KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o 20 3,32 5 o 50 47 Bujur Timur dan 0 o 49 Lintang Utara o 27 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan dan Propinsi Kalimantan Selatan, - Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan dan Propinsi Kalimantan Selatan. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Gunung Mas B. Luas Wilayah Setelah dimekarkan menjadi 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya, luas wilayah Kabupaten Barito Utara kurang lebih 830.000 Ha. Grafik. Luas Wilayah Kab. Barito Utara menurut Kecamatan 55.300 29.300 76.800 46.800 70.800 89.000 Montallat Teweh Tengah Gunung Timang Gunung Purei Teweh Timur Lahei
Wilayah Administrasinya meliputi 6 (enam) Kecamatan, 93 (sembilan puluh tiga) Desa dan 0 (sepuluh) Kelurahan. Perincian Kecamatan dan Ibu Kota Kecamatan serta jumlah Desa dan luas Kecamatan disajikan pada tabel. Tabel. Administrasi Wilayah Kabupaten Barito Utara Kecamatan Montallat Teweh Tengah Gunung Timang Gunung Purei Teweh Timur Lahei Sumber : Barito Utara Dalam Angka Tahun 2008 C. Topografi Ibukota Tumpung Laung Muara Teweh Kandui Lampeong Benangin Muara Lahei Jumlah Desa/ kel 0 27 6 5 24 Luas (Ha) 55.300 70.800 89.000 46.800 76.800 29.300 Dari sebelah Selatan hingga Timur, area Kabupaten Barito Utara merupakan dataran agak rendah. Sedangkan ke arah Utara berbentuk bukit-bukit lipatan dan patahan yang dijajari oleh pegunungan Muller/Schwaner. Pada daerah tropis, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Di samping itu ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng dan drainase. Wilayah Barito Utara meliputi pedalaman DAS Barito dengan perincian luas pada tabel 2. Wilayah ini terletak pada ketinggian sekitar 200 -.730 m dari permukaan laut. Bagian selatan merupakan dataran rendah dan bagian tara merupakan dataran tinggi dan pegunungan. Tabel 2. Ketinggian Beberapa Kota Dari Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan. Kecamatan Kota Ketinggian Montallat Gunung Timang Gunung Purei Teweh Timur Teweh Tengah Lahei Tumpung Laung Kandui Lampeong Benangin Muara Teweh Muara Lahei 27 500 9 200 59 500 Sumber : Barito Utara Dalam Angka Tahun 2008 Dari tabel 2 terlihat bahwa separuh lebih (55,07 %) wilayah terletak pada ketinggian 00-500 meter DPL yang meliputi kecamatan Gunung Purei, Teweh Timur dan Lahei. Sedang ketinggian 27-00 meter DPL terdapat pada kecamatan Montallat, Gunung Purei dan Teweh Tengah. 2
Sedangkan perbatasan wilayah dengan Propinsi Kalimantan Timur Bagian Selatan sebagian besar terdapat puncak bukit yang tidak terlalu tinggi dari jajaran pegunungan Meratus dan yang terakhir hingga perbatasan dengan propinsi Kalimantan Selatan disekitar Gunung Ketam, Gunung Tanggur dan Gunung Luang. D. Fisiografi Wilayah fisiografi Kabupaten Barito Utara dipandang dari faktor dan proses pembentukannya, maka bentuk wilayah Kabupaten Barito Utara dibedakan sebagai berikut : Bahan yang menyesuai dengan formasi geologi yang berbeda-beda pula Fisiografi di bagian hulu sungai mempunyai rupa dataran perlembaban dan teras sungai. 2. Daratan Aluvial (Alluvial valley) Merupakan daratan rendah yang membentang luas di bagian selatan wilayah dengan Sungai Barito poros tengahnya. Bahan yang menyusun wilayah umumnya kaya mineral kwarsa, rupa dari dataran ini sebagian tertutup endapan gambut pada wilayah cekungan ataupun bentuk dome gambut pada wilayah berhutan lebat dan sebagian daratan.. Jalur Aliran Sungai (Meander Belt) Merupakan daerah kiri kanan sungai yang berpengaruh langsung oleh sungai tersebut. Di bagian hilir sungai mempunyai rupa leves sungai atau tanggul sungai, daerah meander atau daerah yang terputus hingga membentuk seperti danau atau dataran banjir. 3. Patahan (Bergelombang) Merupakan daerah yang mengalami pengangkatan yang terjadi sasaran antara lapisan-lapisan bumi. Daerah yang mengalami patahan ini hampir meluas di daerah dataran ketinggian di atas 00 m di atas permukaan laut. 3
4. Lipatan Merupakan daerah dataran perbukitan yang mengalami pengangkatan yang sudah lanjut, sehingga terjadi lapisan bumi yang terlipat. Keadaan ini dijumpai di daerah perbukitan. E. Geologi Selatan. Susunan batuan geologinya adalah sebagai berikut :. Kwarter, merupakan batuan Aluvium/ endapan dari kerikil yang membentang di dataran rendah di bagian Selatan sekitar jalur aliran Sungai Barito utara. Formasi Aluvium ini kaya mineral kwarsa yang berasal dari daerah bagian hulu dan belum mengalami penempatan (litifikasi). 2. Miosen, merupakan batuan sedimen batu bara, batu pasir, lempung dan nepal dan seringkali dengan sisipan batu gamping tipis. 3. Miosen Bawah, merupakan batuan sedium, batu gamping dengan sisipan napal. 4. Eosen, terletak di bagian Utara, dengan sisipan batu bara. Wilayah Kabupaten Barito Utara berdasarkan Peta Geologi yang diterbitkan Direktorat Geologi tahun 969 seperti yang disajikan pada tabel 3, sebagian terdiri dari formasi geologi yang tergolong tua, kecuali daerah endapan aluvium (kwarter) di bagian 5. Platou batuan pasir miosen, merupakan daerah pegunungan yang membentang di hulu Sungai Barito. 6. Miosen atas-breksi, ditemui memanjang di Sungai Lahei. 7. Paleogen, mencakup semua endapan eosen dan eligosen, yang terdiri dari konglomerat alas pada 4
bagian bawah, disusul oleh batu gamping dan Napal-Lempung pada bagian atas. Ditemui di wilayah Teweh Timur dan Gunung Purei. 8. Eosen atas oligosenmiosen bawah, dengan sisipan batu kapur, terdapat di daerah Sungai Lahei. 9. Mesozoikum, merupakan bantuan facies sedimen dan gunung api, terdiri dari bantuan lelehan dan piroklastik bersusun basa dan intermedier, batu pasir, konglomerat, sabak, kersik, serpih, lempung dan batu gamping. 0. Batuan beku muda-endesit, yang menyebar di tempat-tempat di bagian tengah Kabupaten Barito Utara.. Batuan dalam asam kapur, terdiri granit dan Granodiorit, terletak setempat di wilayah Gunung Purei. F. I k l i m dan Hidrologi Karena secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa dan bercurah hujan tinggi, maka iklim di Kabupaten Barito Utara termasuk iklim tropis yang lembab dan panas yang dipengaruhi oleh musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Keadaan temperatur udara rata-rata maksimum lebih kurang 35 o dan minimum kurang lebih 20 o dengan kelembaban nisbi (RH) rata-rata 85 % per tahun. Tabel 3. Formasi Geologi Wilayah Kabupaten Barito Utara N o 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Formasi Geologi Kwar ter Miosen Miosen bawah Eosen Platau batuan pasir Meosen atas-breksi Vulkanik Paleogen Eosen atas-oligosen-miosen bawah Mesozuikum (tak diuraikan) Batuan Beku muda-endesit Batuan dalam asam kapur Luas Ha % 8.984 92.25 446.457 545.373 0,00 6.22 70.247 79.076 24.883 22.570 2.40 3,72 2,88 3,95 7,04 0,00 0,50 5,32 5,60 0,78 0,70 0,07 Jumlah 828.000 00,00 Sumber : Kanwil BPN Propinsi Kalimantan Tengah Menurut peta curah hujan Propinsi Kalimantan Tengah, Wilayah Kabupaten Barito Utara mempunyai curah hujan yang tertinggi di antara kabupaten-kabupaten lainnya, yaitu dari 3.000 mm/tahun dibagian selatan menjadi lebih dari 4.000 m/tahun di bagian utara. Hal ini disebabkan karena semakin ke Utara daerahnya semakin tinggi, dengan ketinggian semula 25 m naik menjadi sekitar 500 m di atas permukaan laut. Jadi karena topografi, yaitu terjadinya awan karena udara naik ke pegunungan, sangat besar pengaruhnya terhadap besarnya curah hujan di bagian hulu Kabupaten Barito Utara. Kabupaten Barito Utara mempunyai wilayah yang mencapai ketinggian + 500 meter dari permukaan laut, dengan tingkat curah hujan tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya. 5
Tabel 4. Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan (dalam milimeter) No 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Banyaknya Curah Hujan Hari Hujan 24,9 6 99,5 7 389, 26 33,0 22 58,9 3 76,0 9 63,8 2 247,6 7 74,8 3 302,4 8 398,3 26 358,3 2 Rata-rata 250,6 9 Sumber : Barito Utara Dalam Angka Tahun 2008 Dari data banyaknya curah hujan menurut bulan dari Stasiun Meteorologi Bandara Beringin, Muara Teweh sebagaimana dalam tabel 4. Curah hujan tahunan, terendah terjadi pada bulan Januari dengan banyaknya curah hujan 24,9 mm dan tertinggi pada bulan Nopember dengan banyaknya curah hujan 398,3 mm yang bila dirata-ratakan setiap bulannya adalah 250,6 mm dan rata-rata curah hujan harian adalah 9 mm. Dari data jumlah bulan basah ( > 00 mm/mont) yang jauh lebih besar dari bulan kering ( < 60 mm/month), maka tipe curah hujan diklasifikasikan menurut Schmidt Ferguson Kabupaten Barito Utara memiliki curah hujan tipe C. Dari data banyaknya hari hujan bulanan dari Stasiun Pengamatan Meteorologi Bandara Beringin Muara Teweh, terlihat bahwa banyaknya hari hujan terkecil adalah 3 hari yaitu pada bulan Mei dan September dan jumlah hari hujan terbanyak adalah 26 kali yaitu bulan Maret dan Nopember. Berdasarkan data dan peta curah hujan Kabupaten Barito Utara dibagi menjadi 2 (dua) kelas yaitu sebagai berikut : Wilayah dengan curah hujan antara 3.000 3.500 mm per tahun seluas 55.400 hektar yang meliputi Kecamatan Lahei. Wilayah dengan curah hujan antara 2.500 3.000 mm per tahun seluas 674.000 hektar meliputi Kecamatan Teweh Tengah, Montallat, Gunung Timang, Gunung Purei, Teweh Timur, dan Lahei. 6