2.1. Aspek Geografis dan Demografis Aspek Geografis

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB II ASPEK STRATEGIS

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB IV GAMBARAN UMUM

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

Transkripsi:

2.1. Aspek Geografis dan Demografis 2.1.1. Aspek Geografis Sejak 3,5 abad yang lalu wilayah Kabupaten Tebo merupakan bekas jajahan Belanda yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan Onder Afdeling dan kemudian beralih menjadi pusat pemerintahan GUN pada masa penjajahan Jepang (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka dijadikan sebagai pusat Ibu Kota Jambi Ulu selama 3,5 tahun (1948-1951), 2,5 tahun sebagai Ibu Kota Merangin (1957-1959), 20 tahun menjadi Ibu Kota Kewedanan (1945-1965), dan 35 tahun dibawah panji Kabupaten Bungo Tebo (1965-1999). Pada Tanggal 12 oktober 1999 resmi menjadi Kabupaten Tebo dengan 4 kecamatan dan 2 kecamatan pembantu yang terdiri dari 5 kelurahan dan 82 desa, sebagai salah satu kabupaten pemekaran berdasarkan Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3903 Tahun 1999). Dengan meningkatnya penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan dan pembinaan masyarakat, pada Tahun 2000 Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 berubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696). Kondisi fisik dasar suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena dapat mengetahui faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang ada di suatu kawasan, sehingga dapat diketehui aktivitas yang sesuai untuk kawasan tersebut. Fisik alami yang ada di kawasan berfungsi sebagai wahana atau penampung aktivitas penduduk, sebagai suatu sumberdaya alam yang cukup mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentukan pola aktivitas penduduk. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 1

2.1.1.1. Letak Wilayah Kabupaten Tebo terletak diantara 0 0 52 32-01 0 54 50 LS dan 101 0 48 57-101 0 49 17 BT, Iklim Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim tropis dan wilayah Kabupaten Tebo berada pada ketinggian antara 50-1.000 mdpl. Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah 646.100 Ha atau 11,86% dari luas wilayah Provinsi Jambi. Wilayah Kabupaten Tebo terdiri dari 12 kecamatan, 101 desa dan 5 kelurahan. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas 129.695,95 Ha atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo. Secara administrasi Kabupaten Tebo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Indragiri Hulu ( Provinsi Riau) Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo Sebelah Barat : Kabupaten Bungo) dan Kabupaten Damasaraya Sebelah Timur : Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batanghari 2.1.1.2. Topografi dan Luas Wilayah Kenampakan bentangan alam wilayah Kabupaten Tebo memiliki areal wilayah relatif datar dan agak sedikit berbukit, ruang memiliki kemiringan lereng mulai dari 0% hingga 45%), dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Daerah yang memiliki bentangan wilayah datar dengan kelerengan antara 0% hingga 2% terdapat disekitar daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang dan daerah Kecamatan VII Koto; 2. Daerah yang memiliki bentangan wilayah landai dengan kelerengan antara 3% hingga 15% berada pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang, Tebo Ulu dan VII Koto; 3. Daerah yang memiliki bentangan wilayah agak curam dengan kelerengan antara 16% hingga 40% berada pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang, Tebo Ulu dan VII Koto; 4. Daerah yang memiliki bentangan wilayah curam hingga sangat curam dengan kelerengan lebih dari 40% terdapat pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay dan Kecamatan Tebo Ulu. Luas lahan di Kabupaten Tebo yang memiliki bentangan alam datar hingga landai dengan kelerengan 0-15% sebesar 523.200 Ha atau 80,9% dari luas wilayah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk luas wilayah dengan bentangan alam agak curam hingga curam (16-40% dan >40%) sebesar GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 2

122.900 Ha. Untuk lebih jelas visualisasi topografi Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Topografi Kabupaten Tebo. TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN NO KECAMATAN 0-2% 3-15% 16-40% > 40% 1 2 3 4 5 6 1 TEBO ILIR 35.600 64.000 30.000 133.300 2 TEBO TENGAH 5.200 90.200 10.400 109.000 3 TENGAH ILIR - - - - 4 SUMAY 4.400 80.800 16.400 126.800 5 RIMBO BUJANG 8.000 57.000 7.600 72.600 6 RIMBO ULU - - - - 7 RIMBO ILIR - - - - 8 TEBO ULU - 92.300 9.600 112.700 9 VII KOTO 13.200 72.500 6.000 91.700 10 MUARA TABIR - - - - 11 SERAI SERUMPUN - - - - 12 VII KOTO ILIR - - - - JUMLAH 66.400 456.800 80.000 42.900 (%) LUAS KABUPATEN 10,28 70,70 12,38 6,64 Sumber : BPN Kabupaten Tebo dan BPS, 2009. 2.1.1.3. Penggunaan Lahan Berdasarkan data pada Tahun 2009, penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Tebo, yakni pada penggunaan lahan perkebunan kurang lebih 48% dari seluruh wilayah Kabupaten Tebo, dengan rincian 94% merupakan perkebunan karet dan 5% perkebunan kelapa sawit sedangkan sisanya adalah perkebunan kelapa hibrida. Penggunaan lahan yang terbesar kedua adalah jenis penggunaan lahan hutan dimana 45% dari luas wilayah Kabupaten Tebo adalah areal hutan yang terdiri dari areal hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi, sedangkan penggunaan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian sebesar 2% dari luas wilayah Kabupaten Tebo, yang terdiri dari penggunaan berupa sawah lebih kurang 17% dari luas lahan yang digunakan sebagai kegiatan pertanian, sedangkan untuk tegalan sebesar 33% dan yang paling besar penggunaan lahan pertanian berupa kebun campuran sebesar 48%. Untuk lebih jelasnya data peenggunaan lahan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 3

Tabel 2.2. Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo. NO JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%) 1 2 3 4 1 PERMUKIMAN 4.319 0,68 2 SAWAH 2.990 0,47 3 KEBUN CAMPURAN 8.234 1,29 4 TEGALAN 5.704 0,89 5 PERKEBUNAN KARET 295.515 46,2 6 PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 15.825 2,48 7 PERKEBUNAN KELAPA HIBRIDA 1.800 0,28 8 HUTAN 291.121 45,54 9 SEMAK BELUKAR 9.612 1,50 10 LAINNYA 4.200 0,66 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2009. JUMLAH 639.320 100 Dari tabel di atas dapat dijabarkan, bahwa perekonomian Kabupaten Tebo didominasi oleh kondisi geografis, yaitu dari sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Namun karena kondisi Kabupaten Tebo yang masih didominasi oleh sektor Kehutanan, masih terdapat kawasan yang berhutan (45%) seperti: kawasan yang termasuk ke dalam Taman Nasional Bukit 12 dan Taman Nasional Bukit 30, dan sebagai lokasi Taman Hutan Raya Bukit Sari satu-satunya yang terdapat di Provinsi Jambi dengan luas lebih kurang 525 hektar. Disamping lokasi itu Kabupaten Tebo juga, didominasi oleh sektor pertambangan, dalam hal ini pertambangan batubara, pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam batubara belum dilakukan secara optimal. Umumnya areal pertambangan batubara berada dalam satu ruang dengan wilayah perkebunan, dan ada juga yang berada satu ruang dengan Hutan Produksi. Pilihan pertimbangan pemanfaatan selayaknya dilakukan secara optimal dan bijaksana dengan pertimbangan aspek lingkungan. Pengelolaan batubara dilakukan dengan teknik open pit mining, telah merubah bentangan alam, sehingga mempengaruhi ekosistim dan habitat aslinya. Pertambangan terbuka ini akan dapat mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia, sehingga keberadaan pertambangan semacam ini akan menimbulkan resiko lingkungan. Upaya reklamasi lingkungan tambang batubara yang berwawasan lingkungan merupakan strategis geografis yang tepat untuk Kabupaten Tebo. Pertambangan dan Energi; Kabupaten Tebo juga memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial yaitu dengan adanya sebaran batu bara dan minyak bumi, khususnya untuk minyak bumi sejak Tahun 2005 yang lalu telah dilakukan eksploitasi oleh perusahaan PT. Pearl Oil Co. Ltd yang berlokasi di Desa Lubuk Mandarsyah Kecamatan Tengah Ilir. Untuk GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 4

komoditas batu bara terdapat 43 kuasa pertambangan. Delapan Perusahaan sudah memiliki izin eksploitasi dan baru 3 yang beroperasi. Batu bara di Kabupaten Tebo tersebar di Kecamatan Sumay, Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir, Serai Serumpun dan VII Koto Ilir. Pariwisata; pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tebo secara umum belum menunjukkan kontribusi yang berarti, namun demikian Kabupaten Tebo juga memiliki objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan bersama-sama dengan kabupaten dan provinsi tetangga adalah objek wisata Hutan Lindung Bukit 12, Bukit 30 dan Kebun Raya Bukit Sari Alam dengan keanekaragaman flora dan fauna tropisnya selain itu terdapat pula objek wisata alam yang lain diantaranya; Danau Sigombak, Kebun Raya Bukit Sari, Taman Tanggo Rajo, Air Terjun Ketalo, Air Terjun Pemayungan, Air Terjun Bukit Karendo, Air Terjun Bulian Berdarah dan Situs Candi Gendon. Masih rendahnya kualifikasi dan kompetensi pariwisata di daerah ini menyebabkan daerah ini belum menjadi salah satu daerah tujuan wisata, namun data kearah tersebut terus kita kembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki, secara bertahap di upayakan melalui peningkatan minat rekreasi masyarakat dengan memperbaiki sarana dan prasarana rekreasi, sehingga tertata sesuai dengan standarisasi sektor pariwisata. 2.1.2. Aspek Demografis 2.1.2.1. Jumlah dan Sebaran Penduduk Penduduk merupakan subjek atau pelaku dan sekaligus sebagai objek atau sasaran kegiatan ekonomi yang melaksanakan proses pembangunan. Keberadaan peran ganda demikian menempatkan penduduk pada posisi sentral dalam setiap langkah kebijakan dan strategi pembangunan. Jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal dasar proses pembangunan, bukan sebaliknya penduduk justru dipandang sebagai beban pembangunan. Pemikiran demikan harus menjadi dasar pijakan dalam perumusan kebijakan dibidang kependudukan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Jumlah penduduk Kabupaten Tebo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010 sebanyak 297.735 jiwa terdiri dari laki-laki 153.892 jiwa (51,69 persen) dan perempuan 143.843 jiwa (48,31 persen). Selama periode 2000-2010, jumlah penduduk Kabupaten Tebo mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,97 persen pertahun. Rasio jenis kelamin 107, dan rata-rata anggota keluarga berjumlah sebanyak 4-5 orang, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 46 jiwa/km 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 5

Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo, 2000-2010. TAHUN PENDUDUK (jiwa) PERTUMBUHAN (%) 1 2 3 2000 222.232-2003 230.418 3.68 2004 237.469 3.06 2005 244.349 2.90 2006 257.173 5.25 2007 262.376 2.02 2008 267.681 2.02 2009 282.826 5.66 2010 297.735 5.27 RATA-RATA 2,97 Sumber : BPS Kab. Tebo, 2011. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Tebo berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin tergambar pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Penduduk Kabupaten Tebo Menurut Jenis Kelamin, 2010. NO KECAMATAN LAKI-LAKI JENIS KELAMIN PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN SEX RASIO 1 2 3 4 5 6 1 TEBO ILIR 12.797 12.212 25.009 105 2 TENGAH ILIR 10.099 9.121 19.220 111 3 TEBO TENGAH 17.745 16.600 34.345 107 4 SUMAY 9.066 8.519 17.585 106 5 RIMBO BUJANG 31.163 28.658 59.821 108 6 RIMBO ULU 17.962 16.818 34.780 107 7 RIMBO ILIR 11.062 10.350 21.412 107 8 TEBO ULU 15.839 15.496 31.335 102 9 VII KOTO 9.253 8.605 17.858 108 10 MUARA TABIR 8.046 7.547 15.593 107 11 SERAI SERUMPUN 3.993 3.585 7.578 111 12 VII KOTO ILIR 6.867 6.332 13.199 108 2010 153.892 143.843 297.735 107 2009 142.873 139.953 282.826 102 2008 134.474 133.207 267.681 101 2007 131.809 130.567 262.376 101 2006 135.041 122.132 257.173 111 Sumber : BPS, Kabupaten Tebo Dalam Angka, Sensus Penduduk 2010. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 6

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Rimbo Bujang yaitu mencapai 20,09 persen, sementara jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Serai Serumpun (2,54 persen). Proporsi penduduk lakilaki dibanding perempuan pada setiap wilayah kecamatan lebih banyak penduduk laki-laki. Kecenderungan ini berkaitan langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum laki-laki yang umumnya lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Variasi jumlah penduduk pada setiap kecamatan dan variasi luas wilayahnya menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan dengan kepadatan tertinggi ditemukan di Kecamatan Rimbo Bujang sebesar 155 jiwa/km 2 diikuti Kecamatan Rimbo Ilir sebesar 116 jiwa/km 2, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Sumay (14 jiwa/km 2 ) dan Kecamatan Serai Serumpun (17 jiwa/km 2 ). Secara keseluruhan rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tebo masih tergolong jarang yaitu 46 jiwa per Km 2. Tabel 2.5. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Tebo Per Kecamatan, 2010. NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK LUAS (KM2) KEPADATAN (JIWA/KM2) 1 2 3 4 5 1 TEBO ILIR 25.009 392,66 64 2 TEBO TENGAH 34.345 672,28 51 3 TENGAH ILIR 19.220 557,09 35 4 SUMAY 17.585 1296,96 14 5 RIMBO BUJANG 59.821 386,71 155 6 RIMBO ULU 34.780 345,06 101 7 RIMBO ILIR 21.412 184,43 116 8 TEBO ULU 31.335 297,47 105 9 VII KOTO 17.858 558,99 32 10 MUARA TABIR 15.593 713,92 22 11 SERAI SERUMPUN 7.578 440,25 17 12 VII KOTO ILIR 13.199 565,19 23 KABUPATEN TEBO 297.735 6.461 46 Sumber: BPS Kab. Tebo, 2011. 2.1.2.2. Struktur Usia Penduduk Struktur usia penduduk menunjukkan sebaran penduduk berdasarkan kelompok usianya yang secara garis besarnya terbagi ke dalam tiga yaitu usia belum produktif, usia produktif, dan usia tidak produktif (usia lanjut). Kelompok usia belum produktif adalah penduduk dalam usia muda yang GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 7

berumur 0 14 tahun. Kelompok usia produktif yaitu penduduk berusia 15-64 tahun. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk kelompok usia kurang atau tidak produktif adalah penduduk yang berusia 65 tahun ke atas. Pada tahun 2010 kelompok usia belum produktif jumlahnya mencapai 94.071 jiwa atau 31,60 persen. Kelompok penduduk usia kerja mencapai 193.522 jiwa atau 65,00 persen. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk kelompok usia kurang atau tidak produktif mencapai 10.142 jiwa atau 3,40 persen. Kelompok umur penduduk seperti ini terlihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia, 2006-2010. KELOMPOK USIA TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 0 14 TAHUN 80.850 80.135 83.023 87.727 94.071 15 64 TAHUN 169.623 170.894 173.481 183.272 193.522 65 + TAHUN 6.700 11.347 11.177 11.827 10.142 JUMLAH 257.173 262.376 267.681 282.826 297.735 Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011. Jumlah kelompok penduduk usia kerja (PUK) merupakan tulang punggung perekonomian yang secara produktif melakukan aktivitas ekonomi untuk memperoleh pendapatan. Sedang kelompok penduduk di luar usia kerja (PDUK) merupakan penduduk yang kurang produktif untuk melakukan aktivitas ekonomi. Berdasarkan kelompok usia ini dapat pula diketahui dependency ratio (tingkat beban/tanggungan penduduk). Dependency ratio adalah merupakan perbandingan jumlah penduduk di luar usia kerja (PDUK) dengan jumlah penduduk usia kerja (PUK) atau variabel yang memperlihatkan perbandingan antara banyaknya penduduk tidak produktif dengan penduduk produktif. Gambaran Peduduk usia kerja dan penduduk di luar usia kerja serta dependency ratio penduduk Kabupaten Tebo seperti terlihat pada tabel berikut: GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 8

Tabel 2.7. Perkembangan PUK, PDUK dan Rasio Beban Penduduk Kabupaten Tebo, 2006 2010. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 PUK 169.623 170.894 173.481 183.272 193.522 PDUK 87.550 91.482 94.200 99.554 104.213 PENDUDUK 257.173 262.376 267.681 282.826 297.735 DEPENDENCY RATIO (%) 0,34 0,35 0,35 0,35 0,35 Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011. Dependency ratio penduduk Kabupaten Tebo hanya sedikit mengalami perubahan yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,34 persen dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar 0,35. Kondisi ini terus konstan hingga tahun 2010. Angka Dependency ratio sebesar 0,35 ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung beban menghidupi 35 orang penduduk usia tidak produktif. 2.2. Aspek Kesejahteraan 2.2.1. Perekonomian Daerah Dalam melaksanakan seluruh program pembangunan Kabupaten Tebo Tahun 2011-2016, suatu kerangka ekonomi makro daerah diperlukan sebagai acuan dalam memperkirakan perubahan produksi, pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja daerah dalam kurun waktu mendatang. Selain itu, dengan memperhitungkan perubahan ekonomi makro daerah dapat dihitung perkiraan kebutuhan investasi baik investasi pembangunan yang berasal dari Pemerintah maupun bersumber dari swasta dan masyarakat. 2.2.1.1. Struktur Perekonomian Daerah PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. PDRB Kabupaten Tebo atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Tebo Tahun 2006-2010 disajikan pada tabel di bawah ini. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 9

Tabel 2.8. PDRB Kabupaten Tebo atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2006-2010. (jutaan rupiah) NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 729.858,67 815.990,66 897.075,56 1.053.654,20 1.339.597,32 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 93.599,07 112.488,12 248.110,31 230.374,62 269.126,76 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 32.399,20 41.707,55 47.123,15 50.372,23 55.529,63 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3.886,63 4.187,54 4.687,18 5.377,68 5.901,57 5 BANGUNAN 89.272,61 105.291,04 125.509,34 134.458,15 152.192,87 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 196.653,57 222.988,23 269.264,56 305.929,06 347.560,45 7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 75.608,98 88.895,77 102.503,15 114.864,33 126.958,87 8 KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN 46.496,37 53.225,89 62.331,94 71.337,78 81.564,67 9 JASA-JASA 156.627,24 174.267,58 195.203,60 219.443,18 240.710,31 PDRB DENGAN MIGAS 1.424.402,34 1.619.042,38 1.951.808,79 2.185.811,23 2.619.142,45 PDRB TANPA MIGAS 1.351.121,50 1.536.624,46 1.829.167,23 2.069.071,44 2.478.278,64 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2010. Dengan memperhatikan realisasi PDRB atas dasar harga berlaku maka dapat diketahui struktur ekonomi Kabupaten Tebo selama Tahun 2006 2010 sebagaimana Tabel berikut : Tabel 2.9. Struktur Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Lapangan Usaha, 2006 2010. NO LAPANGAN USAHA KONTRIBUSI TERHADAP PDRB AHB DG MIGAS (%) 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 51,24 50,40 45,96 48,20 51,15 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,57 6,95 12,71 10,54 10,28 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 2,27 2,58 2,41 2,30 2,12 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,27 0,26 0,24 0,25 0,23 5 BANGUNAN 6,27 6,50 6,43 6,15 5,81 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 13,81 13,77 13,80 14,00 13,27 7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5,31 5,49 5,25 5,25 4,85 8 KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN 3,26 3,29 3,19 3,26 3,11 9 JASA-JASA 11,00 10,76 10,00 10,04 9,19 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011. TOTAL 100 100 100 100 100 Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan peranan dan perubahan struktur GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 10

ekonomi dari tahun ke tahun. Distribusi persentase dari masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB atas harga berlaku seperti dikemukakan di atas berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Tebo. Hingga tahun 2010, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Tebo yaitu 51,15 persen, diikuti sektor perdangan, hotel dan restoran sebesar 13,27 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,28 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 9,19 persen. Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi adalah sektor listrik dan air bersih yaitu sebesar 0,23 persen. Selama periode 2006-2010 sektor pertanian ini sedikit mengalami perubahan atau pergeseran, pada tahun 2006 kontribusinya sebesar dari 51,24 persen menjadi 51,15 persen pada tahun 2010 atau menurun sebesar 0,09 persen. Peningkatan sangat tajam terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, dari 6,57 persen pada tahun 2006 menjadi 10,28 persen pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 3,71 persen. Hal ini berarti struktur ekonomi Kabupaten Tebo yang didominasi sektor pertanian sedikit demi sedikit mulai digeser oleh sektor lain seperti sektor pertambangan dan penggalian. Struktur ekonomi sektoral Kabupaten Tebo masih berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam atau masih berstruktur primer. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Kabupaten Tebo selama kurun waktu 2006-2010, seperti tabel berikut: Tabel 2.10. Struktur Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Sektor Utama, 2006-2010. NO SEKTOR UTAMA KONTRIBUSI TERHADAP PDRB AHB DG MIGAS (%) 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 I SEKTOR PRIMER 57,81 57,35 58,67 58,74 61,43 II SEKTOR SKUNDER 8,81 9,34 9,08 8,70 8,16 III SEKTOR TERSIER 33,38 33,31 32,24 32,55 30,42 TOTAL 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa dalam lima tahun terakhir sektor primer masih memberikan peran yang besar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupeten Tebo bahkan cenderung meningkat. Dari 57,81 persen pada tahun 2006 menjadi 61,43 persen pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 3,62 persen. Sebaliknya, peranan sektor sekunder GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 11

cenderung menurun, pada tahun 2006 sebesar 8,81 persen dan pada tahun 2010 menjadi 8,16 persen atau menurun sebesar 0,65 persen. Demikian pula dengan sektor tersier selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan, pada tahun 2006 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 33,38 persen, dan pada tahun 2010 kontribusinya hanya sebesar 30,42 persen atau menurun sebesar 2,96 persen. Ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir belum ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Tebo. 2.2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merefleksikan peningkatan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu perekonomian. Pada tingkat perekonomian wilayah atau regional, nilai produksi keseluruhan barangbarang dan jasa-jasa tersebut dinyatakan sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada setiap saat barang-barang dan jasa-jasa diproduksi atau dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar, biasa disebut harga konstan. Perhitungan pertama menghasilkan nilai PDRB nominal atau PDRB berdasarkan harga berlaku, sedangkan perhitungan kedua menghasilkan nilai PDRB rill atau PDRB berdasarkan harga konstan. Nilai PDRB rill menghilangkan efek kenaikan harga sehingga angkanya benarbenar mencerminkan kenaikan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang tingkat kenaikannya disebut sebagai laju pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 2.11. Nilai PDRB Kabupaten Tebo Atas Harga Konstan, 2006 2010. (jutaan rupiah) NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 367.341,98 390.421,49 400.031,20 423.709,52 450.163,19 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 39.795,08 40.675,96 56.218,85 53.911,16 56.043,88 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 20.786,93 22.570,22 23.538,72 23.896,35 24.610,87 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1.606,71 1.686,44 1.765,10 1.891,72 2.013,92 5 BANGUNAN 36.596,86 38.847,56 41.605,74 44.572,23 46.417,52 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 122.317,23 128.330,85 136.649,09 144.032,22 155.988,57 7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 48.456,12 53.058,42 56.964,90 59.487,80 62.814,38 8 KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN 22.143,15 23.633,57 25.731,12 27.417,74 29.448,33 9 JASA-JASA 68.485,59 71.584,43 75.146,73 79.673,48 83.719,44 PDRB DENGAN MIGAS 727.529,65 770.808,94 817.651,45 858.592,22 911.220,09 PDRB TANPA MIGAS 695.626,81 739.557,22 786.859,13 828.434,23 880.087,99 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 12

Berdasarkan nilai PDRB atas harga konstan diatas dapat di ketahui tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo pada masing-masing sektor, sebagai berikut: Tabel 2.12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Lapangan Usaha, 2006 2010 (dalam %). NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 4,29 6,28 2,46 5,92 6,24 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 442,49 2,21 38,21 (4,10) 3,96 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,42 8,58 4,29 1,52 2,99 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4,77 4,96 4,66 7,17 6,46 5 BANGUNAN 5,89 6,15 7,10 7,13 4,14 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4,56 4,92 6,48 5,40 8,30 7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,50 9,50 7,36 4,43 5,59 8 KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN 6,27 6,73 8,88 6,55 7,41 9 JASA-JASA 3,99 4,52 4,98 6,02 5,08 PDRB DENGAN MIGAS 9,65 5,95 6,08 5,01 6,13 PDRB TANPA MIGAS 4,84 6,32 6,40 5,28 6,24 Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo dengan migas selama tahun 2006 2010 berfluktuasi dan cenderung memperlihatkan penurunan. Sedangkan tanpa migas menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2006 Ekonomi Kabupaten Tebo dengan migas tumbuh sebesar 9,65 persen dan tahun 2010 sebesar 6,13 persen atau turun sebesar 3,52 persen. Laju pertumbuhan ekonomi ini, mengindikasikan rendahnya dinamika perekonomian Kabupaten Tebo. Secara ideal, dalam konsep konjungtur, ada suatu fase dalam perekonomian dimana memperlihatkan trend peningkatan, seiring dengan perkembangan waktu. Namun sebaliknya, pada kondisi ekonomi Kabupaten Tebo, justru terjadi stagnan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo ini dipicu oleh berbagai sektor ekonomi yang juga mengalami penurunan yang cukup tajam seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan & komunikasi. Penurunan paling tinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu pada tahun 2006 tumbuh mencapai 442,49 persen dan pada tahun 2010 hanya 3,96 persen. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 13

2.2.1.3. Tingkat Pendapatan Masyarakat Pendapatan per kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap penduduk secara rata-rata. Besaran ini diperoleh dari bagi hasil PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita. Angka pendapatan per kapita digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk. Namun, hal ini perlu diinterpretasikan secara hati-hati karena angka ini belum memperhitungkan net factor income yaitu selisih dari income outflow dengan income in flow. Secara umum apabila pendapatan per kapita suatu daerah naik maka dapat diartikan bahwa kondisi kesejahteraan penduduk meningkat. Demikian sebaliknya turunnya perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari menurunnya pula pendapatan per kapita daerah tersebut. Tumbuhnya ekonomi suatu daerah selain memberikan gambaran terjadinya peningkatan produksi barang dan jasa, juga memberikan gambaran tentang peningkatan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dengan migas atas dasar harga berlaku Kabupaten Tebo dalam rentang waktu 5 tahun dari tahun 2006-2010 terus mengalami peningkatan. Tabel. 2.13. Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Tebo, 2006-2010. TAHUN PDRB PERKAPITA ATAS HARGA BERLAKU (RP.000) PERT (%) PDRB PERKAPITA ATAS HARGA KONSTAN (RP.000) PERT (%) 1 2 3 4 5 2006 5.538 12,45 2.828 4,16 2007 6.170 11,41 2.937 3,85 2008 7.291 18,17 3.054 3,98 2009 7.728 5,99 3.050 (0,13) 2010 8.798 13,85 3.060 0,33 RATA-RATA - 12,30-2,42 Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011. Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Tebo yang diukur berdasarkan PDRB atas harga berlaku pada tahun 2006 2010 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2006 dari Rp 5.538.000,- menjadi Rp 8.798.000 tahun 2010 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,30 persen pertahun. Demikian pula dengan perkembangan pendapatan perkapita menurut PDRB atas harga konstan dari tahun 2006 2010 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 Rp 2.828.000,- menjadi GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 14

Rp 3.060.000,- tahun 2010, Secara rata-rata tumbuh sebesar 2,42 persen pertahun, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi riil Kabupaten Tebo naik cukup signifikan selama lima tahun terakhir. 2.2.1.4. Kelembagaan Ekonomi Dalam upaya mengoptimalkan aktivitas ekonomi masyarakat dalam kegiatan ekonominya maka diperlukan suatu kelembagaan ekonomi, satu diantaranya adalah koperasi. Keberadaan koperasi diharapkan dapat memberi daya dukung dalam permasalahan umum yang dihadapi rakyat dalam berproduksi, khususnya pada sektor pertanian yang mendominasi perekonomian Kabupaten Tebo. Melalui kelembagaan koperasi maka diharapkan masalah permodalan, daya tampung produksi dan pemasaran dapat teratasi. Masalah-masalah tersebut sangat mempengaruhi posisi tawar (bargaining position) petani terhadap pedagang dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraannya. Tabel 2.14. Perkembangan Jumlah Koperasi Kabupaten Tebo, 2006-2010. NO JENIS KOPERASI TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 KOPERASI PRIMER 209 244 267 273 294 - KOPERASI UNIT DESA 34 34 34 34 34 - PRIMER KOPERASI POLISI 1 1 1 1 1 - KOPERASI SERBA USAHA 2 2 2 2 2 - KOPERASI PERTANIAN 40 39 39 38 38 - KOPERASI PERIKANAN 2 2 2 2 2 - KOPERASI PERKEBUNAN 15 21 36 36 36 - KPN/ KPRI 17 17 17 17 17 - KOPERASI KARYAWAN 7 7 7 7 7 - KOPONTREN 9 13 16 16 16 - KOPERASI PEDAGANG PASAR 4 4 4 4 4 - KSP 2 2 2 2 2 - KOPERASI WANITA 3 7 11 11 11 - KOPERASI ANGKUTAN - - 1 1 1 - KOPERASI LAINNYA 73 95 95 102 123 2 KOPERASI SEKUNDER 2 2 2 2 2 JUMLAH KOPERASI 211 246 269 275 296 Sumber : Diperindagkop Kabupaten Tebo, 2011. Pembangunan dibidang koperasi di Kabupaten Tebo telah cukup berhasil, hal itu ditandai dengan peningkatan jumlah koperasi yang ada. Jika pada tahun 2009 jumlah koperasi yang ada berjumlah 275 unit dengan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 15

anggota sebanyak 26.587 orang dan total modal sebesar Rp. 5.987.855,- yang terdiri dari modal sendiri sebanyak Rp. 5.516.626,- dan modal luar sebesar Rp. 471.229,-. Pada tahun 2010 jumlah koperasi meningkat menjadi 296 unit dengan anggota 26.174 orang dan total modal 13.400.853,000,- yang terdiri dari modal sendiri Rp. 5.676.429,000- dan modal luar Rp. 7.724.424,000,-. Berdasarkan data kuantitatif terindikasi terjadi peningkatan jumlah koperasi di Kabupaten Tebo. Pada tahun 2006 terdapat 211 koperasi dan meningkat menjadi 296 koperasi pada tahun 2010. Selama kurun waktu lima tahun terakhir telah terjadi penambahan jumlah koperasi sebanyak 85 koperasi atau meningkat sebesar 40,28 persen. 2.2.1.5. Perkembangan Industri Kecil, Menengah dan Besar Sektor industri sangat diharapkan sekali memberi peningkatan nilai tambah dalam pergerakan ekonomi Kabupaten Tebo. Perusahaan industri pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : Industri Besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajian rumah tangga (IKRT). Dikatakan industri besar jika jumlah pekerjanya lebih dari 100 orang. Industri sedang jika memiliki pekerja sebanyak 20 99 orang. Dikatakan Industri kecil jika mempekerjakan 5 19 orang pekerja dan Industri kerajinan rumah tangga untuk usaha yang memiliki sampai dengan 4 orang pekerja. Secara umum jumlah industri yang ada di Kabupaten Tebo tergambar pada tabel berikut: Tabel 2.15. Perkembangan Industri Besar Kabupaten Tebo, 2005 2009. NO INDUSTRI BESAR TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 UNIT USAHA 3 5 26 14 6 PERTUMBUHAN (%) - 66,67 420-53,85-133,33 INVESTASI (Rp.000) 25.610.000 1.600.000 41.249.000 37.084.000 1.613.000 PERTUMBUHAN (%) - -93,75 2478,06-10,09-95,65 TENAGA KERJA 417 130 110 541 134 PERTUMBUHAN (%) - -68,82-15,38 3918,18-75,23 PRODUKSI (Rp.000) 51.000.000 485.000 43.050.000 68.237.200 570.000 PERTUMBUHAN (%) - -99,10 8876,29 58,51-99,16 Sumber : BPS Kabupaten Tebo dalam angka 2006 2010. Perkembangan industri skala besar di Kabupaten Tebo terindikasi kurang mengembirakan, baik jumlah usaha, investasi, penyerapan tenaga kerja maupun nilai produksi. Pada tahun 2005 2007 unit usaha menunjukkan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 16

peningkatan dari 3 unit menjadi 26 unit, namun hingga tahun 2009 tinggal lagi 6 unit. Investasi juga mengalami penurunan yang cukup tajam, dari 25,6 miliar tahun 2005 menjadi 1,6 miliar tahun 2009. Penyerapan tenaga kerja menurun dari 417 orang tahun 2005 menjadi 134 orang tahun 2009. Demikian pula dengan nilai produksi dari Rp. 51 miliar menjadi Rp. 570 juta. Pemberdayaan industri kecil dan menengah serta peningkatan kemampuan kewirausahaan, permasalahan yang dihadapi industri kecil dan menengah secara umum adalah: (a) Rendahnya produktivitas SDM pada industri kecil dan menengah. Kondisi ini membawa konsekwensi pada rendahnya pendapatan yang mereka terima, (b) Akses industri kecil dan menengah kepada sumberdaya produktif terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar sangat terbatas, (c) Kurang kondusifnya iklim usaha. Tabel 2.16. Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Tebo, 2006 2010. NO JENIS INDUSTRI KECIL TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 1 INDUSTRI MAKANAN RINGAN DAN KUE BASAH 143 136 137 148 150 2 INDUSTRI PENGGILINGAN PADI 51 52 54 56 56 3 INDUSTRI MINUMAN (AIR ISI ULANG) 7 8 10 14 18 4 INDUSTRI BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM (BATU BATA DAN GENTENG) 5 INDUSTRI BARANG DARI LOGAM (PANDAI BESI DAN TERALIS) 6 INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERABOTAN KAYU (MEUBEL, KUSEN, DAN DAUN PINTU) 7 INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DARI SEMEN (CONBLOCK, GORONG-GORONG, TIANG TERAS, GENTENG SEMEN, DAN GIPSUM) 8 INDUSTRI KERAJINAN 9 200 203 205 212 215 31 33 34 36 44 130 132 138 132 144 30 30 32 33 37 - ANYAMAN PANDAN 17 17 17 18 18 - ANYAMAN BAMBU 4 4 4 5 10 - BUNGA SISIK IKAN 5 5 5 5 5 - ROTAN 2 2 3 3 3 - SONGKET 2 2 2 2 2 - CENDERA MATA 1 1 1 3 4 - MINIATUR 1 1 1 2 3 INDUSTRI LAINNYA (SABLON, PERCETAKAN DAN REKLAME) 12 15 18 21 25 JUMLAH INDUSTI KECIL 636 641 661 690 734 Sumber : Dinas Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaen Tebo, 2010. Untuk itu pemberdayaan industri kecil dan menengah dapat mempercepat perubahan struktural dalam peningkatan taraf hidup rakyat GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 17

banyak menempati posisi yang strategis. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, industri kecil dan menengah diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Sementara itu industri kecil dan menengah berperan memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya daya saing dan daya tahan ekonomi daerah. Berkaitan dengan itu pemerintah kabupaten Tebo telah berupaya membina pertumbuhan industri kecil dan menengah, hal ini ditunjukkan dengan perkembangan industri kecil dan menengah beberapa kurun waktu terakhir. Ditinjau dari segi perdagangan, Kabupaten Tebo yang merupakan daerah yang cukup berpengaruh terhadap distribusi barang dan jasa. Dengan adanya potensi daerah yang dimiliki, maka dimungkinkan daerah ini untuk berkembang dalam kegiatan perdagangan baik domestik maupun mancanegara. Nilai ekspor beberapa komoditi unggulan selalu mengalami peningkatan, dan dalam neraca perdagangan selalu surplus karena tidak ada impor barang dari luar negeri. Tabel 2.17. Volume dan Nilai Komoditi Ekspor Kabupaten Tebo, 2006 2010. NO KOMODITI (Rp.000) 2006 2007 2008 2009 2010 PERT (%) (Rp.000) PERT (%) (Rp.000) PERT (%) (Rp.000) PERT (%) (Rp.000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PERT (%) 1 KARET A VOLUME (TON) 105.363.000 15,00 112.465.000 6,74 112.956.100 0,44 113.201.000 0,22 114.542.100 1,18 B NILAI EKSPOR (Rp) 755.865.000 10,00 786.592.000 4,07 798.472.000 1,51 811.571.000 1,62 814.235.000 0,33 2 KAYU GERGAJIAN A VOLUME (TON) 215.355 5,00 205.497 (4,58) 203.763 (0,84) 203.794 0,02 109.764 (46,14) B NILAI EKSPOR (Rp) 258.435 5,00 265.540.400 2,75 269.046.400 1,32 270.100.000 0,39 127.843.000 (52,67) 3 ROTAN A VOLUME (TON) 4.328 11,98 4.452 2,87 4.521 1,55 5.116 13,16 61.034 1.093 B NILAI EKSPOR (Rp) 341.208 12,00 349.150 2,33 350.112 0,28 357.421 2,09 2.701.380 655,80 4 KOPI A VOLUME (TON) 652.164 12,00 695.200 6,60 703.562 1,20 703.671 0,02 713.621 1,41 B NILAI EKSPOR (Rp) 2.571.520 12,00 2.653.250 3,18 2.671.603 0,69 2.679.893 0,31 2.701.380 0,80 JUMLAH NILAI EKSPOR 1.017.213.178 8,78 1.055.134.800 3,73 1.070.540.115 1,46 1.084.708.314 1,32 947.480.760 (12,65) Sumber : Diperindagkop Kab. Tebo, 2011. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 18

Tabel 2.18. Neraca Perdagangan Luar Negeri Kabupaten Tebo, 2006 2009. TAHUN EKSPOR NILAI (RP.000) IMPOR NILAI SURPLUS EKSPOR (RP.000) 1 2 3 4 2006 1.017.213.178-1.017.213.178 2007 1.055.134.800-1.055.134.800 2008 1.070.540.115-1.070.540.115 2009 1.084.708.314-1.084.708.314 Sumber: Diperidagkop Kab. Tebo, 2010 Selama periode 2006-2009, Komoditi ekspor Kabupaten Tebo yang selalu mengalami peningkat baik volume maupun nilai ekspor adalah karet, rotan dan kopi, sementara kayu gergajian dilihat dari segi volume cenderung mengalami penurunan. 1. Karet, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 105.363.000 ton meningkat menjadi 114.542.100 ton pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 7.838 ton (7,44 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp. 755.865 juta menjadi Rp. 811.571 juta tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 55.706 juta (7,37 persen). 2. Kayu Gergajian, jika pada tahun 2006 volume ekspor kayu gergajian sebesar 215.355 ton maka pada tahun 2009 menjadi 203.794 ton atau turun sebesar 11.561 ton (5,37 persen), sedangkan nilai ekspor tetap mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 258.435.juta menjadi 270.100.juta,- pada tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 11.665 juta (4,51persen). Penurunan volume kayu gergajian ini disebabkan makin berkurangnya persediaan bahan baku kayu yang bisa diolah perusahaan untuk kebutuhan ekspor. 3. Rotan, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 4.328 ton meningkat menjadi 5.116 ton tahun 2009 atau sebesar 788 ton (18,21 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp. 341,2 juta menjadi Rp. 357,4 juta pada tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 16,2 juta (4,75 persen). 4. Kopi, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 652.164 ton meningkat menjadi 703.671 ton tahun 2009 atau sebesar 51.507 ton (7,90 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp.2.571 juta menjadi Rp. 2.679 juta tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 108 juta (4,21 persen). GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 19

2.2.1.6. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan hubungan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu sasaran utama dalam pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja tiap tahun. Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Untuk memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di Kabupaten Tebo, akan disajikan beberapa indikator yang dianggap penting dalam mewakili indikator ketenagakerjaan ini. Indikator tersebut diantaranya adalah penduduk usia kerja, lapangan pekerjaan dan sebagainya. a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja dan mencari kerjaan sedang yang termasuk bukan angkatan kerja adalah yang masih sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. TPAK mengidentifikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencerminkan penyediaan tenaga kerja atau jumlah angkatan kerja. TPAK merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Semakin besar TPAK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama. Sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin kecil jumlah angkatan kerja, akan berakibat semakin kecil TPAK. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 20

Perkembangan angkatan kerja dan TPAK di Kabupaten tebo pada tahun 2008 2010, sebagai berikut: Tabel 2.19. TPAK dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tebo, 2008-2010. KETERANGAN 2008 2009 2010 1 2 3 4 JUMLAH PENDUDUK 267.681 282.826 297.735 TENAGA KERJA (PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS) 176.949 180.673 224.682 1. ANGKATAN KERJA 128.110 129.098 156.948 A. BEKERJA 124.188 121.078 149.421 B. PENGANGGURAN 3.922 8.020 7.527 2. BUKAN ANGKATAN KERJA 48.839 51.575 67.734 A. SEKOLAH 13.617 14.755 15.935 B. MENGURUS RUMAH TANGGA 27.981 29.943 39.621 C. LAINNYA 7.241 6.877 12.178 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) (%) 72,4 71,45 69,85 RASIO PENDUDUK YANG BEKERJA (%) 70,18 67,01 66,50 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) 3,06 6,21 4,8 Sumber : SAKERNAS 2008-2010. Penduduk usia kerja mengalami peningkatan dari 176.949 jiwa pada tahun 2007 menjadi 224.682 jiwa pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 26,96 persen. Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK) di Kabupaten Tebo pada tahun 2008 mencapai 72,4% dan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 69,85%. Penurunan ini seiring dengan makin menurunnya rasio penduduk yang bekerja dari 70,18% tahun 2008 menjadi 66,50% pada tahun 2010. Jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan yang cukup tajam dari 3.922 tahun 2008 menjadi 7.527 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 91,92 persen. Ini berarti semakin menurunnya kesempatan kerja, dan makin meningkatnya tingkat pengganguran terbuka. Dengan kondisi ini tentu pemerintah Kabupaten Tebo harus mengambil langkah-langkah yang lebih konkrit untuk dapat mengatasi tingkat pengangguran, terutama mendorong kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. b. Lapangan Pekerjaan Utama dan Status Pekerjaan Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping mencerminkan struktur perekonomian dari suatu wilayah. Jika dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama pada tahun 2010 di Kabupaten Tebo sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 21

sebesar 89,66 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 6,43 persen. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terkecil di sektor industri pengolahan sebesar 0,77 persen. Tabel 2.20. Penyerapan Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama Menurut Di Kabupaten Tebo, 2010 (dalam %) LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI JENIS KELAMIN PEREMPUAN JUMLAH 1 2 3 5 1. PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN & PERIKANAN 90,85 87,23 89,66 2. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,69 0,92 0,77 3. PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, RUMAH MAKAN DAN HOTEL 4,4 10,6 6,43 4. JASA KEMASYARAKATAN 1,35 0,78 1,16 5. LAINNYA (PERTAMBANGAN, LISTRIK, GAS DAN AIR) 2,72 0,47 1,98 Sumber : SAKERNAS Tahun 2010. 2.2.2. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2.2.2.1. Sektor Migas dan Pertambangan KabupatenTebo juga memiliki sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui cukup potensial,yaitu adanya sebaran batu bara dan minyak bumi, khususnya untuk minyak bumi sejak Tahun 2005 yang lalu telah dilakukan eksploitasi oleh perusahaan PT. Pearl Oil Co. Ltd yang berlokasi di Desa Lubuk Mandarsyah Kecamatan Tengah Ilir. Untuk komoditas Batu bara terdapat 45 kuasa pertambangan. Dua belas perusahaan sudah punya izin eksploitasi dan baru 3 (tiga) yang beroperasi. Batubara di Kabupaten Tebo tersebar di Kecamatan Sumay, Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir, Serai Serumpun dan VII Koto Ilir. Pengelolaan pertambangan batu bara di Kabupaten Tebo, menemui berbagai kendala sehingga dari 45 kuasa pertambangan yang telah diberikan baru 3 (tiga) yang beroperasi. Hal ini disebabkan antara lain; sebagian besar wilayah perizinan terletak di kawasan hutan produksi, sehingga perlu proses izin pinjam pakai kawasan dari kementerian kehutanan; lambatnya pemegang izin untuk melakukan kegiatan eksplorasi; kualitas batubara Kabupaten Tebo secara umum memiliki kualitas rendah dengan nilai kalori (calory value) berkisar 4500 5300 kkal/kg dan kadar air (total maisture) berkisar 40-50%, sehingga pemegang izin kesulitan dalam memasarkan produksinya dan beberapa lokasi perizinan berada di wilayah perkebunan. Dengan beroperasinya pertambangan batubara, kerusakan yang ditimbulkan menjadi masalah lingkungan di bidang pertambangan adalah, GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 22

masalah pasca tambang dan air asam tambang, maka perlu diantisipasikan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan. Keadaan ini sangat perlu diwaspadai karena selama ini usaha pertambangan selalu dipersepsikan dengan citra perusak lingkungan. Hal ini disebabkan karena usaha pertambangan, khususnya pertambangan batubara yang sifatnya terbuka (open pit mining), selalu merubah bentangan alam sehingga mempengaruhi ekosistim dan habitat aslinya. Pertambangan terbuka ini akan dapat mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia sehingga keberadaan pertambangan semacam ini akan menimbulkan penolakan di tengah masyarakat. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan hasil tambang sangat dirasakan masih kurangnya akurasi data potensi bahan galian tambang di Kab. Tebo sehingga potensi tambang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan dalam pengelolaan pertambangan terlihat kurangnya masyarakat pelaku tambang dalam aspek K3 dan lingkungan hidup. Secara umum dapat dikatakan dalam pengelolaan penambangan terlihat tanggung jawab sosial dan ekonomi perusahaan pertambangan terhadap masyarakat (Corporate Social responsibility) disekitar lingkungan tambang belum optimal. Di sisi lain, pelestarian plasma nutfah asli juga belum berjalan baik. Kerusakan ekosistem dan perburuan satwa dan tumbuhan yang dilindungi secara liar, yang dilatarbelakangi rendahnya kesadaran masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman hayati dan tanaman obat-obatan. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) perlu diantisipasi ke depan, terutama yang berpotensi tetapi belum banyak dimanfaatkan seperti tanaman obat-obatan. 2.2.2.2. Sektor Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Perikanan Seberapa jauh peran sektor pertanian dalam pembangunan Kabupaten Tebo, dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tebo, sebagaimana tercermin pada Tabel 2.21. Terlihat bahwa dominasi kontribusi sektor pertanian sangat besar dalam mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Tebo selama kurun waktu 2005-2010. Pada tahun 2005 sektor pertanian menyumbang sebesar 54,8% dari total PDRB Kabupaten Tebo dan sampai pada tahun 2010 terlihat menurun menjadi 51,15%. (Tabel 2.21) Namun walaupun kontribusi sektor pertanian ini terus menurun namun secara riil PDRB nya terus meningkat dari Rp. 659.629,12 juta tahun 2005 menjadi Rp. 1.339.597,32 juta tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 15,22%. Secara riil terlihat bahwa sektor perkebunan berkontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB pertanian dimana tahun 2010 mencapai Rp. 908.361,22 Juta dan diikuti oleh sektor pertanian tanaman pangan yang mencapai Rp. 183.447,39 juta, kehutanan yang mencapai Rp. 114.908,66 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 23

juta dan peternakan Rp. 117.501,96 juta serta terendah perikanan Rp. 15.378,09. Kalau ditelusuri lebih lanjut dalam sektor pertanian sampai tahun 2010 ternyata sektor perkebunan memberikan kontribusi mencapai 34,68% dengan walaupun pertumbuhan rata-rata mengalami penurnan yakni 2.47% dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Tabel 2.21. PDRB Kab. Tebo Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2010. LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH (RP.) 1. PERTANIAN 659.629,12 729.858,67 815.990,66 897.075,56 1.053.854,20 1.339.597,32 15,22 A. Tanaman Bahan Makanan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya GR (%) 134.135,07 139.660,65 148.131,71 141.541,93 160.123,89 183.447,39 6,46 369.457,90 418.994,52 480.839,74 543.411,15 666.975,14 908.361,22 19,71 65.152,89 70.509,57 79.031,48 93.433,27 102.965,87 117.501,96 12,52 D. Kehutanan 81.398,51 89.295,87 95.839,26 105.914,26 109.635,88 114.908,66 7,14 E. Perikanan 9.484,77 11.398,06 12.148,47 12.774,95 13.753,42 15.378,09 10,15 PERSENTASE KONTRIBUSI (%) 1. PERTANIAN 54,8 51,24 50,4 45,96 48,2-1,23 A. Tanaman Bahan Makanan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 11,14 9,8 9,15 7,25 7,33-8,87 30,7 29,42 29,7 27,84 30,51 2,47 5,41 4,95 4,88 4,79 4,71-3,66 D. Kehutanan 6,76 6,27 5,92 5,43 5,02-8,27 E. Perikanan 0,79 0,8 0,75 0,65 0,63-5,67 Sumber: Tebo Dalam Angka, 2010. Sedangkan pada subsektor tanaman pangan dan bahan makanan yang menunjukkan sumbangannya dalam menopang perekonomian yang terus menurun dari 11,14% sejak tahun 2005 menjadi 7.00% pada tahun 2010 atau rata-rata penurunan mencapai -8.87%. Penurunan ini kelihatannya perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Kabupaten Tebo ke depan. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II - 24