BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam


BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi kesimpulan atas kajian yang telah dilakukan dan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP 71 TAHUN 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

KONVERSI LKPD VERSI PP NO. 24 TAHUN 2005 MENJADI LKPD VERSI PP NO. 71 TAHUN 2010 (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk terwujudnya good governance dalam

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pula. Reformasi di bidang keuangan negara menjadi sarana peningkatan performa

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB I PENDAHULUAN. kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

3. Ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) dan sistem aplikasi untuk mendukung penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual. 1) Sumber daya manusia 6

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah melahirkan paket perundang-undangan ngan keuangan negara yang

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkret mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. kepedulian dan kemajuan dalam mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2015 merupakan tahun pertama implementasi akuntansi berbasis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

SEJARAH AKUNTANSI PEMERINTAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sekedar cita-cita hukum ketika tidak didukung oleh keuangan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan. reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan yang transparan dan

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

Oman Rusmana 1, Esti Saraswati 2. ABSTRAK. Kata kunci: kas menuju akrual, akrual, artikulasi, persamaan akuntansi, konversi

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi para pemakainya. Keberadaan ini membuat penulis

RANCANGAN AKUNTANSI BLUD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab pembuka yang didalamnya menguraikan tentang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

Agnes Evira Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah otonomi daerah. pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkannya, salah satunya dalam bidang keuangan pemerintahan. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

Penerapan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia: Berbagai Permasalahannya

Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Pemerintahan)

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan awal dalam perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk segera mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan, sebagaimana diatur dalam pasal 36 ayat (1) yang berbunyi: Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Perubahan basis akuntansi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap (Simanjuntak, 2010). Pada tahun 2005, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan standar akuntansi pemerintahan pada masa transisi dari basis kas menuju basis akrual penuh. SAP mulai diberlakukan untuk penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD tahun anggaran 2005. Berdasarkan PP tersebut, akuntansi pemerintahan menggunakan 1

akuntansi basis kas menuju akrual (cash basis toward accrual), artinya menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Pada standar akuntansi pemerintahan ini, laporan keuangan pokok pemerintah terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan, sedangkan laporan yang bersifat optional berupa Laporan Kinerja Keuangan (LKK) dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) sebagai komite penyusun standar selanjutnya menyusun standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang berlaku baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang belaku umum untuk mewujudkan penerapan akuntansi berbasis akrual sesuai amanat UU No. 17 tahun 2003. Pada tahun 2010, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dengan masa tenggang paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010. Khusus pelaksanaan pada tingkat pemerintah daerah, maka pada tahun 2013 pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah. Permendagri ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntansi berbasis akrual paling lambat tahun anggaran 2015. Perubahan mendasar dari PP No.71 Tahun 2010 adalah perubahan basis akuntansi dari basis kas menuju akrual menjadi basis akrual dalam akuntansi 2

pemerintahan. Akuntansi berbasis akrual mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Perubahan ini selain dilakukan untuk memenuhi amanat undang-undang di bidang keuangan negara juga untuk mengikuti penerapan akuntansi pemerintahan di dunia Internasional yang telah mengacu pada Internatonal Public Sector Accounting Standards (IPSAS). Pada PP No. 71 Tahun 2010 komponen laporan keuangan pokok terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). KSAP sebagai komite penyusun SAP bertanggungjawab terhadap tercapainya penerapan PP No. 71 Tahun 2010. Oleh karena itu, KSAP membuat Roadmap target yang harus dicapai hingga batas akhir penerapan penuh yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. 3

Tabel 1.1 Strategi Penerapan SAP Akrual Tahun Agenda Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual 2010 Mengembangkan kerangka kerja akuntansi berbasis akrual Sosialisasi SAP berbasis akrual Penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan akuntansi 2011 Pengembangan sistem akuntansi dan teknologi informasi (TI) bagian pertama (proses bisnis dan detail requirement) Pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) 2012 Pengembangan sistem akuntansi dan TI (lanjutan) Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) Piloting beberapa Kementerian/Lembaga (K/L) dan Bendahara 2013 Umum Negara (BUN) Review, evaluasi, dan penyempurnaan sistem Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2014 Parallel run dan konsolidasi seluruh K/L Review, evaluasi, dan penyempurnaan sistem Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2015 Implementasi penuh Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) Sumber: KSAP (2011) Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa SDM dan teknologi informasi memiliki peranan penting dalam penerapan standar akuntansi berbasis akrual sesuai PP Nomor 71 Tahun 2010 dimana strategi KSAP selama beberapa tahun adalah melakukan pengembangan sistem akuntansi dan TI serta pengembangan kapasitas SDM. Pada Semester I Tahun 2014, berdasarkan pemeriksaan atas 184 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan kasus ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual. Pada umumnya kasus-kasus tersebut terjadi karena belum diterbitkannya peraturan daerah mengenai penerapan akuntansi berbasis 4

akrual, sistem/aplikasi yang belum mendukung, dan keterbatasan kemampuan SDM. Atas permasalahan tersebut, BPK mendorong pemerintah daerah agar segera menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menghambat penerapan akuntansi berbasis akrual. BPK merekomendasikan agar pemerintah daerah segera menerbitkan peraturan tentang sistem akuntansi pemerintah daerah berbasis akrual, menyiapkan sarana dan prasarana berupa sistem aplikasi berbasis akrual, dan menyelenggarakan sosialisasi, bimbingan teknis, serta pendidikan dan pelatihan tentang akuntansi berbasis akrual untuk meningkatkan kemampuan SDM. Perubahan sistem tidak selalu direspon positif, begitu juga perubahan basis akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. Ketika PP Nomor 24 tahun 2005 disahkan, banyak pemerintah daerah yang meresponnya dengan memperoleh banyak temuan di laporan keuangannya. Hal ini disebabkan karena memang kesiapan tidak terjadi begitu saja, selalu bertahap dan dalam implementasinya hampir selalu ada kendala (IHPS BPK-RI, 2014). Pada tahun 2015, BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja untuk menilai kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan SAP berbasis akrual dan menghasilkan laporan keuangan berbasis akrual tahun 2015. Pemeriksaan menyimpulkan bahwa upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah belum sepenuhnya efektif. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya permasalahan yang terkait dengan kebijakan, teknologi informasi dan SDM untuk mendukung pelaporan keuangan berbasis akrual (Pendapat BPK RI, 2015). Penerapan SAP berbasis akrual mengharuskan pemerintah menyiapkan SDM yang kompeten. Untuk itu, pemerintah harus memiliki perencanaan SDM 5

guna memenuhi kebutuhan jumlah dan kompetensi SDM, khususnya SDM pengelola keuangan, aset, dan teknologi informasi (Pendapat BPK RI, 2015). Beberapa penelitian menunjukkan ketidaksiapan SDM dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Banyak pemerintah baik pusat maupun daerah yang belum siap mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual, hal ini disebabkan karena ketidaksiapan SDM-nya. Penelitian yang dilakukan oleh Fadlan (2012), Kusuma (2013), Mongoloi (2013), Mimba (2013), Tiurma (2013), Tuasikal (2014), Winka (2015), Silvia (2015) menemukan ketidaksiapan SDM dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Ketidaksiapan ini disebabkan karena kurangnya jumlah pegawai akuntansi, penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, kurangnya sosialisasi maupun pelatihan tentang akuntansi berbasis akrual serta tidak punya pengetahuan yang memadai tentang akuntansi sehingga akan menemui banyak kendala dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual ini. Teknologi informasi juga memiliki peranan penting dalam proses implementasi akuntansi berbasis akrual. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan publik. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang 6

merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan Daerah. SIKD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Pemanfaatan SIKD dapat mempercepat proses kerja dalam pengelolaan keuangan daerah dan menyediakan informasi keuangan daerah yang komprehensif kepada masyarakat luas (Ahmad, 2008). Salah satu penerapan SIKD pada pemerintah daerah adalah penggunaan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIPKD merupakan aplikasi yang dibangun oleh Ditjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dalam rangka percepatan transfer data dan efisiensi dalam penghimpunan data keuangan daerah. SIPKD merupakan aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efesiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditable (www.djkd.kemendagri.go.id). Perkembangan teknologi sistem informasi yang sangat cepat terkadang tidak diikuti dengan pemahaman pengguna akan teknologi itu sendiri. Menurut Kustono (2010), faktor pengguna sangat penting untuk diperhatikan dalam penerapan sistem baru, karena tingkat kesiapan pengguna untuk menerima sistem baru mempunyai peran penting dalam menentukan sukses tidaknya penerapan 7

maupun pengembangan sistem tersebut. Pemahaman terhadap sistem informasi berhubungan dengan perilaku individu untuk menggunakan teknologi dalam penyelesaian tugas rutin, yaitu seberapa jauh sistem informasi sebagai alat bantu terintegrasi pada setiap pekerjaan baik karena pilihan individual maupun mandat dari organisasi (Jurnali, 2001). Perubahan basis akuntansi pemerintahan dari basis kas menuju akrual menjadi basis akrual tentu harus didukung dengan sistem informasi yang digunakan, hal ini terlihat dengan dilakukannya pengembangan SIPKD berbasis kas menuju akrual menjadi SIPKD berbasis akrual. Oleh karena itu, peran pengguna sangat penting dalam menerima perubahan sistem karena sangat menentukan sukses tidaknya penerapan maupun pengembangan sistem tersebut. Davis et al, (1989), melakukan penelitian untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi. Penelitian ini menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Model ini merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Terdapat dua indikator utama dalam model ini, yaitu persepsi tentang kegunaan/kemanfaatan (perceived usefullness) dan persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna teknologi akan mempunyai niat memanfaatkan sistem informasi jika merasa sistem teknologi yang akan digunakan tersebut bermanfaat dan mudah untuk digunakan. Widuri (2012) meneliti tentang analisis penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dalam menunjang Good Government Governace 8

(GGG): survei pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dengan menggunakan teknik pengujian kredibilitas data yaitu triangulasi menghasilkan bahwa dalam penerapan SIKD masih terdapat beberapa hambatan yang dimana salah satunya adalah sumber daya manusia yang masih kurang memahami dan mengerti memakai aplikasi SIKD. Penelitian tentang penerapan akuntansi berbasis akrual yang dilakukan oleh Purwanto (2015) mengkaji penerapan akuntansi berbasis akrual pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi dan proses penerapan akuntasi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, mengkaji prosedur pencatatan dan penyusunan laporan keuangan berbasis akrual yang diterapkan dan mengkaji kesesuaian penerapan akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan PP No. 71 Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan strategi yang ditempuh adalah menyusun kebijakan akuntansi berbasis akrual, menyiapkan sarana dan prasarana, menyiapan SDM, membentuk tim uji coba dan menunjuk tiga SKPD pilot project, menyusun pedoman penyusunan laporan keuangan daerah, membentuk tim pendamping, dan mewajibkan semua SKPD menyusun laporan keuangan tahun 2014 berbasis akrual disamping cash toward accrual. Prosedur pencatatan dan penyusunan keuangan yang diterapkan adalah dengan memanfaatkan SIPKD. Kesesuaian penerapan terhadap PP 71 Tahun 2010 didasarkan pada kriteria identifikasi, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas laporan keuangan tiga SKPD pilot project menunjukkan bahwa sebagian besar sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Namun demikian terdapat 9

penerapan yang belum sesuai yaitu pada sebagian kriteria untuk PSAP 01, PSAP 02, PSAP 05, PSAP 07, PSAP 08, PSAP 09, dan PSAP 12. Pemerintah Kota Bukittinggi sebagai bagian dari entitas pemerintah sudah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Hal ini sesuai amanat PP 71 Tahun 2010 yang mewajibkan seluruh entitas pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Oleh karena itu, sangat diperlukan SDM bidang akuntansi/keuangan yang berkompeten serta dukungan sistem informasi akuntansi yang digunakan. Penerapan akuntansi berbasis akrual memberikan tantangan yang cukup besar bagi Pemerintah Kota Bukittinggi agar hasil yang telah dicapai sampai dengan LKPD 2014 dapat dipertahankan maupun ditingkatkan. Capaian ini dapat dilihat dari opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP- DPP) atas LKPD yang diperoleh Pemerintah Kota Bukittinggi selama dua tahun berturut-turut yaitu LKPD 2013 dan 2014. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bukittinggi sudah dapat dikatakan cukup berhasil dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan sebelumnya yang masih berbasis kas menuju akrual karena kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan merupakan salah satu dasar diberikannya opini atas laporan keuangan pemerintah. Dengan diberikannya masa tenggang paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 diharapkan Pemerintah Kota Bukittinggi sudah benar-benar siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sehingga tidak ditemui banyak kendala dan laporan keuangan 10

yang dihasilkan sesuai dengan SAP berbasis akrual berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bukittinggi. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana kompetensi SDM bidang akuntansi/keuangan dan tingkat penerimaan pengguna (user acceptance) atas SIPKD berbasis akrual di Pemerintah Kota Bukittinggi. Penelitian juga bertujuan untuk menganalisis pengakuan dan pengukuran pendapatan-lo dan beban dalam LKPD Kota Bukittinggi tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kompetensi sumber daya manusia (SDM) bidang akuntansi/keuangan untuk mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Kota Bukittinggi? 2. Bagaimana tingkat penerimaan pengguna (user acceptance) atas sistem informasi pengelolaan keuangan daerah (SIPKD) berbasis akrual di Pemerintah Kota Bukittinggi? 3. Bagaimana implementasi akuntansi berbasis akrual dilihat dari pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi? 11

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis kompetensi sumber daya manusia (SDM) bidang akuntansi/keuangan untuk mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Kota Bukittinggi. 2. Menganalisis tingkat penerimaan pengguna (user acceptance) atas SIPKD berbasis akrual di Pemerintah Kota Bukittinggi. 3. Menganalisis implementasi akuntansi berbasis akrual dilihat dari pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain : 1. Menambah pengetahuan peneliti mengenai akuntansi berbasis akrual dan bagaimana pengimplementasiannya di Pemerintah Kota Bukittinggi. 2. Memberikan tambahan referensi bagi akademisi yang bermanfaat bagi pengembangan disiplin ilmu akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan, serta diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitan mengenai implementasi akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah. 3. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi instansi pemerintahan dalam hal ini Pemerintah Kota Bukittinggi dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. 12