dan penuh ketidakpastian pun makin mendorong perbaikanperbaikan bagi peranan audit internal untuk dapat lebih berkontribusi dalam pengelolaan perusahaan dengan menggeser arah audit konvensional yang didasarkan pada pengendalian menjadi audit yang didasarkan atas risiko (risk based auditing). Dalam dunia yang selalu berkembang seperti sekarang ini, setiap aktivitas tentunya mengandung risiko. Terutama dunia bisnis yang perkembangannya sangat pesat, pesatnya perkembangan dunia bisnis ini membuat perusahaan harus selalu siap untuk menghadapi berbagai risiko yang mungkin timbul. Risiko dalam perusahaan adalah suatu hal yang harus dikelola, ketika perusahaan tidak mampu mengelola risiko dengan baik, kemungkinan perusahaan dapat menderita kerugian. Tetapi sebaliknya, jika risiko itu dapat dikelola dan dihadapi sesuai kapasitas perusahaan, bukan tidak mungkin potensi kerugian itu akan hilang

3 bahkan mungkin perusahaan dapat memperoleh peluang untuk mendapatkan keuntungan. Namun, keadaan ekonomi yang kurang kondusif belakangan karena krisis finansial tahun 2008-2009 ini berdampak buruk bagi kegiatan usaha. Ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang bangkrut seperti 165 bank di Amerika Serikat (Suara Media, 2012). Ini menunjukan bahwa perusahaan belum mengelola risiko dengan baik, bahkan mungkin perusahaan tidak benar-benar paham atas risiko yang mereka ambil. Mengingat bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang akan diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan tersebut maka melalui Peraturan Bank Indonesia No. 5 Tahun 2003, Bank Indonesia mewajibkan bank-bank umum di Indonesia untuk menerapkan manajemen risiko yang efektif. Peraturan ini mewajibkan bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik untuk bank secara individual maupun untuk bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. Dimana kewajiban ini mengharuskan pengawasan aktif dari dewan komisaris dan direksi, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit manajemen risiko, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Sebagai bank umum yang merupakan bagian dari perbankan nasional, PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk (Bank Jabar Banten) mulai menerapkan manajemen risiko sebagai bagian integral kedalam setiap aktivitas bank baik operasional maupun fungsional

4 sejak tahun 2004 dan terus melakukan perbaikan untuk mematangkan aktivitas manajemen risiko perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi mengalami gejolak. Dunia bisnis dihadapkan pada krisis likuiditas, volatilitas pasar yang tinggi, penggabungan institusi keuangan, serta krisis ekonomi di luar negeri yang berdampak pada perekonomian Indonesia (Daniri dan Simatupang, 2010). Salah satu krisis yang berdampak cukup besar bagi perekonomian terutama sektor keuangan adalah krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008 silam, yang memaksa pengetatan likuiditas perbankan sebagai imbas krisis finansial global yang mempengaruhi beberapa sektor usaha. Perbankan harus ekstra kerja keras memacu pertumbuhan usaha sekaligus menjaga tingkat kesehatannya karena ada kekhawatiran bahwa imbas krisis tersebut akan memperlambat pertumbuhan industri yang akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja massal yang bisa mendongkrak rasio kredit bermasalah (non performing loan) dimana risiko kredit merupakan risiko terbesar dalam bidang perbankan dan merupakan kesatuan dari beberapa jenis risiko yang dihadapi bank. Pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan bunga atas kredit yang diberikan kepada masyarakat (Lukman, 2005:23). Kredit yang diberikan terhadap masyarakat bukannya tanpa risiko gagal atau macet, bank tentunya akan mengalami kerugian jika nilai kredit yang gagal bayar ini terus meningkat dari satu periode ke periode yang lain. Bank Jabar Banten pun sebagai bank yang pertumbuhan kreditnya tinggi tentunya memiliki masalah kredit macet sebagaimana ditunjukan data berikut :

(Dalam Jutaan Rupiah) 5 Gambar 1.1 Grafik kualitas kredit Bank Jabar Banten 500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kredit Macet 26,41327,68059,91299,123176,292332,703 Kredit Diragukan 12,09313,33919,87519,91128,29763,953 Kredit Kurang Lancar 8,887 13,81618,21513,38198,47833,124 Total Kredit Bermasalah 47,39354,83598,002132,415303,067429,780 Kredit Macet Kredit Diragukan Kredit Kurang Lancar Sumber : Laporan keuangan publikasi Bank Jabar Banten (diolah kembali, 2012) Risiko kredit merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial bagi bank. Sebagaimana dinyatakan Ali (2006:27) Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debiturnya. Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan bahwa kredit yang diberikan oleh bank, tidak dapat dibayarkan kembali. Total kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet mulai tahun 2005-2010 mengalami fluktuatif yang cenderung meningkat. Secara keseluruhan total kredit bermasalah tiap tahun mengalami kenaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bank Jabar Banten (BJB) menghadapi tingkat risiko kredit yang tinggi dan berpotensi mengganggu pencapaian keuntungan yang diharapkan bahkan mungkin dapat menyebabkan bank menderita kerugian. Meningkatnya risiko yang dihadapi Bank Jabar Banten, tentunya selain berpotensi menggerus

6 keuntungan juga dapat menggerogoti permodalan bank jika tidak disikapi serius dengan segera. Seperti diketahui salah satu sumber dana yang dimiliki bank berasal dari penghimpunan dana pihak ketiga, jika risiko kredit yang dihadapi bank tinggi maka dikhawatirkan ketika dana pihak ketiga tersebut akan ditarik nasabah, bank mengalami kesulitan likuiditas karena pengembalian kreditnya bermasalah. Dampak selanjutnya dari meningkatnya risiko kredit adalah terhadap modal bank, setiap kali menyalurkan kredit maka kecukupan modal akan turun (Mirza Adityaswara, 2012), jika kredit yang disalurkan bermasalah tentu saja konsekuensi logisnya kecukupan modal yang tadi berkurang tidak dapat dikembalikan seperti semula dan pada gilirannya nanti tingkat kesehatan bank pun akan menurun. Jika dibiarkan tujuan bank untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan kekayaaan pemegang saham berpotensi tidak tercapai, sehingga Bank Jabar Banten perlu untuk mengidentifikasi hal ini sebagai risiko yang mengganggu efektivitas kinerja bank. Bank memerlukan pengelolaan dan pengawasan yang berbasis risiko dalam kebijakan dan pelaksanaannya terkait aktivitas penyaluran kreditnya, manajemen perlu mendapatkan informasi yang tepat dan andal agar perbaikannya tepat sasaran dan metode yang digunakan dalam penanganannya tepat. Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada bank, dalam artian bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan (Masyhud Ali, 2006).

7 Ditambah beberapa publikasi negatif yang diberitakan media massa yang tentunya berpotensi meningkatkan risiko reputasi Bank Jabar Banten sebagai bank yang tengah tumbuh. Bila perusahaan bermasalah dengan pihak pemerintahan baik penegak hukum, pemerintah maupun legislatif, urusan dengan pihak penegak hukum ini bisa dengan cepat menyeret perusahaan masuk daftar hitam dan menimbulkan masalah yang berkepanjangan, apalagi kalau masalahnya menyangkut perusahaan milik negara atau uang negara. Pemegang saham terbesar Bank Jabar Banten adalah pemerintah daerah Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, dan Kota Bandung sehingga ini akan menjadi sorotan masyarakat termasuk masyarakat pers ketika ada pelanggaran ataupun ketidakberesan dalam pengelolaannya, seperti berita mengenai penahanan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas empat tersangka dalam kasus suap terkait manipulasi pajak Bank Jabar Banten. Mereka adalah mantan Direktur Kepatuhan, Hery Achmad Bukhori dan tiga orang pegawai Direktorat Jenderal Pajak Roy Yuliandri, Muhammad Yazid dan Dien Rajana Mulya (Detik.com, 2010). Lalu berita mengenai kasus dana pinjaman senilai Rp 200 Milyar oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang kepada Bank Jabar Banten cabang Pandeglang yang melibatkan Kepala Cabang BJB Lebak Jamal Muslim (Poskota, 2010). Terakhir mengenai penyuapan mantan dirut BJB Umar Syarifudin yang memberikan uang suap atas pengurangan jumlah pajak kurang bayar BJB tahun buku 2001-2002 dan merugikan negara sebesar Rp. 51,287 Milyar (KPK, 2012). Di tengah kondisi perekonomian yang sedang berusaha bangkit ini, Bank Jabar Banten pada tahun 2010 telah mengambil langkah besar dalam pengembangan bisnisnya dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia

8 (BEI) melalui IPO (Initial Public Offering). Sebagai konsekuensi logis perubahan statusnya menjadi perusahaan publik, maka transparansi yang memadai merupakan kewajiban dalam tata kelola yang baik. Untuk itu, investor harus memiliki informasi untuk dapat mengetahui tindakan dari manajemen, agar manajemen dapat mewujudkan tujuan perusahaan dan tidak mengambil risiko berlebih. IPO yang dilakukan Bank BJB bukan langkah yang terburu-buru tetapi langkah matang yang dipikirkan secara matang oleh manajemen Bank BJB, manajemen telah melakukan perbaikan terkait masalah-masalah yang dipaparkan diatas melalui pemulihan kredit pengetatan kebijakan pemberian kredit melalui pemeringkatan risiko internal yang mengklasifikasikan debitur mulai dari rating tertinggi hingga terendah untuk mengawasi kemampuan pembayaran debitur dan menunjang sistem informasi kredit yang akurat. Selain itu Bank BJB mendapatkan Investor Award, Top Regional Bankers dari Majalah Investor tanggal 14 Desember 2010 yang membuktikan tingkat kepercayaan publik yang optimal terhadap kinerja Bank BJB. Langkah IPO yang dilakukan Bank Jabar Banten membuat kecenderungan eksposur risiko yang dihadapi akan semakin besar sehingga proses manajemen risiko harus disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank yang semakin besar sebagai dampak penguatan modal perusahaan dalam rangka mendukung ekspansi kredit, terutama sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), perluasan jaringan, dan pengembangan teknologi informasi sebagaimana tujuan penggunaan dana yang diperoleh dari penawaran umum.

9 Risiko tersebut dapat menghambat manajemen dalam mencapai tujuan pengelolaan perusahaan, yaitu untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Nilai dan kekayaan ini pada prinsipnya merupakan ekspektasi kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Variabel yang mempengaruhi nilai dan kekayaan yaitu ekspektasi arus kas dan tingkat risiko. Bila ekspektasi arus kas yang dapat dihasilkan perusahaan semakin meningkat, akan semakin meningkat pula nilai dan kekayaan pemegang saham. Sebaliknya, bila ekspektasi arus kas yang dapat dihasilkan perusahaan semakin menurun, akan semakin menurun pula nilai dan kekayaan dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat risiko, maka tingkat diskonto terhadap ekspektasi arus kas akan semakin tinggi yang berakibat semakin rendah nilai perusahaan dan kekayaan dari pemegang saham. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat risiko maka semakin tinggi nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham (Bramantyo, 2006:10). Sehingga pengelolaan risiko yang efektif oleh manajemen menjadi sesuatu yang penting dan menjadi fokus dalam proses bisnis Bank Jabar Banten dalam melakukan praktiknya sebagai bank yang telah go public agar dapat menjaga kepercayaan yang telah diberikan investor sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan. Risiko merupakan tanggung jawab dari manajemen perusahaan sehingga perusahaan perlu mengelola risiko dalam suatu kerangka manajemen risiko (IIA, 2004:2). Oleh karena itu, pengelolaan atas risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari praktik manajemen yang baik. Dengan melakukan pengelolaan risiko, tujuan dari pengelolaan perusahaan diharapkan dapat tercapai.

10 Perusahaan kini berada dalam lingkungan global, dimana tuntutannya semakin komplek untuk selalu berkembang mengikuti perubahan itu sendiri. Dengan keadaan ini maka risiko menjadi suatu elemen pokok dalam corporate governance. Oleh karena itu, audit internal dapat berperan lebih signifikan ketika perhatian para pelaku bisnis terhadap tata kelola yang baik semakin besar. Manajemen risiko sebagai suatu proses yang penting dalam perusahaan dan diartikan sebagai kebutuhan untuk mencapai pengelolaan yang lebih baik, memberikan kesempatan kepada fungsi internal audit yang sebelumnya hanya terfokus dalam pengendalian, untuk mengalihkan perhatiannya pada proses bisnis dengan fokus manajemen risiko. Dibutuhkan suatu peran audit internal untuk dapat memberikan jaminan dan konsultasi kepada manajemen dalam hal mengoptimalkan pengelolaan risiko perusahaan. Sejalan dengan hal itu auditor internal Bank Jabar Banten (BJB) memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengujian dan evaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan manajemen risiko sesuai kebijakan perusahaan sebagaimana diamanatkan dalam SK direksi PT Bank Jabar Banten. Audit intern Bank BJB diharapkan dapat membantu meningkatkan praktik manajemen risiko melalui perangkat yang dimilikinya yaitu pertama, pelaksana audit umum yang terdiri dari bagian general audit kantor pusat dan kantor wilayah yang bertugas untuk melaksanakan audit atas seluruh divisi pada kantor pusat dan kantor wilayah sedangkan general audit kantor cabang satu dan kantor cabang dua bertugas melaksanakan audit atas seluruh kantor cabang. Kedua, pelaksana audit teknologi sistem informasi yang bertugas melaksanakan audit atas sistem informasi perbankan yang diterapkan dan terakhir adalah bagian audit

11 quality assurance yang berfungsi memeriksa kualitas pekerjaan audit yang dilaksanakan kedua bagian diatas. Audit internal memiliki peran kunci dalam kaitannya dengan efektivitas manajemen risiko diantaranya adalah sebagai evaluator yang mengkaji kecukupan proses manajemen risiko dan memberikan sarana perbaikan yang diperlukan, audit internal memberikan opini kepada manajemen apakah risiko telah dikendalikan secara tepat. Auditor internal dapat menambah nilai perusahaan dengan memberikan jaminan bahwa eksposur risiko dapat dipahami dan dikelola dengan benar. Pelaksanaan audit internal harus menerapkan metode audit dengan pendekatan audit berbasiskan risiko. Hal utama dalam metodologi ini adalah adanya pemahaman yang lebih baik akan kualitas manajemen, karakteristik bisnis dan risiko yang dihadapi bank serta memastikan bahwa risiko-risiko telah diidentifikasikan dengan benar. Perubahan lingkungan bisnis yang amat cepat telah menimbulkan risiko baru, dimana diperlukan suatu pengendalian internal yang baru untuk dapat mengelola risiko tersebut. Internal audit dapat berperan proaktif dalam membangun atau meningkatkan pengendalian internal baru untuk menunjukkan nilai mereka melalui audit yang berbasis risiko. Jelas nampak bahwa ketetapan independen dan objektif dalam mengevaluasi (manajemen risiko) merupakan tugas assurance dari internal audit. Berlandaskan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai peranan audit internal yang membantu manajemen dalam mengefektifkan manajemen risiko yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Peranan

12 Audit Internal Terhadap Efektivitas Manajemen Risiko (Survei pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini merumuskan permasalahan pokok sebagai berikut: 1) Bagaimana gambaran pelaksanaan audit internal yang diterapkan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk? 2) Bagaimana gambaran pengelolaan risiko di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk? 3) Bagaimana peranan audit internal dalam mewujudkan efektivitas manajemen risiko di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman tentang peranan audit internal terhadap efektivitas manajemen risiko yang ada di Bank Jabar Banten. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pelaksanaan audit internal yang diterapkan di Bank Jabar Banten. 2) Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko di Bank Jabar Banten.

13 3) Untuk mengetahui peranan audit internal terhadap efektivitas manajemen risiko yang ada di Bank Jabar Banten. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Akademis Kegunaan penelitian pada aspek akademis, dari temuan hasil penelitian yaitu memberikan gambaran dan pemahaman yang signifikan bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lain, menyempurnakan dan mendalami kajian spesifik peranan audit internal terhadap efektivitas manajemen risiko pada Bank Jabar Banten. 1.4.2 Aspek Praktis Pada aspek praktis, penelitian ini berguna untuk memberikan beberapa rekomendasi dan masukan yang konstruktif bagi Bank Jabar Banten, sebagai salah satu informasi tambahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang mungkin ada khususnya yang menyangkut audit internal dan manajemen risiko.