GENDER, KEKUASAAN & KESEHATAN REPRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

Indonesia sebagai salah satu peserta ICPD, melaksanakan program KRR. Faktanya,

PERSPEKTIF GENDER DALAM PELAYANAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM ISLAM. Yuly Sulistyorini, S.KM., M.Kes Departemen Biostatistika dan Kependudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN TEORITIS

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

LOGO GENDER, KEKUASAAN & KESEHATAN REPRODUKSI Arisman Widyaiswara BKKBN Prropinsi DIY Disajikan pada Temu Ilmiah Widyaiswara & Peneliti tanggal 28 Februari 2009 di BKKBN Propinsi DIY

GENDER Adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi & tanggung jawab antara perempuan dan atau laki laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Secara sederhana perbedaan gender telah melahirkan perbedaan peran, sifat dan fungsi yang terpola sebagai berikut : 1. Konstruksi biologis dari ciri primer,sekunder, maskulin 2. Konstruksi sosial dari peran citra baku 3. Konstruksi agama dari keyakinan kitab suci agama.

Sub Ordinasi Stereotipy Marginalisasi Diskriminasi Gender Double Burden Violence

KEKUASAAN Adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2002) Adalah merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berfikir dan berprilaku sesuai kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti, 1992)

Kekuasaan Positif : 1. Anugerah Tuhan 2. Pemegang kekuasaan tertinggi 3. Mempengaruhi & merubah 4. Bersungguhsungguh 5. Tanpa paksaan Negatif : 1. Sifat/watak seseorang 2. Pemegang kekuasaan 3. Arogan,egois, apatis 4. Mempengaruhi & merubah 5. Ada paksaan

KESEHATAN REPRODUKSI Adalah suatu keadaan sehat fisik, mental dan sosial budaya yang utuh ( bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat saja) dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD1994)

KESEHATAN REPRODUKSI Kesjtrn,KIA B KB A E S E N Paripurna S I A C PMS, HIV AIDS L Kespro Lansia E D KRR

A KB / Keluarga Berencana Keluarga Berencana dalam hal ini adalah penggunaan alat kontrasepsi. Seperti kita ketahui selama ini ada anggapan bahwa KB adalah identik dengan urusan perempuan. Hal ini juga menunjukkan adanya budaya kuasa dalam pengambilan keputusan untuk ber-kb Dari peserta KB aktif sebanyak 425.960 peserta, peserta KB wanita sebanyak 402.017 ( 94,38% ) sedangkan peserta KB pria sebanyak 23.943 (5,62 %).

Faktor penyebab kesenjangan : 1. Lingkungan sosial budaya yang menganggap bahwa KB urusan perempuan, bukan urusan pria/suami. 2. Pelaksanaan program KB yg sasarannya cenderung diarahkan kepada kaum perempuan. 3. Terbatasnya tempat pelayanan KB pria. 4. Rendahnya pengetahuan pria tentang KB. 5. Terbatasnya informasi KB bagi pria serta informasi tentang hak reproduksi bagi pria/suami dan perempuan/istri. 6. Sangat terbatasnya jenis kontrasepsi pria. 7. Kurang berminatnya penyedia pelayanan pada KB pria.

B Kesejahteraan, Kesehatan Ibu Anak Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi ( kesehatan ibu & bayi baru lahir ) dan anak dipengaruhi oleh kesadaran dalam perawatan dan pengasuhan anak. Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor kesehatan kesehatan, antara lain : 1. Perdarahan saat melahirkan 2. Eklamsia. 3. Infeksi. 4. Persalinan macet. 5. Keguguran. Sedangkan faktor non kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan ibu yang berkaitan dengan kesehatan termasuk pola makan dan kebersihan diri.

Isu kesenjangan gender antara lain : 1, Perempuan / istri kurang mendapatkan asupan gizi. 2. Peristiwa kemhamilan dianggap sebagai peristiwa biasa. Faktor penyebab kesenjangan antara lain : 1. Budaya yg masih membedakan pemberian makanan kepada anggota keluarga. 2. Masih kurangnya pengetahuan suami dan anggota keluarga tentang perencanaan kehamilan. 3. Perempuan kurang memperoleh informasi dan pelayanan yg memadai karena alasan ekonomi maupun waktu 4. Status dan posisi perempuan yg masih dianggap lebih rendah dan tidak mempunyai posisi tawar yg kuat dalam pengambilan keputusan.

Sementara itu tahun 2008, kasus gizi buruk mencapai 0,94 persen dan 2.254 berstatus kurang gizi. Dari total tersebut, 56,39 persen berasal dari keluarga miskin, 29,50 persen karena penyakit penyerta dan 12,82 persen karena pola asuh orangtua yang salah. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY dr Bondan Agus Suyanto SE MA, Senin (11/8) di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Yogya. Karena itu Bondan mengatakan, untuk menekan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita akibat gizi buruk, diperlukan langkah optimal dari berbagai pihak. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0808/12/kesra04.html

Khusus masalah aborsi, walaupun pemerintah telah melarang tapi pada kenyataannya masih banyak aborsi yang dilakukan secara ilegal dan secara diam diam dan tidak aman misalnya dengan menggunakan jamu-jamuan, pijat, nanas dan lain lain. Hal ini akan berpengaruh dan berakibat pada kesehatan ibu juga akan dapat menyebabkan kematian ibu. WHO : keguguran atau aborsi tidak aman 750.000 s/d 1,5 juta. Dr.Biran Afandi,SPOG : 2,3 jt / thn. Aborsi > 60 % dilakukan pasangan suami istri.

Angka kematian Bayi (AKB) pada bayi usia < 1 thn. 1971 => 145 / 1000 kelahiran. 1990 => 71 / 1000,,. 2000 => 44 / 1000,,. 2006 => 25 / 1000,,. Menurut WHO (dlm pertemuan Menkes Asia 8-11 Sept.08), AKB Asean tertinggi dari 37 Juta kelahiranakb 1.3 juta, dari Kompas.com. DIY : beberapa thn terakhir kematian bayi menurun dari 24 kasus menjadi 17 kasus dan balita dari 30 kasus menjadi 19 kasus meninggal karena gizi buruk (Sinar Harapan Agustus 2008)

C PMS, HIV AIDS Dari berbagai jenis PMS yang dikenal, dampak yang sangat berat dirasakan oleh perempuan, yaitu berupa rasa sakit yg hebat pada kemaluan, panggul dan vagina, sampai pada komplikasi dengan akibat kemandulan, kehamilan diluar kandungan serta kanker mulut rahim. Faktor penyebab kesenjangan gender : 1. Pengetahuan suami/istri tentang PMS, HIV AIDS masih rendah 2. Rendahnya kesadaran suami/pria akan perilaku seksual sehat. 3. Adanya kecenderungan kelompok masyarakat/budaya yg membolehkan suami melakukan apa saja. 4. Suami/pria sering tidak mau disalahkan, termasuk dalam penularan PMS, HIV AIDS karena sikap egois & dominan pria.

Infertilitas : Adalah suatu keadaan dimana pasangan yg telah menikah dan ingin punya anak tetapi tidak dapat mewujutkannya karena ada masalah kesehatan reproduksi, baik pada suami maupun istri atau keduanya. 1. Infertilitas primer 2. Infertilitas sekunder 3. Infertilitas idiopatik Informasi menunjukkan penyebab infertilitas 40% pria, 40% wanita dan 20% kedua belah pihak.

Kesenjangan gender : Dalam kasus infertilitas, istri menjadi pihak pertama yang disalahkan, ada kecenderungan orang yang diminta oleh keluarga untuk memeriksakan diri adalah istri. 1. Norma dalam masyarakat bahwa ketidaksuburan disebabkan oleh pihak istri. 2. Superioritas suami ( merasa jantan ) sehingga dianggap selalu mampu memberi keturunan. 3. Infertilitas diindentik dengan mandul. 4. Dominasi suami/pria ( budaya kuasa )dalam pengambilan keputusan keluarga, termasuk perintah,memeriksakan diri. 5. Pengetahuan suami tentang infertilitas terbatas

Seringkali pihak suami/pria yang mengalami infertilitas, yang disebabkan oleh perilaku sendiri antara lain : 1. Merokok. 2. Penggunaan Napza. 3. Minum minuman keras/beralkohol. 4. Adanya penyakit yg disebabkan karena sering melakukan hubungan seks sebelum menikah. hal itu tanpa disadari sehingga sering menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas sperma. Padahal seorang laki laki secara normal akan mengeluarkan sebanyak antara 2 6 cc sperma dan setiap cc mengandung 20 juta ekor spermatozoa.

D Kesehatan Reproduksi Remaja Banyak orang dewasa dan tokoh pemuda tidak siap membantu remaja menghadapi masa pubertas, akibatnya remaja tidak memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi perubahan, gejolak dan masalah yang seringtimbul pada masa remaja. Hal ini dapat menyebabkan remaja sering terjebak dalam masalah fisik, psikologis dan emosional yang kadangkadang sering merugikan seperti stres, depresi, KTD, penyakit dan infeksi menular seksual. Menurut WHO batasan usia remaja 10 19 thn Berdasarkan UN ( PBB ) batasan usia remaja 15 24 thn. BKKBN menggunakan batasan usia remaja 10 24 thn

Mengapa kesehatan reproduksi dianggap penting : 1. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan reproduksi. 2. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang sering cukup berat. 3. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi seperti IMS, HIV AIDS serta kehamilan tidak diinginkan (KTD).

Sumber Masalah Kesehatan Reproduksi 1. Seks dengan sembarang orang 2. Seks tanpa alat pengaman (kondom) 3. Melakukan hubungan seksual saat perempuan sedang haid 4. Seks tidak normal, misalnya seks anal (melalui dubur) 5. Oral seks dengan penderita gonore, menyebabkan faringitis gonore (gonore pada kerongkongan) 6. Seks pada usia terlalu muda, bisa mengakibatkan kanker serviks 7. Perilaku hidup tidak sehat dapat mendatangkan penyakit (tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes melitus) yang dapat memicu disfungsi ereksi (DE) 8. Kehidupan seks menimbulkan trauma psikologis juga faktor pemicu DE

Resiko yang sering dihadapi remaja : 1. Pornografi. 2. Tekanan sebaya ( Peer Pressure ). 3. NarkobaatauNAPZA. 4. Masalah pacaran. 5. Kehamilan Tidak Diinginkan. Dalam banyak kasus kehamilan remaja yg masih sekolah (SMP dan SMA) yang jadi korban perempuan ( pihak yang disalahkan ) dan mereka dikeluarkan dari sekolah sementara yang laki laki masih bisa sekolah walaupun harus pindah. 6. Infeksi Menular Seksual dan HIV AIDS.

Lembar fakta yang diterbitkan oleh PKBI, United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan. Setiap tahun, masih menurut lembar fakta tersebut, sekitar 2,3 juta kasus aborsi juga terjadi di Indonesia dan 20 persennya dilakukan oleh remaja.

Faktor penyebab kesenjangan Gender antara lain : 1. Peran orangtua yang dominan. 2. Orangtua merasa malu bila anak perempuan terlambat menikah. 3. Faktor ekonomi. 4. UU perkawinan No. 1 thn 1974, yang mebolehkan anak perempuan menikah pada usia 16 th dan laki laki 19 thn.

E KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA Lansia atau Lanjut usia, menurut : WHO : Pra lansia Lansia Aging people BKKBN 45 54 thn. 55 64 thn. 65 thn ke atas. 60 thn keatas. UU Kepegawaian 56 thn ( batas usia pensiun ) Departemen Sosial 55 thn ke atas.

MENOPAUSE Menopause diartikan sebagai titik awal berakhirnya haid o/k pengaruh hormon ovarium Peri menopause : pre menopause, menopause dan pasca Usia menopause : + 49 tahun (John Freind, th.1729) + 51 tahun (Oldenhave, th 1987) + 51 th (International Health Foundattion)

Keluhan keluhan : Gejolak panas Hot Flushes/Flashes Sukar Tidur Jantung berdebar Libido menurun Sakit kepala Panas dari dada ke atas Nyucuk-nyucuk di punggung Pegel linu Keringat dingin Gangguan psikis : Sulit tidur Sulit konsentrasi Mudah tersinggung Mudah cemburu Mudah marah

Banyak masyarakat yang belum siap menghadapi menopause sehingga sering mengalami depresi, marah marah, uringuringan dan tidak mau lagi melayani suami. Ada anggapan masyarakat di jawa, perempuan kalau sudah menopause menganggap tugas sebagai istri sudah selesai. Sementara di pihak laki laki masih menginginkan adanya hubungan sex, sebagai akibatnya penyaluran hasrat seksual tersebut dilakukan di luar rumah.