ANALISIS KAJIAN DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA PROVINSI JAMBI PASKA 2015.

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB 2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB IV GAMBARAN UMUM

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Profil Tata Ruang. Provinsi Jambi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Katalog BPS :

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB IV GAMBARAN UMUM

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMSGT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle).

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

ANALISIS KAJIAN DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA PROVINSI JAMBI PASKA 2015. Oleh Dr. Pantun Bukit SE, M.Si KERJASAMA IKATAN PEMINAT DAN AHLI DEMOGRAFI ( IPADI) DENGAN BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 4 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 5 1.4. Konsep Dasar Indikator Kependudukan 6 1.5. Konsep Dan Definisi Penawaran Angkatan Kerja 9 BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 11 2.1. Aspek Geografi 11 2.2. Aspek Demografi 18 BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA 33 3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja 33 3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 37 3.3. Perkiraan Angkatan Kerja 41 BAB IV KESIMPULAN 47

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Ketinggian Di Provinsi Jambi 13 Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah Di Provinsi Jambi 14 Tabel 2.3 Karakter Lahan Pertanian Di Provinsi Jambi 17 Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi 19 Tabel 2.5 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi 20 Tahun 2008-2013 Tabel 2.6 Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi 21 Jambi Tahun 2008-2013 Tabel 2.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi 22 Jambi Tahun 2008-2013 Tabel 2.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Provinsi 23 Jambi Tahun 2008-2013 Tabel 2.9 PDRB Kabupaten/Kota Se- Provinsi Jambi Dan Laju 27 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 Tabel 2.10 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Konstan tahun 2008-28 2013 Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun Dan Per Sektor PDRB 28 Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (%) Tabel 2.12 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2008-30 2012 Tabel 2.13 Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%) 31 Tabel 3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur 33 Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (Dalam Ribu) Tabel 3.2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 35 Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Tabel 3.3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin 36

Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel 3.10. Tabel 3.11. Tabel 3.12. Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (Dalam Persen) Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 37 38 39 40 41 42 43 44 45

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program KB Nasional yang telah dirintis sejak dasawarsa 1970-an telah menurunkan angka kelahiran secara cukup menyakinkan. Namun demikian dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami stagnansi. Keberhasilan program KB Nasional yang umumnya di ukur dengan Total Fertility Rate (TFR) dan berhasil diturunkan dari 5,6 per 1000 wanita usia subur (usia 15 49 th) pada tahun 1970 menjadi 2,6 per 1000 wanita subur pada tahun 2002/2003, ternyata pada tahun 2007 dan 2012 angka tersebut tetap sebesar 2,6 (Hasil SDKI 2012). Disisi lain, laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan dapat diturunkan menjadi 1,27% per tahun pada tahun 2010 ternyata masih cukup tinggi yaitu 1,49% per tahun (Sensus Penduduk tahun 2010). Indikator lain yang mencerminkan adanya stagnasi dari program kependudukan dan KB adalah masih tingginya angka unmet need yaitu 8,5% (SDKI, 2012); ASFR 15-19 th sebesar 48 per 1000 wanita subur (SDKI, 2012) dan peningkatan kepersertaan KB yang tidak sesuai dengan harapan yaitu sebesar 0,5% selama 5 tahun. Sedangkan secara ideal seharusnya per tahun dapat meningkatkan CPR dengan 1% per tahun. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.

Berdasarkan hasil sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS, bahwa penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa dengan tingkat kepadatan ratarata sebesar 60 jiwa/km 2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.293 jiwa/km 2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 199 jiwa/km 2. Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi selama periode 2005-2010 rata-rata mencapai 1,59% pertahun, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu 2,20%. Namun pada tahun 2008 tingkat pertumbuhan penduduk mengalami penurunan menjadi 1,68% dari tahun 2009. Berdasarkan jenis kelamin, meskipun angkanya berfluktuasi namun selama tahun 2005-2010 rasio penduduk berjenis kelamin laki-laki selalu lebih besar dari kelompok penduduk berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2010 penduduk laki-laki berjumlah 1.578.338 dan perempuan berjumlah 1.510.280 jiwa atau rasio sebesar 1,04 banding 1. Dari jumlah penduduk di Provinsi Jambi, terdapat tiga daerah dengan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2010 yaitu Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Merangin. Sedangkan tiga daerah dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kota Sungai Penuh 81.789 jiwa, Kabupaten Tanjab Timur 204.557 jiwa dan Kabupaten Kerinci 229.387 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Kabupaten Kerinci yang disebabkan oleh terbentuknya Kota Sungai Penuh sebagai daerah otonom baru sejak 8 Nopember 2008. Sex ratio penduduk Provinsi Jambi adalah sebesar 104,5 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Angka sex ratio terbesar terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo yaitu masing-masing 107,89 dan 107,49 serta 106,77. Sex ratio Kabupaten Kerinci sebesar 99,5 dan Kota Sungai Penuh sebesar 98,84 artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini disebabkan penduduk laki-laki di kedua daerah tersebut lebih banyak berimigrasi keluar untuk mencari pekerjaan ataupun usaha ke wilayah lain. Porter (2002) melalui Global Competitivness Ranking menyampaikan gagasan mengenai berbagai sumber daya saing daerah. Disebutkan bahwa daya saing dan standar hidup (kesejahteraan) suatu daerah ditentukan oleh produktivitas yang dicapai dengan memberdayakan sumberdaya manusia (SDM), modal, dan sumberdaya alam.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan hinggá akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Indikator dari bidang ketenagakerjaan tergambar pada pertumbuhan kesempatan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2006 sebesar 1.205.000 orang dan pada tahun 2009 sebesar 1.452.372 orang atau meningkat 20,53%, begitupula dengan angka kesempatan kerja pada Provinsi Jambi pada tahun 2006 sebesar 1.103.000 orang dan pada tahun 2009 sebesar 1.378.372 atau meningkat 24,97%. Pertumbuhan angkatan kerja pertahun relatif berfluktuasi selama periode 2006 2010, dimana pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 12,58 persen, sehingga secara rata-rata pertumbuhannya mencapai 4,9 persen pertahun. Demikian juga pertumbuhan kesempatan kerja relative berfluktuasi, dimana pada tahun 2006 hanya sebesar 0,56%, namun tahun 2009 mencapai 12,58%., Secara rata-rata jika digunakan periode tahun 2006 2009, maka pertumbuhan kesempatan kerja mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,96% pertahun. Dengan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja yang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,96% selama periode 2006 2009, membawa konsekuensi pada penurunan angka pengangguran yang cukup siginifikan. Tingkat pengangguran pada tahun 2006 sebanyak 94.703 orang, menurun menjadi 74.000 orang di tahun 2009, atau jumlah pengangguran menurun rata-rata sebesar (7,28) persen pertahun. Namun tingkat pengangguran tahun 2013 kembali naik menjadi 8,4 persen, hal ini didiorong oleh rendahnya kesempatan kerja, disisi lain pertumbuhan ngkatan kerja relatif tinggi. Kesempatan kerja menggambarkan besarnya tingkat penyerapan dari pasar tenaga kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap akan menjadi masalah yaitu terjadinya pengangguran. Berangkat dari kondisi, peluang, tantangan dan permasalahan diatas, maka BKKBN Provinsi Jambi melakukan suatu penelitian tentang : Peran Kependudukan dalam Perkiraan dan Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja Provinsi Jambi Paska 2015.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana perkiraan penduduk usia kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? b. Bagaimana perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? c. Bagaimana perkiraan angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: a. Untuk mengetahui perkiraan penduduk usia kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? b. Untuk mengetahui perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? c. Untuk mengetahui perkiraan angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019? 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun langkah-langkah strategi dan kebijakan dalam Peran Kependudukan dalam Perkiraan dan Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja Provinsi Jambi Paska 2015. b. Sebagai bahan masukan bagi BKKBN Perwakilan Provinsi Jambi dalam menyusun Strategi dan Kebijakan Kependudukan dalam Perkiraan dan Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja Provinsi Jambi Paska 2015. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian terhadap topic atau tema yang sama 1.4. Konsep Dasar Indikator Kependudukan Untuk bisa memahami lebih rinci mengenai indikator kependudukan dan ekonomi serta beberapa komponen-komponen yang ada di dalamnya beberapa konsep dan definisi perlu dipahami antara lain: 1. Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Laju pertumbuhan penduduk merupakan perkiraan jumlah seluruh penduduk setiap tahun. Angka laju pertumbuhan penduduk ini didapat dengan cara membagi pertambahan jumlah penduduk selama tahun yang bersangkutan dengan jumlah penduduk awal tahun itu. Metode penghitungan laju pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut: Pn Po( 1 r) n Dimana : Pn = adalah jumlah penduduk tahun n Po = adalah jumlah penduduk pada awal tahun R = adalah laju pertumbuhan penduduk 2. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan luas wilayahnya. 3. Angka beban tanggungan (dependency ratio)

Dependency ratio adalah jumlah orang-orang yang tercakup didalam suatu jumlah penduduk tertentu yang secara ekonomis tidak aktif per 100 orang yang secara ekonomis aktif. Dependency ratio ini biasanya dihitung berdasarkan kelompok umur yaitu kelompok umur 0 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas. 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Adalah ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Metode penghitungannya adalah: Angka tan ker ja x100% Penduduk 10tahunkeatas 5. Proyeksi Penduduk Untuk dapat menghitung jumlah penduduk pada masa mendatang dilakukan dengan metode proyeksi yang didasarkan atas data penduduk minimal 10 tahun terakhir, sehingga dapat menghasilkan proyeksi yang lebih akurat. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung proyeksi adalah sebagai berikut: Y c a bx dimana: Y : Jumlah penduduk th ke n a : Konstanta b : Koefisien X : Tahun 6. Angkatan Kerja Penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha. Angkatan Kerja = Bekerja + Sementara tdk bekerja + Pengangguran 7. Bukan Angkatan Kerja Penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha, atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. 8. Bekerja Kegaiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit satu jam (tidak terputus) selama seminggu yang lalu. Termasuk kegiatan pekerja yang tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha

9. Tingkat Pengangguran Terbuka Adalah ukuran yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenaga kerjaan yang biasanya digunakan untuk membandingkan tingkat pengangguran terbuka antar daerah/wilayah. Metode penghitungannya sebagai berikut: TPT Penganggur an AngkatanKerja x 100% 10. Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan Nilai Tambah Bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu upah dan gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRN (Produk Domestik Regional Netto) atas dasar harga pasar adalah PDRB atas dasar harga pasar setelah dikurangi dengan nilai penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah susutnya nilai barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Cara penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu: - Metode Langsung - Metode Tidak Langsung Dengan menggunakan metode langsung Produk Domestik Regional Bruto dapat dihitung berdasarkan beberapa pendekatan antara lain: a. Pendekatan produksi (production approach) Pendekatan produksi diperoleh dengan mengalikan jumlah barang/jasa yang diproduksi seluruh sektor ekonomi dengan harga barang/jasa tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai tambah sektor yang menghasilkan output. b. Pendekatan pendapatan (income approach) Diperoleh dari perhitungan nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi yang diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pendekatan ini sering digunakan pada sektor jasa-jasa. c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach). Dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Dari penghitungan dapat diperoleh PDRB dari sudut

penggunaan. Metode tidak langsung merupakan metode penghitungan nilai tambah dengan menggunakan data nasional yaitu menggunakan metode alokasi. 11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertahun (LPE) LPE PDRB t PDRB PDRB 0 0 x 100 Dimana: PDRB t = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun t (Terakhir) PDRB 0 = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun awal (tahun dasar). 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata (LPER) LPER n 1 PDRB PDRB t 0 1x100 Dimana : PDRB t = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun t (Terakhir) PDRB 0 = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun awal (tahun dasar) n = Jumlah tahun (periode) 13. PDRB perkapita dan pendapatan perkapita Angka PDRB perkapita diperoleh dengan jalan membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan perkapita adalah PDRB yang telah dikurangi dengan penyusutan dan pajak tak langsung dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 1.5. KONSEP DAN DEFINISI PENAWARAN ANGKATAN KERJA Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia yang sudah mulai memasuki tahap akhir dari proses demografi dihadapkan pula pada persoalan-persoalan lain akibat dari transisi kependudukan tersebut. Persoalan pertumbuhan angkatan kerja diperlihatkan melalui analisi ketenagakerjaan pada bab-bab berikutnya, dengan dmeikian pemahaman terhadap gejala meningkat. Penawaran angkatan kerja secara rasional dan

penting untuk dimengerti baik oleh kalngan akademis, politisi, birokrat maupun praktisi dengan berbagai alasdan. Alasan pertama adalah memahami variabel perubahan yang dapat mempengaruhi penawaran tenaga kerja, dapat memberikan masukan yang berarti menyusun strategi-strategi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengontrol komponen ini. Baik ada kaitannya dengan duni usaha, pemerintah maupun pelaku-pelaku angkatan kerja. Sehingga dengan demikian persoalan-persoalan yang bakal ditimbulkan dari proses penawaran angkatan kerja dapat diminimalkan sebesar mungkin. Alasan kedua adalah perubahan-perubahan konstilasi sosial, budaya dan keterbukaan pembangunan pada masamasa yang akan datang perlu dicermati sebagai faktor-faktro selama in belum menjadi perhatian penting dalam kaitannya dengan penawaran angkatan kerja.

BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 2.1. ASPEK GEOGRAFI Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0 o 45-2 o 45 LS dan 101 o 10-104 o 55 BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Gambar 2.1. Peta Provinsi Jambi Wilayah Provinsi Jambi terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 53.435,72 KM 2, yang terdiri dari luas daratan sebanyak 51.000 Km 2 dan luas lautan, danau serta lainnya seluas 2.435 KM 2. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia,

Singapura Growth Triangle). Disamping itu, peluang Jambi kedepan dengan adanya pembukaan Terusan Thai (sebelumnya disebut Terusan Kra atau Terusan tanah genting Kra) yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan untuk mempersingkat transportasi di wilayah tersebut dan rencananya akan dibuka pada tahun 2011 akan membuka peluang baru bagi Provinsi Jambi karena posisinya yang menghadap dan terbuka langsung ke Laut Cina Selatan. Pembukaan Terusan Kra ini akan mengubah geo-ekonomi global (khususnya Asia Timur) mengingat arus transportasi laut yang selama ini melewati Selat Malaka akan langsung berubah rute pelayarannya melalui Terusan Kra. Disamping itu Pelabuhan Sabang yang berada di ujung barat Indonesia bisa menjadi kota pelabuhan yang besar. Menghadap langsung ke Laut China Selatan. Peluang lainnya adalah rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda akan membuka aksesibilitas ke Pulau Jawa. Secara geografis, luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas 53.435,72 km 2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) : 1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km 2 (7,13%), 2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km 2 (12,09%), 3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km 2 (12,73%), 4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km 2 (13,94%), 5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km 2 ( 11,56%), 6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km 2 ( 10,86%), 7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km 2 ( 9,82%), 8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km 2 (10,56%), 9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km 2 ( 10,19%), 10) Kota Jambi 205,38 Km 2 (0,38%). 11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km 2 ( 0,73%). Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian yaitu (Bappeda, 2010): 1) Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin; 2) Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan 3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin. Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Tabel 2.1 Klasifikasi Ketinggian di Provinsi Jambi Topografi/ Ketinggian (m/dpl) Luas Wilayah/ Kabupaten Ha % 1 2 3 4 Dataran Rendah (0 100 ) Dataran sedang (100 500) Dataran Tinggi (> 500) 3.431.165 67 903.180 17 765.655 16 Jumlah 5.100.000 100 Sumber : Bappeda dan BPS Prov. Jambi, 2010 Kota Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin, Batang Hari Sebagian Sarolangun, Tebo, sebagian Batang Hari, Kota Sungai Penuh, Merangin, sebagian Tanjung Jabung Barat, Kerinci, Kota Sungai Penuh, sebagian Merangin, sebagian Sarolangun dan sebagian Bungo

Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati wilayah ini. Wilayah ini didominasi jenis tanah gley humus rendah dan orgosol yang bergambut. Daya dukung lahan terhadap pengembangan wilayah sangat rendah sehingga membutuhkan input teknologi dalam pengembangannya. Dibagian tengah didominasi jenis tanah podsolik merang kuning yang kesuburannya relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik terutama pada lahan kering dan sangat potensial untuk pengembangan tanaman keras dan perkebunan. Pada bagian barat didominasi dataran tinggi lahan kering yang berbukit-bukit. Wilayah ini didominasi oleh jenis tanah latosol dan andosol. Pada bagian tengah Kabupaten Kerinci banyak di temui jenis tanah alluvial yang subur yang dimanfaatkan sebagai lahan persawahan irigasi yang cukup luas. Beberapa jenis tanah yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Provinsi Jambi No. Jenis Tanah Jumlah % 1 2 3 4 1 Podzolik Merah Kuning 2,036,386 39.93 2 Latosol 952,386 18.67 3 Gley Humus Rendah 547,830 10.74 4 Andosol 354,406 6.95 5 Organosol 308,338 6.05 6 Podzolik Coklat + Andosol + Podzolik 275,652 5.40 7 Podzolik Merah Kuning 236,343 4.63 8 Alluvial 199,553 3.91 9 Hidomorfik Kelabu 83,743 1.64 10 Latosol Andosol 60,032 1.18 11 Rawa Laut 42,951 0.84 12 Komplek Latosol + Litosol 2,380 0.05 Jumlah... 5,100,000 100.00 Sumber : RTRW Provinsi Jambi, 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis tanah yang dominan di Provinsi Jambi adalah Podzolik Merah Kuning dengan luas 2.036.386 hektar

atau 39,93% dari luas wilayah sedangkan jenis tanah yang terendah adalah komplek latosol dan litosol yaitu 2.380 hektar atau 0,05%. Dilihat dari pola aliran sungai, dimana di daerah hulu pola aliran sungainya berbentuk radial terutama di Kabupaten Sarolangun, Merangin dan Kabupaten Kerinci, sedangkan di daerah pesisir berbentuk paralel. Sungai-sungai di Provinsi Jambi terutama Sungai Batanghari sangat berpengaruh pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan kecenderungan air sungai menjadi banjir, sebaliknya pada musim kemarau kecenderungan air sungai menjadi dangkal dan fluktuasinya dapat mencapai 7 (tujuh) meter. Dari kondisi ini sangat berpengaruh pula pada permukiman penduduk yang tinggal di sepanjang WS Batang Hari baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat usaha tani. Berdasarkan kondisi topografi, kelerengan dan kondisi hidrologi, dapat disimpulkan berbagai karakter lahan di Provinsi Jambi sebagai berikut : a) Pertanian lahan basah (LB), luasnya 684,060 hektar atau 13,41 % dari total luas Provinsi Jambi, dengan kemiringan 0-3 % dan ketinggian 0-10 m dpl. Terdapat di wilayah timur bagian utara sepanjang pesisir pantai dan bagian wilayah tengah yang merupakan WS Batanghari dan sub WS nya. b) Pertanian lahan kering dataran rendah sampai sedang (LKDR) luasnya 2.747.105 hektar atau 53,87 % dari luas total Provinsi Jambi dengan kemiringan 3-12 % dan ketinggian 10-100 m dpl. Terdapat di wilayah timur bagian selatan (Tanjung Jabung Timur), sebagian besar wilayah tengah kecuali WS (Kota Jambi, Batanghari, Bungo, Tebo bagian tengah dan selatan) dan wilayah barat (Sarolangun, Merangin bagian selatan dan Kerinci bagian tengah). c) Pertanian lahan kering dataran tinggi (LKDT) luasnya 903.180 hektar atau 17,71 % dari total luas Provinsi Jambi dengan kemiringan 12-40 % dan ketinggian 100-500 m dpl. Umumnya terdapat di wilayah barat (seluruh Kerinci kecuali bagian tengah, Sarolangun-Merangin bagian utara dan barat serta Bungo, Tebo bagian barat dan utara). Sedangkan sisanya 15,02 % merupakan dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 m dpl merupakan

daerah pegunungan dari rangkaian pegunungan bukit barisan yang membujur di sebelah barat wilayah Provinsi Jambi. Berdasarkan karakter komplek ekologinya, perkembangan kawasan budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok ekologi hulu, tengah dan hilir. Masing-masing memiliki karakter khusus, dimana pada komplek ekologi hulu merupakan daerah yang terdapat kawasan lindung, ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang sangat bervariasi dan komplek ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan penerapan teknologi tata air untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Tabel 2.3 Karakter Lahan Pertanian di Provinsi Jambi Uraian Karakter lahan pertanian LB LKDR LKDT 1 2 3 4 Proporsi luas 18,41 % 53,87 % 17,71 % Lahan Kemiringan 0-3 % 3-12 % 12-40 % Topografi 0-10 m dpl 10-100 m dpl 100-500 m dpl Penggunaan lahan eksisting Upaya pemanfaatan lahan Komoditi potensial Cakupan wilayah - Hutan rawa - Hutan bakau, nipah - Semak belukar - Sawah tanda hujan - Sawah pasang surut - Sawah irigasi - Kebun kelapa - Permukiman - Hutan lindung Input teknologi menengah tinggi - Sawah pasang susut - Sawah tandah hujan - Sawah irigasi - Palawija, hultikultura - Kebun kelapa, kopi kakao - Perikanan laut & tambak - Tanjung Jabung Barat dan Timur - WS Batanghari - Hutan primer - Ladang berpindah - karet rakyat - Hultikultura - Sawah irigasi - kelapa sawit - Permukiman - Hutan lindung Ketersediaan unsur hara - Sawah irigasi - Palawija - Hultikulture - Peternakan - Perkebunan sawit - Karet, kopi, kakao - Perikanan kolam & tambak - Tanjab Timur - Kota Jambi - Batanghari - Bungo, Tebo tengah & selatan - Sarolangun - Hutan primer - Ladang berpindah - kayu manis - Hultikultura - Sawah irigasi - Semak belukar - Permukiman - Hutan lindung Keterbatasan lahan karena hutan lindung - Casiavera - Sawah irigasi - Holtikultura - Kopi - Perikanan kolam - Kerinci kecuali bagian tengah - Bungo, Tebo Barat dan Utara - Sarolangun utara dan barat

Keterangan : LB : Lahan Basah LKDR : Lahan Kering Dataran Rendah LKDT : Lahan Kering Dataran Tinggi Adapun Penggunaan lahan di Provinsi Jambi secara umum terdiri dari : 1) Lahan Permukiman tercatat 43.631 Ha; 2) Sawah Tadah Hujan tercatat 136.662 Ha; 3) Tegalan/Ladang tercatat 117.516 Ha; 3) Kebun Campuran tercatat 112.787 Ha; 4) Kebun Karet tercatat 1.284.003 Ha; 5) Kebun Sawit tercatat 936.565 Ha; 6) Kebun Kulit Manis tercatat 93.609 Ha; 7) Kebun teh tercatat 4.691 Ha; 8) Semak dan alang-alang tercatat 87.177 Ha; 9) Hutan Lebat tercatat 1.634.492 Ha; 10) Hutan Belukar tercatat 413.406 Ha; 11) Hutan Sejenis tercatat 187.704 Ha; 12) Lain-lain tercatat 47.757 Ha 2.2. Aspek Demografi Menurut BPS (2010), luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah 3.092.265 jiwa dan tahun 2012 naik menadi 3.242.814 jiwa, tahun 2013 naik lagi menjadi 3.306.158 jiwa atau tumbuh sebesar 3,4 persen pertahun periode 2010-2013, dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 61,65 jiwa/km 2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.588,99 jiwa/km 2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 210,20 jiwa/km2. Tingkat persebaran penduduk pada tahun 2010 ini masih terpusat di Kota Jambi yaitu 17,13 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota lainnya seperti Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,06 persen penduduk, Merangin ditempati oleh 10,88 persen penduduk dan Kab/Kota lainnya ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk Jambi. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 rata-rata sebesar 57,8 jiwa/km 2 persegi meningkat menjadi 61,65 jiwa/km 2 tahun 2012. Daerah yang tertinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi sebesar 2.581,06 jiwa/km 2 persegi tahun 2010 meningkat menjadi 2.588,99 jiwa/km2 tahun 2012 dan Kota Sungai Penuh sebesar 199 jiwa/km 2 tahun 2010 meningkat menjadi 210,20 jiwa/km 2 tahun 2012. Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi selama periode 2005-2010 rata-rata mencapai 3,05% pertahun, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 yaitu 8,98%, dimana daerah Kabupaten Tebo mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi

yaitu 15,85%, kemudian disusul Merangin 15,08%, sedangkan Tanjung Jabung Timur dan Kerinci mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,31% dan 1,85%, sedangkan selebihnya semua kabupaten/kota mengalami pertumbuhan penduduk yang positif. Sebagaimana karakter ibu kota Provinsi pada umumnya yaitu sebagai pusat pemerintahan, industry dan perdagangan, maka Kota Jambi juga merupakan daerah tujuan arus migrasi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepadatan yang terus meningkat dari 2.581,06 jiwa/km 2 persegi tahun 2010 meningkat menjadi 2.588,99 jiwa/km2 tahun 2012. Pertumbuhan penduduk Kota Jambi kedepan diperkirakan juga akan terus meningkat, karena faktor penariknya jauh lebih besar dibanding faktor lainnya. Dilihat dari posisi kewilayahan barat dan timur, maka presentase distribusi penduduk di kedua wilayah tersebut terlihat relative seimbang, yaitu 52% untuk wilayah timur (Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi), dan 48% untuk wilayah barat (Kerinci, Sungai Penuh, Merangin, Sarolangun, Bungo dan Tebo). Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Kab/ Kota Luas Daerah (Km 2 ) Jumlah Penduduk 2008 2009 2010 2011 2012 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1. Kerinci 3.355 310.093 233.719 229.495 235.251 235.797 68,40 2. Merangin 7.679 286.578 292.013 333.206 333.206 350.062 43,39 3. Sarolangun 6.184 214.036 218.228 246.245 252.421 259.963 39,82 4. Batang Hari 5.804 219.181 222.841 241.334 247.386 252.731 41,58 5. Muaro Jambi 5.326 310.676 314.598 342.952 351.553 363.994 64,39 6. Tanjab Timur 5.445 211.789 213.781 205.272 210.420 211.057 37,70 7. Tanjab Barat 4.649 250.746 255.952 278.741 285.731 293.594 59,95 8. Tebo 6.461 253.373 257.267 297.735 305.202 313.420 46,08 9. Bungo 4.659 264.389 271.625 303.135 310.737 320.300 65,06 10. Kota Jambi 205 467.408 476.038 531.857 545.193 557.321 2.588,99 11. Sungai Penuh 391 78.102 82.293 84.357 84.575 210,20 JUMLAH 50.160 2.788.269 2.834.164 3.092.265 3.161.457 3.242.814 61,65 Sumber: Jambi Dalam Angka, Tahun 2013

Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci di daerah Kerinci dan sekitarnya yang berbahasa dan berbudaya mirip Minangkabau. Secara sejarah dan budaya Kerinci sebagian merupakan bagian dari varian Rumpun Minangkabau. Disamping suku-suku yang disebutkan diatas, juga ada suku-suku asli pedalaman yang masih primitif yakni Suku Kubu dan Suku Anak Dalam. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yaitu sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan Konghuchu. Jika dilihat dari penduduk usia kerja menurut golongan umur pada tahun 2013, maka usia 30-34 tahun yang terbanyak yaitu sebesar 14,29 persen kemudian usia 15-19 tahun sebesar 14,04 persen. Artinya dari struktur umur, maka Provinsi Jambi sudah memasuki bonus demografi, sehingga tenaga kerja yang tersedia sangat berlimpah dengan kualifikasi pendidikan yang beragam. GOLONGAN UMUR Tabel 2.5 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 15-19 276.083 294.679 321.501 291.291 321.748 325.478 20-24 266.450 260.549 278.078 279.721 262.465 273.813 25-29 267.789 266.752 337.336 316.412 298.215 300.462 30-34 232.783 245.145 302.438 285.781 317.821 331.406 35-39 225.340 225.391 269.302 249.515 247.730 243.419 40-44 174.887 184.075 215.981 206.244 218.471 234.476 45-49 157.211 157.288 182.884 170.820 173.004 173.974 50-54 120.657 126.956 149.885 140.479 145.605 152.861 55-59 75.272 77.814 99.122 98.098 96.947 90.898 60-64 58.289 59.785 68.751 58.804 63.734 73.817 65+ 102.649 103.923 124.464 112.338 114.948 117.881 JUMLAH 1.957.410 2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688 2.318.485 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013 terbanyak terdapat di Kota Jambi sebesar 409.137 jiwa atau 17,65 persen kemudian Kabupaten Muaro Jambi

sebanyak 266.488 jiwa atau sebesar 11,49 persen, dan Kabupaten Merangin sebanyak 245.296 jiwa atau 10,58 persen dari total angkatan kerja di Provinsi Jambi pada tahun 20009. Tabel.2.6 Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Kab. Kerinci 2. Kab. Merangin 3. Kab. Sarolangun 4. Kab. Batang Hari 232.184 235.040 179.924 173.884 175.834 171.290 195.717 201.034 251.824 235.325 240.581 245.296 141.290 145.191 181.607 168.329 174.664 181.493 150.317 153.948 181.819 170.074 175.323 177.018 5. Kab. Muaro Jambi 212.563 216.303 261.112 249.758 252.663 266.488 6.Kab. Tanjung Jabung Timur 151.394 153.928 156.461 148.089 153.192 151.306 7.Kab. Tanjung Jabung Barat 170.034 174.547 209.539 195.733 199.525 206.827 8.Kab. Tebo 9.Kab. Bungo 10.Kota Jambi 11.Kota Sungai Penuh - - Lainnya *) 176.949 180.673 224.682 207.891 215.770 221.432 172.503 178.405 227.302 212.886 217.452 226.638 354.459 363.288 411.744 388.059 395.078 409.137 63.728 59.475 60.606 NA 61.560 JUMLAH 1.957.410 2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688 2.318.485 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker Keterangan: *) Daerah dengan responden rate tidak memenuhi syarat untuk dilakukan estimasi Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha dari tahun 2008-2013, sektor yang terbesar menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian sebanyak 723,973 orang atau 52,37 persen, kemudian sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 231,451 orang atau sebesar 16,74 persen, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebanyak 211,866 orang atau 15,32 persen. Tabel 2.7 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2008-2013

LAPANGAN USAHA TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 706,903 695,869 810,866 770,848 783,501 723,973 2. Pertambangan dan Penggalian 12,835 21,024 24,769 21,517 27,836 26,433 3. Industri 46,426 41,675 50,017 48,786 47,303 52,552 4. Listrik, Gas dan Air Minum 3,315 1,745 1,940 4,525 2,832 1,498 5. Konstruksi 45,581 50,079 58,278 63,098 62,169 59,996 6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 190,976 201,376 230,126 231,221 229,932 231,451 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 60,999 63,463 55,955 57,533 44,797 52,402 8,093 11,891 13,455 22,822 22,627 22,300 149,355 173,470 216,999 214,648 202,627 211,866 JUMLAH 1,224,483 1,260,592 1,462,405 1,434,998 1,423,624 1,382,471 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker Selanjutnya jika dilihat dari penduduk yang bekerja menurut golongan umur, maka golongan umur yang paling banyak bekerja adalah usia 30-34 tahun sebesar 229.116 orang atau 16,57 persen, kemudian golongan umur 25-29 tahun sebanyak 198.822 orang atau 14,38 persen. Untuk kelompok umur 35-39 tahun sebesar 179.170 orang atau 12,96 persen dan kelompok umur 40-44 tahun sebanyak 179.351 tahun atau 12,97 persen, sehingga secara total kelompok umur 25-44 tahun menyerap pekerja sebanyak 56,88 persen. GOLONGAN UMUR Tabel 2.8 Penduduk yang Bekerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 15-19 68,419 69,728 72,953 69,084 68,946 54,061

20-24 149,675 146,963 154,410 170,828 149,125 144,204 25-29 180,671 179,932 228,017 222,523 208,565 198,822 30-34 167,685 179,735 214,806 209,481 231,807 229,116 35-39 174,867 174,636 207,642 199,020 185,448 179,170 40-44 136,543 146,640 166,037 167,973 175,556 179,351 45-49 127,035 128,685 144,538 133,665 141,685 134,307 50-54 91,702 97,277 117,119 107,971 115,208 114,877 55-59 53,911 55,934 70,228 71,361 65,447 61,180 60-64 35,015 38,356 41,051 38,544 40,656 44,604 65+ 38,960 42,706 45,604 44,548 41,181 42,779 JUMLAH 1,224,483 1,260,592 1,462,405 1,434,998 1,423,624 1,382,471 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker Tingkat kesejahteraan penduduk yang tercermin melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tercatat sebesar 71,2 (data BPS 2010), sedangkan angka pengangguran Provinsi Jambi sebesar 92.772 atau setara dengan 7,8% penduduk Provinsi Jambi (data SAKERNAS bulan Februari). Jika dilihat dari perkembangan penduduk miskin cenderung terus menurun, seperti terlihat pada grafik berikut. 350 300 250 200 150 100 50 0 11,88 11,37 10,27 9,32 8,77 8,34 8,65 8,42 8,07 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 jumlah penduduk miskin 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik 4.1. Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Jambi 2005-2013 Dari grafik diatas, dapat dilihat jumlah penduduk miskin secara persentase terus menurun dari 11,88 persen tahun 2005 menurun menjadi 8,07 persen pada bulan Oktober Tahun 2013. Penurunan persentase kemiskinan tersebut cukup signifikan yaitu

Gini Ratio Jambi dari sekitar 300.000 jiwa miskin menurun menjadi sekitar 205.000 jiwa pada tahun 2013 atau menurun sekitar 100.000 jiwa penduduk miskin. Namun jika dibandingkan dengan gini rasio, maka trendnya berbeda. Jika pada tingkat kemiskinan persentasenya menurun selama kurun waktu 2005-2013, tetapi pada ketimpangan pendapatan antar golongan yang digambarkan oleh gini rasio cenderung meningkat yaitu dari 0,280 tahun 2008 meningkat menjadi 0,345 tahun 2012, seperti terlihat pada grafik berikut. 0,350 0,340 0,330 0,320 0,310 0,300 0,290 0,280 0,270 0,260 0,250 0,345 0,340 0,304 0,280 0,269 2008 2009 2010 2011 2012 Grafik 4.2. Perkembangan Gini Ratio Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 Trend Gini ratio yang terus meningkat dari 2008-2012, perlu disikapi dengan program pemerataan pendapatan oleh pemerintah daerah dalam bentuk keberpihakan kepada masyarakat berpendapatan rendah seperti petani dan buruh dengan membuat program yang merakyat. 2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi

yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memberikan kesempatan peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi yang berarti memberikan kesempatan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun peningkatan kegiatan ekonomi tidak akan dapat berjalan apabila stabilitas ekonomi tidak tercipta. Di samping itu, stabilitas ekonomi juga melindungi agar peningkatan pendapatan masyarakat tidak tergerus oleh kenaikan harga. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi merupakan kunci utama peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Jambi yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (tahun 2000). Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 7,334% sedangkan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lain yaitu Kabupaten Kerinci untuk tahun 2012 pertumbuhan ekonominya sebesar 6,501%. Kabupaten Merangin sebesar 6,475%, Kabupaten Sarolangun sebesar 7,818%, Kabupaten Batanghari sebesar 7,108%, Kabupaten Muaro Jambi sebesar 7,546%, Kabupaten Tanjab Timur sebesar 7,441%, Kabupaten Tanjab Barat sebesar 7,680%, Kabupaten Tebo yang paling rendah yaitu sebesar 6,521%, Kabupaten Bungo sebesar 7,511%, Kota Jambi sebesar 7,053% dan Kota Sungai Penuh yang paling tinggi yaitu sebesar 10,645%. Angka pertumbuhan ekonomi tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011, dan juga masih lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sebesar 6,1%. Secara keseluruhan kondisi makro ekonomi Provinsi Jambi tahun 2011 cukup baik, salah satu indikatornya terlihat dengan cukup stabilnya harga komoditas sehingga laju inflasi turun dari 10,52% tahun 2010 menjadi 2,76% tahun 2011. Dari pola distribusi PDRB, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yaitu rata-rata sebesar 64,50% pada periode tahun 2008-2012. Demikian juga pengeluaran pemerintah rata-rata sebesar 16,60% pada periode yang sama.

Kabupaten/ Kota Tabel 2.9 PDRB Kabupaten/Kota Se- Provinsi Jambi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 Laju Pert. PDRB ADHB (Juta Rp) PDRB ADHK (Juta Rp) Ekonomi (%) 2011 2012 2011 2012 2012 1. Kerinci 3.084.103 4.030.535 1.185.864 1.263.015 6,506 2. Merangin 3.249.320 4.517.209 1.266.790 1.348.811 6,475 3. Sarolangun 4.667.127 5.380.165 1.339.988 1.444.748 7,818 4. Batang hari 4.701.833 5.335.196 1.286.562 1.378.015 7,108 5. Muaro Jambi 4.824.426 5.503.893 1.331.270 1.431.725 7,546 6. Tanjab Timur 10.392.480 11.957.237 2.566.987 2.758.000 7,441 7. Tanjab Barat 7.848.491 8.995.856 2.450.202 2.638.387 7,680 8. Tebo 3.094.773 3.533.632 971.421 1.034.766 6,521 9. Bungo 4.755.294 5.446.199 1.388.316 1.492.587 7,511 10. Kota Jambi 10.566.477 12.360.519 3.668.601 3.927.353 7,053 11. Kota S.Penuh 1.737.794 1997.070 566.723 627.052 10,645 Provinsi Jambi 58.922.118 69.057.511 18.022.724 19.344.459 7,334 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah) Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan persektor lapangan usaha, maka sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling tinggi pertumbuhannya pada tahun 2012 yaitu sebesar 11,65%, kemudian sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 10,04%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,03%. Sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor jasajasa hanya sebesar 4,48%, kemudian sektor industri pengolahan sebesar 5,32% dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,36%. Tahun 2012 terjadi lonjakan kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor tersier yang cukup tinggi (perdagangan, hotel, dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa). Sebagai daerah yang memiliki potensi primary resources yang cukup besar, maka keunggulan ini juga berpotensi dalam peningkatan nilai tambah melalui industri pengolahan, industri kerajinan dan industri menengah serta dengan mengembangkan industri kreatif. Tabel 2.10 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga KonstanTahun 2008-2013

LAPANGAN TAHUN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013 GR.(%) Pertanian 4.961.196 5.003.441 5.262.856 5.580.225 6.004.284 6.449.193 5,386 Pertambangan 1.851.478 1.875.312 2.146.442 2.644.186 2.713.435 2.755.755 8,279 Industri 2.058.252 2.137.363 2.233.275 2.347.523 2.532.924 2.677.094 5,398 LGA 117.731 128.646 145.524 162.266 172.609 188.614 9,885 Bangunan 721.482 782.475 835.368 888.073 1.031.629 1.245.510 11,538 Perdagangan 2.562.858 2.764.830 3.046.733 3.340.709 3.673.985 4.123.669 9,980 Angkutan 1.198.513 1.268.175 1.320.270 1.373.393 1.473.275 1.598.822 5,933 Keuangan 754.771 889.519 997.305 1.087.897 1.172.817 1.265.251 10,885 Jasa 1.341.489 1.425.146 1.482.880 1.539.245 1.598.574 1.675.370 4,545 PDRB HK 15.567.770 16.274.907 17.470.653 18.963.517 20.373.532 21.979.277 7,141 PDRB tp Migas 13.716.456 14.675.262 15.677.408 16.765.026 18.222.059 19.223.522 6,984 Jlh Pddk 2.788.269 2.834.164 3.092.265 3.169.814 3.242.814 3.306.158 3,466 PDRB/KAP 5,58331 5,74240 5,64979 5,98253 6,28267 6,64798 3,552 PDRB/KAP TP MIGAS 4,91934 5,17799 5,06988 5,28896 5,61921 5,81446 3,400 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah) Ket: GR = Pertumbuhan rata-rata (%) Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pertahun dan per sektor selama periode 2008-2013 Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun dan Per Sektor PDRB Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (%) LAPANGAN USAHA TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 GR.(%) Pertanian 5,6 0,85 5,18 6,03 7,60 7,41 5,39 Pertambangan 14,7 1,29 14,46 23,19 2,62 1,56 8,28 Industri 6,05 3,84 4,49 5,12 7,90 5,69 5,40 LGA 7,24 9,27 13,12 11,50 6,37 9,27 9,88 Bangunan 10,28 8,45 6,76 6,31 16,16 20,73 11,54 Perdagangan 3,56 7,88 10,20 9,65 9,98 12,24 9,98 Angkutan 3,91 5,81 4,11 4,02 7,27 8,52 5,93 Keuangan 23,88 17,85 12,12 9,08 7,81 7,88 10,88 Jasa 4,99 6,24 4,05 3,80 3,85 4,80 4,55 Pert. (%) 7,16 4,54 7,35 8,54 7,44 7,88 7,14 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%) Berdasarkan penjelasan dari tabel diatas, maka dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang lebih tinggi dan berlanjut harus digarap sektor-sektor primer yang menjadi andalan dan sektor basis selama untuk diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, terutama pada produk-produk pertanian dan sub sektor perkebunan dan perikanan. 2.1.3. Struktur Ekonomi Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perubahan struktur (structure transformation) ekonomi dan sosial masyarakat. Perubahan struktur ekonomi menunjukkan pergeseran peranan masing-masing sektor dalam pembentukan produk domestik regional bruto suatu daerah. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita di masyarakat, maka secara umum terjadi pergeseran dalam struktur produksi barang dan jasa, di mana peranan sektor primer dari tahun ketahun terus menurun, sementara peranan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, dalam konteks perekonomian regional gejala umum sebagaimana telah dikemukan, kemungkinan hanya terjadi pada daerah-daerah yang tidak berspesialisasi dalam produksi sektor pertanian. Jika dilihat dari PDRB Provinsi Jambi berdasarkan harga berlaku tahun 2008-2012, maka sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 21,98%, kemudian sektor keuangan dan persewaan 20,02%, sektor listrik, gas dan air bersih 19,39% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,35%. Sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor pertambangan dan penggalian 4,65%, sektor jasa-jasa 12,55% dan sektor industri pengolahan 14,76%. Tabel 2.12 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2008-2012 Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 GR (%)

1. Pertanian 9.791.985 12.113.078 15.814.677 18.583.306 21.675.418 21,98 2. Pertambangan & Penggalian 10.525.760 8.076.599 9.817.272 12.067.110 12.626.675 4,65 3. Industri Pengolahan 4.568.278 5.258.205 5.981.287 6.747.658 7.923.521 14,76 4. Listrik, Gas & Air Bersih 329.359 368.043 487.976 587.747 669.265 19,39 5. Bangunan 1.771.855 2.146.260 2.446.569 2.708.468 3.492.642 18,49 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.647.973 6.428.163 7.827.668 9.476.118 11.459.738 19,35 7. Pengangkutan & Komunikasi 2.604.262 3.040.655 3.518.812 4.024.682 4.621.533 15,42 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh 1.805.766 2.283.433 2.783.618 3.259.985 3.748.432 20,03 9. Jasa-Jasa 4.011.246 4.410.571 5.138.814 5.900.240 6.436.940 12,55 PDRB HARGA BERLAKU 41.056.484 44.125.007 53.816.693 63.355.314 72.654.164 15,34 PDRB TANPA MIGAS 31.271.224 36.755.123 45.061.561 52.696.521 61.837.872 18,58 JLH PENDUDUK TENGAH THN 2.788.269 2.834.164 3.092.265 3.169.814 3.242.814 3,85 PDRB PERKAPITA (Rp) 14.724.721 15.568.967 17.403.648 19.987.076 22.404.666 11,06 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah) Ket: GR = Pertumbuhan rata-rata (%) Perubahan struktur ekonomi pada hakekatnya muncul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan laju pertumbuhan antara sektor produksi dan komponen permintaan agregat. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita di masyarakat, maka secara umum terjadi pergeseran dalam struktur produksi barang dan jasa, di mana peranan sektor primer dari tahun ketahun terus menurun, sementara peranan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terus mengalami peningkatan. Kelompok sektor utama ini masing-masing memiliki tingkat produktivitas, laju pertumbuhan produksi, dan laju pertumbuhan proporsi terhadap PDRB yang berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi, dalam konteks perekonomian regional gejala umum sebagaimana telah dikemukan, kemungkinan hanya terjadi pada daerah-daerah yang tidak berspesialisasi dalam produksi sektor pertanian. Tabel 2.13 Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%) Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 Rerata (%) 1. Pertanian 23,85 27,45 29,39 26,72 29,83 27,45 2. Pertambangan & Penggalian 25,64 18,30 18,24 21,33 17,38 20,18 3. Industri Pengolahan 11,13 11,92 11,11 10,42 10,91 11,10 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,80 0,83 0,91 0,84 0,92 0,86 5. Bangunan 4,32 4,86 4,55 4,84 4,81 4,67 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13,76 14,57 14,55 16,28 15,77 14,98 7. Pengangkutan & Komunikasi 6,34 6,89 6,54 6,37 6,36 6,50 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh 4,40 5,17 5,17 3,68 5,16 4,72

9. Jasa-Jasa 9,77 10,00 9,55 9,52 8,86 9,54 PDRB Harga Berlaku 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Data diolah (2013) Struktur perekonomian Jambi pada tahun 2008-2012 didominasi oleh sektor primer yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian rata-rata sebesar 47,63%. Sektor pertanian kontribusinya terus mengalami peningkatan dari 23,85% tahun 2008 meningkat menjadi 29,83% tahun 2012. Sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan relatif berpluktuasi namun cenderung menurun yaitu dari 25,64% tahun 2008 menjadi 17,38% tahun 2012. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat dari 13,76% tahun 2008 meningkat menjadi 15,77% tahun 2012. Namun kontribusi sektor industri pengolahan terus menurun dari 11,13% tahun 2008 menurun menjadi 10,91% tahun 2012. Hal ini menunjukkan pengembangan sektor industri di Provinsi Jambi tidak mengalami kemajuan atau stagnan bahkan ada indikasi terjadi penurunan yang ditunjukkan oleh indikator struktur ekonomi tersebut. Keuangan, Perse waan & Jasa Persh 4,72 Pengangkutan & Komunikasi 6,50 Perdagangan, H otel & Restoran 14,98 Jasa-Jasa 9,54 Pertanian 27,45 Bangunan 4,67 Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 Industri Pengolahan 11,10 Pertambangan & Penggalian 20,18 Gambar 4.3. Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%) Dibeberapa negara atau bahkan daerah dominasi sektor pertanian cenderung menurun, digeser oleh sektor industri. Sesuai dengan teori perubahan struktur ekonomi,