BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

dokumen-dokumen yang mirip
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

ANALISIS PERMASALAHAN BELANJA PEGAWAI DALAM APBN. Grafik 1. Perkembangan Belanja Pegawai dalam APBN

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

I. PENDAHULUAN. terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 189 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik

POINTERS SAMBUTAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA PERTEMUAN DAN SOSIALISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

I. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PEDOMAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Departemen Ilmu Adminstrasi FISIP Universitas Indonesia. di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REFORMASI BIROKRASI OLEH : HARIYADI B. SUKAMDANI WAKIL KETUA UMUM KADIN INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

- 4 - BAB III SEKRETARIAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

2012, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Transkripsi:

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Modernisasi Kebijakan Sistem Pegawai Negeri Sipil dan Implementasinya Pesan Pokok Indonesia perlu melanjutkan modernisasi sistem pegawai negeri sipil dan melakukan reformasi atas tata kelola pemerintahan, kebijakan dan pengelolaan keuangan publik yang dibangun beberapa dekade silam. Serangkaian masalah kebiijakan reformasi yang berkaitan dengan struktur, organisasi dan kelembagaan harus ditangani dalam lima tahun ke depan, yang menyangkut: Reformasi atas skema penggajian/penjenjangan (grading) yang ada saat ini: Mengganti sistem yang berlaku sekarang, yang memiliki karakteristik gaji pokok yang rendah dengan berbagai macam tunjangan, dengan struktur pembayaran tunggal dengan transparansi yang lebih besar, yang menghubungkan penghasilan dengan kinerja, dan menyelaraskan tingkat gaji pada seluruh sektor publik. Modernisasi pensiun pegawai negeri sipil: Mengganti skema maanfaat tertentu (defined benefit) yang ada saat ini atau sistem pay-as-you-ago, denganskema kontribusi tertentu yang telah dibayarkan sebelumnya (pre-financed defined contribution scheme). Memperkuat pengawasan atas staf pegawai negeri sipil, agar tetap mampu mengendalikan penambahan jumlah pegawai negeri sipil yang masih berlangsung saat ini dan juga mengendalikan implikasi anggaran yang akan terjadi. Memungkinkan perancangan organisasi dan pengadaan staf pegawai negeri sipil yang lebih fleksibel untuk mendukung struktur dan tingkat kebutuhan staf berdasarkan kebutuhan operasi yang sebenarnya dan bukan karena kebutuhan berdasarkan kebijakan yang distandarisasi. Reformasi kebijakan SDM pegawai negeri sipil untuk mendukung sistem yang lebih modern dan fleksibel dan juga tenaga kerja yang professional dan berorientasi kinerja. Posisi Indonesia Saat Ini Sistem pegawai negeri sipil di Indonesia seringkali tidak berhasil memberikan kontribusi penuh kepada perkembangan transisi negara ini menjadi negara yang berpenghasilan menengah. Tantangan-tantangan yang dihadapi untuk mencetak lembaga-lembaga pemerintah yang profesional dan bertanggung jawab yang mampu memberikan layanan berkualitas, antara lain: Struktur penjenjangan, pengupahan dan tunjangan yang tidak berorientasi kepada pemberian penghargaan atas peningkatan kinerja dan pemberian insentif yang tepat. Selain itu, tingkat penggajian publik tidak selaras antar sektor publik, dan seringkali secara ad hoc saja. Skema pensiun pegawai negeri sangat membutuhkan kecukupan dana, kebijakan yang mengaturnya sudah usang dan nilai pertanggungannya sangat kurang untuk memberikan jaminan keuangan kepada para pensiunan. Biaya dana pensiun dan kewajibannya tidak terkelola dan kemungkinan tidak dapat berkelanjutan karena pengawasannya yang tidak ketat dan karena peningkatan jumlah pegawai negeri sipil yang masih berlangsung. Persyaratan yang rinci dan kaku yang diterapkan pada struktur organisasi dan jenjang kepegawaian yang seragam menyebabkan ketidakcukupan pegawai, fragmentasi dan rentang kendali yang terlalu besar, yang menghasilkan organisasi yang tidak memadai. Kebijakan manajemen sumber daya manusia (SDM) yang kaku dan sangat tersentralisasi (penerimaan dan seleksi, promosi, rotasi dan pelatihan) tidak mendukung pengembangan profesional dan menghambat pembangunan kapasitas dan keberlanjutan reformasi sektoral. Kurangnya data kepegawaian yang andal dan buruknya sistem informasi manajemen sumber daya manusia mempersulit perencanaan pengadaan staf dan manajemen SDM yang modern.

2 BANGKITNYA INDONESIA Lemahnya koordinasi, kurangnya peranan yang jelas dan kapasitas yang rendah merupakan ciri dari institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pegawai negeri di pusat. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (KemenegPAN); Lembaga Administrasi Nasional (LAN); dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) bertanggung jawab mengelola pegawai negeri sipil di pusat, termasuk pengaturan peraturan perundangan yang rinci yang terdiri dari sistem administrasi nasional, walaupun sistem tersebut utamanya dikelola oleh KemenegPAN. Dengan kurangnya reformasi, ketiga institusi tersebut terlalu terkonsentrasi pada tugas-tugas yang sudah bukan lagi tanggung jawab institusi pusat, termasuk di dalamnya melaksanakan peraturan yang rinci dan cetak biru yang sudah ketinggalan jaman, daripada memegang peranan sebagai agen perubahan dan pembuka jalan pembaruan. Penganggaran pegawai negeri sipil masih terus mengikuti praktik lama. Walaupun saat ini dilakukan reformasi anggaran, namun jumlah dan tingkat posisi jabatan dalam organisasi masih ditentukan secara administratif, di luar proses penganggaran. Walaupun (program) penganggaran berbasis kinerja telah diperkenalkan, anggaran pegawai terus dialokasikan secara terpisah dari anggaran operasional atau anggaran program pada institusi - institutsi pemerintah di pusat. Praktik praktik seperti ini tidak memberikan insentif bagi perampingan struktur organisasi dan kepegawaian, dan mendorong peningkatan pengeluaran untuk belanja pegawai. Selain itu, realokasi, seperti pemindahan anggaran pegawai dari satu institusi ke institusi lainnya yang dapat dimungkinkan dengan adanya perubahan prioritas, tidak dapat dilakukan dengan mudah. Jumlah pegawai negeri sipil di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dengan lahirnya pemerintah daerah yang baru, adanya pendirian beberapa lembaga baru di tingkat pusat dan adanya kebijakan pemerintah yang mengubah status Gambar 1. Indonesia: Biaya Upah dan Pensiun Pegawai Negeri 100 75 50 25 0 Base Salary and Allowance Piped Pension Cost Other ExpendituresImproved Sources Total Employee Expenditure 2004 2005 2006 2007 pegawai tanpa memiliki keahlian yang memadai yang bernaung di bawah undang-undang tenaga kerja menjadi seorang pegawai negeri sipil. Jumlah pegawai negeri sipil meningkat dari 3,6 juta pada tahun 2006 menjadi lebih dari 4 juta jiwa pada tahun 2008, suatu kenaikan 11 persen dalam jangka waktu dua tahun. Gaji Pokok dan tunjangan meningkat dari Rp 30 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 58 triliun pada tahun 2007 (Gambar 1), dan remunerasi lainnya meningkat sekitar empat kali lipat menjadi sekitar Rp 20 triliun di tahun 2007. Pengaruh dan dampaknya pada kewajiban pensiun pastilah besar walau angkanya belum ditentukan. Keputusan terkait masalah kepegawaian diambil dengan dasar ad hoc dan tanpa dilakukan analisa dampak anggaran dan analisa jangka panjang yang memadai. Mekanisme yang ada untuk menentukan persyaratan dan kontrol terkait masalah kepegawaian tidak bekerja dengan baik dan mengandung risiko tidak dapat disokong oleh kekuatan fiskal secara berkelanjutan. Prioritas Kebijakan untuk Indonesia yang sedang Bangkit Dibutuhkan banyak upaya pada berbagai bidang untuk menangani tantangan-tantangan dan masalah tersebut, dan untuk menempatkan pegawai negeri sipil Indonesia sebagai suatu ensitas modern, yang peka terhadap kebutuhan pembangunan nasional. Tindakan tersebut dapat mencakup: 1. Reformasi atas kerangka kerja institusi pusat untuk penyusunan kebijakan, aturan dan pengelolaan pegawai negeri sipil. Reformasi diperlukan untuk membantu kapasitas yang rendah, minimnya koordinasi antar institusi dan fragmentasi internal yang mana mandat dan prioritas yang dimiliki KemenegPAN, LAN dan BKN lebih tepat bagi pegawai negeri sipil yang lebih beragam dan lebih terdesentralisasi. Ketiga institusi ini juga dapat memetik manfaat dari peningkatan pemahaman akan praktik terbaik dunia, pengaturan kerjasama antar lembaga dan proyek dan pengalaman pengelolaan perubahan. Sebagai entitas yang bertanggung jawab atas penyusunan kebijakan, peraturan dan otoritas manajemen pegawai negeri sipil pusat, KemengPAN harus menetapkan kebijakan, aturan dan pedoman umum, untuk memastikan penerapan prinsipprinsip manajemen yang tepat dan menyampaikan praktik-praktik yang baik. KemenegPAN sebaiknya tidak terlibat dalam membuat perancangan atau implementasi rinci, yang sebaiknya diserahkan dan diatur oleh kementerian atau lembaga yang bersangkutan. Kapasitas riset dan pengembangan yang dimiliki LAN dapat diperkuat dan proses kerja

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 3 sama antar lembaga yang berhubungan dengan penyusunan kebijakan ditingkatkan, sedangkan BKN harus segera menekankan pada kebutuhan standar data SDM dan peningkatan pengelolaan dan pemrosesan data SDM. Membentuk Komisi Kepegawaian Negara(KKN) seperti disyaratkan oleh UU 43/1999. Komisi tersebut dapat diberikan tanggung jawab yang berhubungan dengan penentuan gaji dan pensiun, peningkatan pengelolaan dan transparansi prosesproses penentuan gaji dan pension serta penyelarasan tingkat penggajian pada seluruh sektor publik. 2. Reformasi kebijakan pegawai negeri sipil untuk tercapainya sistem yang lebih modern dan fleksibel, dan terciptanya staf yang profesional dan berdasarkan kinerja. Reformasi tersebut harus menyertakan upaya-upaya yang diperlukan untuk modernisasi sistem pegawai negeri sipil yang telah bertahan tanpa mengalami banyak perubahan selama 40 tahun. Penyusun kebijakan harus menggunakan praktik-praktik baik (good practices) yang diterapkan di tempat lain atau di dalam negeri, termasuk di luar sistem pegawai negeri sipil (seperti BUMN dan pemerintah daerah yang dikelola dengan baik, dsb), dan belajar dari proyekproyek percontohan pada Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Mahkamah Agung, untuk membangun momentum program reformasi tersebut. Sebagai bagian dari upaya modernisasi: Dalam bidang aturan pegawai negeri sipil, upaya dapat ditekankan guna memastikan penerapan UU 43/1999 tentang Pegawai Negeri Sipil dan memastikan penerapan prinsip-prinsipnya dan dalam menilai luas cakupannya. Secara bersamaan, juga penting untuk memperbarui UU 43/1999 dan menghapus UU 8/1974 tentang Pegawai Negeri Sipil. Kerangka kerja peraturan di bawah undang - undang yang cukup detil yang ada, dapat diganti dengan kerangka kerja peraturan yang lebih fleksibel, yang memungkinkan solusi manajemen yang berbeda pada sektor/lembaga yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan. Mengganti jabatan struktural dan fungsional dengan jabatan teknis dan jabatan manajerial yang profesional. Melakukan reformasi kebijakan terhadap seleksi, penerimaan, pengembangan dan kenaikan jabatan untuk mendukung proses menuju dunia profesional ini. Mengganti pelatihan struktural dengan pelatihan manajemen, teknis dan kejuruan yang menekankan pada keahlian. Memastikan bahwa anggaran pelatihan dialokasikan kepada lembaga dan departemen yang bertugas mengirimkan pegawai untuk pelatihan dan bukan pada penyedia pelatihan. 3. Pertimbangkan untuk mengurangi jumlah pegawai negeri. Sebagai bagian dari upaya ini, langkah-langkah berikut dapat diambil: Melaksanakan kajian atas ruang lingkup pegawai negeri sipil guna peningkatan efisiensi dan efektivitas. Jumlah pegawai pada berbagai tingkat eselon harus ditentukan berdasar kebutuhan operasional dan bukan demi kesamaan bangun simetri dan bukan karena mengikuti tradisi atau kebijakan lama. Memastikan bahwa guru-guru dan tenaga medis merupakan tenaga profesional yang diperkerjakan dan dikelola di bawah pengaturan khusus pada sektor yang terpisah, dan bukan dibawah peraturan untuk pegawai negeri sipil. Sejalan dengan itu, pastikan bahwa staf honorer yang diperkerjakan sesuai dengan aturan ketenagakerjaan dapat menikmati peningkatan kondisi kerja, namun mereka tidak dijadikan sebagai pegawai negeri. Terapkan skema rasionalisasi yang menawarkan tunjangan relokasi bagi pegawai negeri sipil yang berlebih dan pensiun dini bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun sehingga jumlah mereka dapat dikurangi dengan cara-cara yang dapat diterima dengan baik. 4. Sertakan belanja pegawai sebagai bagian dari anggaran operasional program dan buat dananya mudah dipertukarkan. Ukuran organisasi dan jumlah staf harus ditentukan di dalam proses penganggaran dan bukan dilakukan secara terpisah. Buat kendali atas formasi pegawai dan keputusan akan jumlahnya, sebagai bagian dari proses anggaran dan pindahkan penentuan belanja pegawai dari domain Kementerian Negara PAN ke pengelolaan pengeluaran publik di bawah domain Departemen Keuangan dan Kabinet melalui proses anggaran tahunan. Hal ini akan memicu peningkatan kendali atas formasi pegawai karena setiap pengeluaran pegawai yang baru harus mendapat justifikasi dan persetujuan dalam proses anggaran. 5. Lakukan reformasi struktur penggajian dan struktur pemeringkatan jabatan pegawai negeri sipil. Daftar sasaran yang mungkin dicapai untuk peningkatan kebijakan yang berhubungan dengan gaji, pemeringkatan jabatan dan pensiun merupakan daftar yang panjang. Perubahan kebijakan apapun, termasuk yang disarankan di sini, harus melalui analisa penilaian biaya dan dampak anggaran terlebih dahulu sebelum dilakukan. Upaya-upaya untuk menangani kelemahan yang ditemui sekarang termasuk: Undang-undang baru harus disusun untuk mendukung standarisasi/keselarasan penggajian antar institusi pemerintah. Reformasikan sistem pemeringkatan nasional sebagai suatu pijakan

4 BANGKITNYA INDONESIA bersama yang memberikan rujukan bagi berbagai skema pemeringkatan pada sektor sektor yang berbeda dan juga bagi institusi yang dari segi ukuran lebih besar. Dengan demikian, beragam sektor dan institusi yang lebih besar dapat memiliki sistem pemeringkatan yang berbeda tetapi tingkat dan gajinya akan selaras. Perkenalkan penggajian tunggal untuk pegawai negeri sipil berdasarkan pekerjaan, peringkat jabatan dan kinerja mereka. Gunakan rentang gaji untuk tiap tingkat, daripada suatu jumlah gaji yang sudah pasti. Tunjangan untuk kondisi khusus atau sementara dapat diadakan tetapi tidak untuk pengupahan suatu pekerjaan atau fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan. KKN harus menentukan tingkat gaji untuk skema pemeringkatan jabatan nasional, dan strukturnya harus dapat diterapkan untuk semua sektor dan institusi. 6. Buat pengaturan pensiun dengan skema kontribusi tertentu yang baru bagi pegawai negeri sipil yang mulai bekerja pada tahun 2004 dan setelahnya. Peranan dari berbagai institusi utama yang terlibat (Departemen Keuangan, BKN dan PT Taspen) dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan pengelolaan yang lebih efektif terkait skema pensiun dan juga dana yang berkaitan dengan pensiun. Untuk sementara waktu, pegawai negeri yang mulai bekerja sebelum 2004 tetap berada pada program pensiun yang sekarang berlaku, yang dikelola oleh PT Taspen dan Depkeu sampai tidak ada lagi pensiunan di bawah program ini. Kelayakan perpindahan ke skema kontribusi tertentu yang dibayarkan di depan (pre-financed defined contribution scheme) secara berangsur angsur menggantikan skema yang ada saat ini, yaitu pay-as-you-go defined benefit scheme dapat dikaji, termasuk persyaratan persyaratan peralihan. Skema dimaksud sepatutnya dibayarkan terlebih dahulu (pre-financed) melalui kontribusi dari institusi/lembaga yang yang mempekerjakan staf, sehingga meniadakan kewajiban/pengeluaran untuk pensiun dari anggaran nasional. Selain itu: Reformasi kebijakan pensiun dan tingkatkan manfaat pensiun berdasarkan struktur penggajian yang baru dan berdasarkan gaji pokok. Secara bertahap mengurangi biaya pensiun yang ditanggung oleh anggaran tahunan negara karena biaya pensiun akan menjadi tanggung jawab berbagai institusi yang mempekerjakan pegawai dan tidak lagi menjadi tanggung jawab Depkeu. Tambahan biaya untuk pensiun dini akan ditanggung oleh anggaran tahunan negara, akan tetapi, misalnya dapat juga didanai oleh suatu pinjaman investasi. 7. Tingkatkan Manajemen Informasi Sumber Daya Manusia, termasuk peningkatan kualitas data sumber daya manusia, standar dan sistem informasi sumber daya manusia dibutuhkan untuk mendukung perencanaan pengadaan pegawai yang lebih baik dan pengelolaan staf, penggajian, organisasi dan reformasi. Tanggung jawab akan hal-hal yang disebutkan di atas sebagian besar terletak pada BKN. Sistem Informasi SDM Modern (SISDM) harus ditempatkan di pusat, di daerah dan pada sebagian besar institusi untuk memberikan dukungan perencanaan pada tingkat pusat, dan dukungan perencanaan dan manajemen pada tingkat kelembagaan untuk peningkatan kualitas, manajemen dan proses data SDM. Standar-standar nasional untuk data SDM dapat ditetapkan dan diterapkan secara lintas layanan pegawai negeri sipil. Tetapi sistem itu harus mampu mengakomodir perbedaan - perbedaan dalam praktik manajemen sumber daya manusia (MSDM) antar sektor dan institusi. Bagaimana Bank Dunia Dapat Membantu Dukungan Yang Sedang Berjalan Bank Dunia telah memberikan konsultasi dan bantuan teknis kepada Departemen Keuangan untuk mendukung Program Reformasi Birokrasi dan program-program modernisasi lain sejak tahun 2006 melalui Public Financial Management Multi Donor Trust Fund. Dukungan Masa Depan Program Bank Dunia untuk mendukung reformasi pegawai negeri sipil di Indonesia akan memberikan nilai tambah dengan mempertemukan para pemangku kepentingan, memfasilitasi pencapaian konsensus dan memperkuat kapasitas untuk perencanaan dan penerapan reformasi. Hal-hal dimaksud mencakup beberapa komponen di bawah ini: Penguatan basis pengetahuan reformasi dengan melakukan analisa yang melibatkan kerja sama dengan berbagai institusi di Indonesia. Terdapat kebutuhan untuk memperbarui dan memperluas basis empiris untuk pengembangan kebijakan pemerintahan yang berhubungan dengan pengelolaan pegawai negeri sipil di Indonesia. Saling berbagi dan belajar dari sejawat (Peer-to- Peer Sharing and Learning): Reformasi pegawai negeri sipil akan ditingkatkan melalui pertukaran informasi dan pengalaman terkait praktik terbaik dengan rekan sejawat dari institusi pemerintah,

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 5 BUMN dan perusahaan swasta, baik yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar negeri. Hal ini akan mendukung pengembangan kebijakan dan meningkatkan koordinasi dengan, dan membangun konsensus antar, pemangku kepentingan. Memberikan bantuan teknis dan pelatihan kepada institusi institusi yang terkait pada pengelolaan pegawai negeri sipil dan institusi lain yang menjadi target. Mendukung Pemimpin Masa Depan dengan memperkuat kesempatan pendidikan/pelatihan di dalam negeri dan memberikan beasiswa pasca-sarjana dan non-gelar yang lebih terfokus bagi pegawai yang terpilih lewat suatu penyaringan di dalam institusi - institusi yang telah menunjukkan komitmen untuk reformasi. Komponen yang dibiayai oleh pinjaman ini akan memfokuskan pada institusi institusi utama yang terpilih dan akan dipandu oleh rencana pengembangan SDM kelembagaan. Hal ini akan meningkatkan kualitas pelatihan manajemen di Indonesia serta membangun kapasitas manajemen yang berkelanjutan ke dalam institusi yang direformasi. Pemerintah telah menyetujui program beasiswa ini dan persiapan pinjamannya sedang berlangsung. Kantor Bank Dunia Jakarta Gedung Bursa Efek Indonesia Menara 2, lantai 12 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia ph. + 62 21 5299 3000 fax. + 62 21 5299 3111 http://www.worldbank.org/id untuk informasi, silakan hubungi: Mr. Staffan Synnerstrom Lead Public Sector Specialist ssynnerstrom@worldbank.org Mendukung Institusi Indonesia yang Inklusif untuk Pembangunan yang Berkelanjutan