TINGKAT PENCEMARAN AIR PERMUKAAN DI KODYA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh


PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Bab V Hasil dan Pembahasan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

PENENTUAN KUALITAS AIR

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya air merupakan kebutuhan vital manusia. Kelestarian sumberdaya air di alam harus dijaga baik secara

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Ugro Hari Murtiono

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan,

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

Transkripsi:

TINGKAT PENCEMARAN AIR PERMUKAAN DI KODYA YOGYAKARTA Oleh : Sudaryono *) Abstrak Perkembangan kota yang tidak terkendali sering menimbulkan berbagai persoalan baik sosial, ekonomi, keamanan dan lingkungan, utamanya masalah pencemaran terhadap air permukaan maupun air tanah yang bersumber dari limbah industri, domistik, maupun limbah pertanian. Akibat dari pencemaran tersebut, kondisi air permukaan (sungai) di Kotamadya Yogyakarta telah terjadi penurunan kualitas, terutama meningkatnya kandungan Nitrit dan bakteri coli yang melebihi ambang batas baku mutu lingkungan. Untuk pencegahannya perlu kiranya adanya upaya-upaya untuk melakukan perbaikan lingkungan fisik, perbaikan saluran pembuangan limbah, pengolahan limbah, maupun sistem usahatani dengan menerapkan sistem pemupukan berimbang. Kata Kunci : pencemaran kualitas air menurun 1. PENDAHULUAN Air tanah merupakan sumberdaya alam yang mempunyai sifat dapat diperbaharui (renewable), karena air selalu mengalir dalam satu siklus yang disebut siklus hidrologi. Meskipun air dapat diperbaharui bukan berarti bahwa manusia dapat sesuka hati untuk menggunakan air, karena air tergolong sumberdaya alam yang dengan mudah dapat mengalami perubahan, baik dari segi jumlahnya maupun kualitasnya. Air hujan dari langit adalah merupakan masukan dalam sistem daur hidrologi di Daerah Aliran Sungai (DAS), yang menghasilkan keluaran berupa aliran di out-let nya, setelah mengalami proses hidrologi di daerah aliran sungai tersebut. Selama perjalanan aliran air tersebut akan mengalami pencemaran di daerah sub-urban dan daerah urban (permukiman padat penduduk), pencemaran tersebut dapat berasal dari limbah industri, domistik, sampah, pupuk yang digunakan dalam pertanian, dan lain-lain, yang kebanyakan semua ini terkait dengan sanitasi lingkungan. Perkembangan kota yang tidak terkendali sering menimbulkan berbagai macam persoalan, seperti misalnya pemanfaatan daerah-daerah yang tidak layak huni untuk dijadikan daerah permukiman, meskipun sering harus berhadapan dengan resiko dan bahaya yang ditimbulkannya. Hal ini terlihat antara lain adanya permukiman di bantaran sungai yang beresiko terlanda banjir dan longsor lahan, di daerah-daerah sepanjang jalur rel kereta api yang seharusnya tidak diizinkan untuk dihuni (Sudarmadji, 1995). Dalam kondisi masyarakat marjinal, air sungai adalah merupakan salah satu sumber air yang berpotensi tinggi untuk dicadangkan dan dipertahankan guna mencukupi berbagai keperluan, yakni untuk mengairi sawah pertanian, perikanan, perindustrian, pariwisata, dan lain-lain. Upaya pemanfaatan ini untuk kondisi masyarakat yang belum maju dapat dilakukan dengan tanpa upaya pengembangan, namun pada kondisi kehidupan yang lebih maju upaya penggunaan (pemanfaatan) sungai biasanya telah disertai dengan upaya memodifikasi kondisi alamiah sungai. Sejalan dengan semakin beragamnya jenis, kuantitas dan kualitas pemanfaatan sungai oleh masyarakat maka akan dijumpai adanya konflik di antara berbagai jenis pemanfaatan sehingga diperlukan upaya pengelolaan yang baik, berdaya guna dan berhasil guna. Karena di dalam air sungai sudah penuh dengan berbagai kehidupan, sehingga air berisi banyak bahan organik yang berasal dari penghuninya, tetapi juga dapat berasal dari tempat-tempat lain yang terbawa air *) Penulis adalah Staf Peneliti Direktorat Teknologi Lingkungan, BPPT. Tingkat Pencemaran Air Permukaan...(Sudaryono) 247

selokan. Air selokan yang datang dari kota dan desa pada umumnya kaya akan bahan organik yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan senyawa-senyawa lain. Adanya bahan-bahan tersebut pada satu sisi menguntungkan pertumbuhan suatu organisme, tetapi karena dalam pemanfaatan bahan tersebut terjadi proses-proses kimia tertentu yang menghabiskan salah satu bahan esensial, atau menghasilkan senyawa baru yang mengganggu, maka nutrien dalam air tersebut dapat berakibat terhadap pencemaran lingkungan perairan. Tingkat kepadatan penduduk dan belum cukup tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, maka tidak sedikit limbah rumah tangga yang dibuang begitu saja ke badan sungai atau ke parit. Pada hal bagi sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal di sekitar daerah terlarang (seperti bantaran sungai), padahal sungai itu mempunyai banyak fungsi. Sungai dapat dipergunakan untuk keperluan berhajat besar, bahkan untuk keperluan air minum bagi sementara penduduk (Fandeli, Chafid, 1988). Sementara kota yang merupakan tempat pemukiman penduduk yang padat dengan berbagai aktivitas kehidupan yang tinggi, menjadikan kegiatan berbagai macam produksi yang dikerjakan langsung oleh manusia (home industri) maupun industri besar. Dalam proses produksi akan dihasilkan bahan buangan atau sampah produksi, semakin banyak kegiatan di kota, maka makin banyak bahan buangan yang harus disingkirkan sehingga semakin sulit untuk mendapatkan lokasi pembuangan atau penempatannya. Karena makin banyaknya bahan buangan yang masuk ke perairan, akibatnya air akan semakin tercemar (Prawiro, Ruslan H. 1983). Untuk mendapatkan gambaran pencemaran yang berasal dari daerah urban dan daerah permukiman padat yang terdapat dalam limpasan, Chapman (1992) memberikan arahan, yaitu : terdapat oksigen terlarut, padatan tersuspensi, daya hantar listrik, ion NH 4 +, NO 3 -, NO 2 -, PO 4-3, BOD, Na +, Cl -, SO 4-2, dan berbagai logam berat, seperti Pb. 2. DISKRIPSI WILAYAH Kotamadya Yogyakarta terletak di bagian selatan kaki Gunungapi Merapi, topografi daerah ini miring ke arah selatan, dengan batuan penyusunnya berupa material hasil erupsi gunung Merapi, terutama kerikil, pasir dan abu volkanik. Material volkanik ini merupakan batuan penyusun akuifer yang baik di daerah ini, sehingga berpengaruh baik terhadap kualitas dan kuantitas air tanah. Air tanah di daerah ini merupakan sumber aliran dasar bagi 3 (tiga) buah sungai yang mengalir di tengah kota, yaitu sungai Winongo (urban) dengan bagian hilirnya sungai Denggung di bagian barat, sungai Code di bagian tengah dengan hulunya sungai Boyong, dan sungai Gajahwong di bagian timur kota. Kotamadya Yogyakarta mengalami per-kembangan yang sangat pesat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk di daerah tersebut yang mencapai 1,4% per tahun (Sudarmadji, 1992). Dengan kondisi seperti tersebut, maka masalah konservasi air menjadi sangat penting baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Akibatnya kebutuhan ruang untuk daerah pemukiman sangat mendesak, menyebabkan beberapa bagian dari Kotamadya Yogyakarta yang semestinya tidak diperuntukan sebagai kawasan tempat tinggal, sekarang telah berkembang menjadi daerah pemukiman. Di bantaran sungai Code, Winongo dan Gajahwong memiliki konsentrasi penduduk sangat tinggi, apalagi dengan semakin banyaknya kaum pendatang yang tinggal di tempat tersebut. Adanya industri yang semakin semarak, selain banyak menyerap tenaga kerja, juga banyak menyokong tenaga kerja pada pusat-pusat kegiatan ekonomi di Yogyakarta (Anonim, 1996). 3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan perubahan karakteristik kualitas air permukaan (air sungai) setelah melintasi kawasan urban di Kotamadya Yogyakarta akibat gangguan pencemaran yang disebabkan karena limbah buangan rumah tangga, industri dan pertanian. 4. METODA PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel air permukaan (air sungai) dari daerah sub-urban dan daerah urban (kawasan perkotaan), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan kualitas air permukaan setelah melalui daerah perkotaan. Pengambilan contoh air dilakukan dengan cara memasukkan botol sampel ke dalam air, setelah terisi penuh cepat-cepat ditutup (diusahakan agar jangan sampai ada udara di dalam botol sampel, hal ini untuk menghindari 248 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No.3, Desember 2000 ; 247-252

terjadinya kontaminasi). Sampel air tersebut kemudian dianalisis di laboratorium (Fakultas Geografi, UGM), baru kemudian dilakukan analisis data. Pengambilan contoh air untuk di daerah sub-urban (hulu) pada kawasan berketinggian antara 450 550 m dpl, sedang bagian hilirnya (urban) diambil sekitar kuntur 100 m dpl. yaitu dibagian selatan kota Yogyakarta. Contoh air sungai Denggung (hulu) diambil di desa Karanganyar sedang bagian bawahnya (sungai Winongo) di sekitar kampung Jogonalan. Contoh air sungai Code diambil di sungai Boyong sekitar Pakem (hulu) dan kampung Sidikan (hilir), sedang Hulu sungai Gajahwong di sekitar desa Tegalsari (Pakem) dan bagian hilirnya di Kota Gede. Disamping pengambilan sampel air, dilakukan pula pengamatan terhadap parameter yang dapat langsung dilakukan di Parameter lapangan, misalnya ph air, suhu dan DHL (daya hantar listrik). 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dikumpulkan data untuk bahan analisis, terutama data kualitas air sungai Code, Wonongo dan Gajahwong pada bagian hulu (sub-urban) dan tengah (urban). Analisis laboratorium untuk mengetahui kadar zat kimia yang terlarut di dalam air tersebut, maka telah dilakukan analisis laboratorium di Laboratorium Geografi, UGM. Dengan mempertimbangkan berbagai keperluan, maka dalam penelitian ini kualitas air tidak dianalisis secara lengkap, akan tetapi hanya beberapa parameter pokoknya saja, disesuaikan dengan maksud penelitian ini. Hasil analisis laboratorium seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan di Yogyakarta Satuan Hulu ( Pakem ) Code Winongo Gajahwong Hilir (Sidikan) Hulu (Karanganyar) Hilir (Jogonalan) Hulu (Tegalsari) Hilir (Kota Gede) Temperatur C 27,3 27,3 27,3 27,3 27,3 27,3 ph - 7,19 6,84 7,15 6,76 7,10 6,82 DHL Mikro Mhos/cm 210 376 220 351 215 366 Kekeruhan FTU 1,5 4 2 7 1,7 6 Kesadahan Seb CaCO 3 ppm 20,2 40,5 21,5 38,5 20 36,5 Ca +2 ppm 105 167 105 133 110 156 Mg +2 ppm 13,2 16 14 8,9 13 17 NO 2 ppm 0,00 0,302 0,00 0,003 0,00 0,202 NO 3 ppm 0,00 23,200 0,00 14.300 0,00 30,200 + NH 4 ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cr +6 ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Cl - ppm 13,6 21,3 14,3 21,3 13,2 20,4-2 SO 4 ppm 14 20 16 42 14 32 HCO 3 ppm 110 168 110 143 115 166 BOD ppm 0,9 6,6 0,8 0,7 0,8 2,5 COD ppm 2,8 4,5 2,3 3,9 1,6 4,2 Bakteri Coli PN/100 ml 9 > 2400 12 > 2.400 23 > 2.400 Sumber (data primer) : Hasil Analisis Laboratorium Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta, Desember 1995 pusat kota adalah sebagai tempat Berdasarkan data hasil analisis permukiman penduduk dengan berbagai laboratorium kualitas air, dapat diketahui aktivitas sehingga telah menghasilkan bahwa kualitas air sungai Code, Winongo dan berbagai limbah, baik domistik (rumah Gajahwong setelah melalui kawasan tangga), industri, limbah pertanian, dan lainlain. Tabel 1 menunjukkan adanya perubahan pertanian, perkampungan penduduk dan home industri (industri rumah tangga) telah kadar kandungan bahan kimia dan sifat banyak mengalami penurunan dari segi fisiknya. Perubahan (kenaikan) yang paling kualitasnya. Hal ini dimungkinkan karena mencolok diperlihatkan oleh tingginya Tingkat Pencemaran Air Permukaan...(Sudaryono) 249

kandungan bakteri coli, daya hantar lintrik (DHL) dan kenaikan unsur Nitrit. Kecenderungan adanya penurunan ph air berkisar 7,19 (sub-urban) 6,76 (urban), disebabkan karena adanya peningkatan ion NO 3-2, SO 4-2, Cl - dan HCO 3 - yang diperkirakan berasal dari limbah buangan rumah tangga yang dibuang ke badan sungai. Angka kesadahan juga terlihat meningkat dari hilir (20,2 ppm) ke daerah kota (40,5 ppm), yang disebabkan naiknya kadar ion Ca +2, Mg +2. Dari parameter fisik yang lain, seperti Daya Hantar listrik (DHL) dan kekeruhan juga menujukkan angka kenaikan, namun demikian besarnya masih berada di bawah ambang batas baku mutu air golongan D (berdasarkan penggolongan baku mutu air berdasarkan peruntukannya). Dari hasil pengukuran DHL nilainya berkisar antara 210 376 mikro mhos/cm, sedang berdasarkan kriteria kualitas golongan D adalah : (1750 2250) micro mhos/cm. Kenaikan ini menunjukkan bahwa semakin ke arah hilir konsentrasi ion atau kadar garam di dalam air sungai semakin meningkat. Nitrogen dapat ditemukan hampir di setiap badan air dalam bermacam-macam bentuk, biasanya senyawa nitrogen tersebut adalah senyawa terlarut. Nitrit biasanya tidak tahan lama dan merupakan proses oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi pengolahan air buangan, dalam air sungai dan sistem draenase. Kadar nitrit menunjukkan adanya angka kenaikan, dari daerah hulu (0.00 ppm) dan kota (0,302 ppm). Kecenderungan kenaikan kadar nitrogen (terutama bentuk nitrit dan nitrat), hal ini dimungkinkan karena telah terjadi pencemaran sebagai akibat banyaknya limbah rumah tangga, industri yang dibuang ke sungai atau parit. Dari kadar BOD (Biological Oxygen Demand) dan Chemical Oxygen demand (COD) terlihat adanya kecenderungan peningkatan pencemaran di daerah tersebut, hal ini dimungkinkan karena adanya pembuangan limbah domistik (limbah rumah tangga, limbah pabrik/pengrajin batik) ke badan sungai, sehingga telah berpengaruhi terhadap kualitas air permukaan, meskipun kenaikannya tidak siqnifikan. Dilihat kandungan bakteri coli nya ternyata telah terjadi kenaikan yang sangat tajam, yaitu 9 MPN/100 ml pada daerah hulu dan > 2.400 MPN/100 ml pada daerah hilir, sehingga telah melebihi batas minimum kriteria kualitas air golongan B, ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat di pinggir sungai banyak yang membuang hajat besarnya di kali tersebut. Adanya kecenderungan kenaikan kadar bakteri coli dan beberapa parameter lingkungan lainnya terhadap air permukaan di Kotamadya Yogyakarta tidak menutup kemungkinan akan dapat berpengaruh terhadap kualitas air tanah, hal ini mengingat bahwa letak wilayah ini berada di kaki volkanik Gunungapi Merapi dengan batuan penyusunnya berupa material hasil erupsi gunung Merapi, terutama kerikil, pasir dan abu volkanik. Material ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya infiltrasi (perembesan) air limbah ke dalam air tanah. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1). Dari hasil penelitian tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa kondisi air permukaan (air sungai) di wilayah Kotamadya Yogyakarta teridentifikasi telah mengalami pencemaran dengan kandungan nitrit dan bakteri coli yang melebihi ambang batas persyaratan untuk air minum. Apabila tidak ada upaya pencegahan, khususnya untuk memperbaiki sanitasi dan pembuangan limbah, dikhawatirkan air tanah dan air permukaan di seluruh Kotamadya Yogyakarta akan terancam pencemaran. 2). Kualitas air di Yogyakarta dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus mengalami penurunan, hal itu dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk, baik karean kelahiran (alami) maupun perpindahan dari desa ke kota. Perpindahan penduduk inilah yang diperkirakan akan mempercepat laju pencemaran lingkungan, karena umumnya mereka adalah tenaga kerja in-formal yang menempati kawasan yang kurang layak huni, seperti di sepanjang jalan kereta api, bantaran sungai, dan lain-lain yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air. 6.2. Saran Sebenarnya dari hasil penelitian tersebut belum dapat disimpulkan bahwa kondisi air permukaan (sungai) di Yogyakartra telah tercemar, mengingat bahwa penelitian tersebut baru dilakukan dengan satu kali sampling, hal itu dikarenakan keterbatasan waktu dan anggaran, tetapi sebagai wacana dapat dikemukakan bahwa air permukaan di Yogyakarta terindikasi tercemar, sehingga 250 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No.3, Desember 2000 ; 247-252

perlu dilakukan penelitian secara mendalam dengan variable dan parameter yang lebih beragam DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 1996. Pencemaran Code Mengkawatirkan. SKH Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 6 Juni. 2. Chapman, D. (ed), 1992. Water Quality Assesments. Chapman and Hall, Londo. 3. Fandeli, Chafid, 1988. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta. 4. Prawiro, R.H., 1980. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Penerbit Satya Wacana,, Salatiga. 5. Sudarmadji, 1992. Agihan Geografi Sifat Kimiawi Airtanah Bebas di Koamadya Yogyakarta dan Kiemungkinan Faktorfaktor Lingkungan yang Mempengaruhinya. Kursus Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL TIPE B). Kerjasama Badan Pengendali Dampak lingkungan (BAPEDAL) dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), UGM, Yogyakarta. 6.., 1995. Karakteristik Limbah Domestik Komplek Perumahan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, UGM, Yogyakarta. 7. Tanjung, S.D., 1994. Pencemaran Lingkungan. Bhan Kuliah Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, UGM. RIWAYAT PENULIS Sudaryono, lahir di Yogyakarta, 9 Februari 1952. Lulus Fakultas Teknologi Pertanian, UGM tahun 1978. Lulus pendidikan S2 dalam bidang Studi Ilmu Lingkungan, UGM. Saat ini bekerja sebagai Staf Peneili di Direktorat Teknologi Lingkungan BPPT. Tingkat Pencemaran Air Permukaan...(Sudaryono) 251

LAMPIRAN : 2 1 3 : Pengambilan sampel air 1 : Karanganyar 2 : Pakem 3 : Tegalsari a : Jogonalan b : Sidikan a b c Gambar Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Permukaan 252 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No.3, Desember 2000 ; 247-252