BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur-unsur pokok dari komponen civic education

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengertian Belajar, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar. berkesinambungan. Hintzma (dalam Syah, 2009:

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn PKn adalah suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur pokok dari komponen civic education melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif dalam lingkungan yang demokratis. Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKn (n) adalah pendidikan Kewarganegaraan sedangkan PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara. Istilah KN merupakan terjemahan dari civics. Somantrie (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) PKN (N) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn (n) adalah pendidikan kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 th. 1949. Undang-Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Cholisin (2000: 109) PKn adalah aspek pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga Negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan pacasila dan UUD 1945 agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. Dalam BNSP (2007: 2) peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 6 ayat (1)

9 menyatakanbahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Kelompok mata pelajaran estetika; dan e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, PKn termasuk dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang memiliki cakupan sebagai berikut: Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keperibadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan aturan, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dari patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hokum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta prilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang warga negara perlu memiliki pengetahuan yang baik, terutama pengetahuan dibidang politik, hukum dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhirnya pengetahuan dan ketrampilannya itu akan membentuk suatu watak, karakter, sikap atau kebiasaan sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik.

10 2. Fungsi Pembelajaran PKn Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia pada bangsa Indonesia dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Somantrie (2001: 166) fungsi PKn sebagai usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada siswa agar menjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan Kewarganegaraan untuk melandasi tujuan nasional yang diwujudkan dalam intergritas pribadi dan perilaku sehari-hari. Berdasarkan fungsi di atas, penulis menyimpulkan PKn berfungsi sebagai wahana pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, dan dalam PKn juga mempunyai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas. Siswa dalam proses pembelajaran harus dinamis dan mampu menarik perhatian siswa yaitu dengan cara guru membantu mengembangkan pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipasi yang menghasilkan pemahaman tentang arti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 3. Tujuan PKn di SD Sebagai mata pelajaran yang penting pada semua jenjang pendidikan, mata pelajaran PKn memiliki tujuan yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran. Tujuan utama PKn adalah untuk membangun dan

11 menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Tujuan mata pelajaran PKn di dalam Depdiknas no 20 Tahun 2006 bertujuan agar siswa dapat: 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi 3. berkembang secara positif, dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya 4. berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1.26) menyatakan tujuan pembelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa: (1) mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewargenegaraan di negara; (2) mau berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang kegiatan dan bertanggung jawab, sehingga dapat bertindak cerdas dalam segala kegiatan; (3) dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan informasi. Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1.26) menyatakan ruang lingkup PKn meliputi aspek-aspek: (1) persatuan dan kesatuan; (2) norma hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasaan politik; (7) kedudukan pancasila, dan; (8) globalisasi.

12 Berdasarkan tujuan di atas, penulis meyimpulkan PKn bertujuan untuk membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa meyakini nilai-nilai pancasila dan ikut serta dalam berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang serta bertanggung jawab sehingga dapat bertindak cerdas dalam segala kegiatan, membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Bell-Gredler (dalam Winataputra dkk., 2007: 1.5) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skils), dan sikap (attitudes). Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam

13 bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal atau nonformal. Thursam hakim (dalam Fathurohman dan Sutikno, 2007: 6) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Hadis (2006: 60) menyatakan bahwa perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku seperti pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, persepsi, dan tingkah laku afektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman. 2. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas siswa bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. WS. Winkel (1983: 48) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai.

14 Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Sardiman (2010: 100) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar ialah kegiatan-kegiatan aktif yang dilakukan siswa yang bersifat fisik dan mental dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru, dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat. 3. Pengertian Hasil Belajar Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan pendidikan. Guna mencapai tujuan belajar atau hasil belajar tidak akan dicapai siswa apabila siswa tersebut tidak memperhatikan cara-cara dan faktor yang menunjang keberhasilan belajar tersebut. Hamalik (2005: 30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

15 Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikanya bahan pelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang sejauh mana kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Dalam rangka mencapai tujuan belajar perlu dipilih model pembelajaran yang tepat. C. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

16 tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Aunurrahman (2009: 146) model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk tujuan belajar tertentu. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan pembelajaran serta mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, baik itu tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. 2. Model-model Pembelajaran PKn di SD Model pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang cukup berperanan selain komponen-komponen yang lain. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas tentu akan mempertimbangkan penerapan model-model pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan. Penerapan variasi model bisa menunjang kegiatan pembelajaran yang aktif dan inovatif serta menyenangkan karena tidak monoton dan menjemukan siswa.

17 Dalam BNSP (2007: 2) peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 6 ayat (1). Terdapat beberapa model pembelajaran kelompok, diantaranya Inquiri, Problem Solving, Unit Teaching, dan Cooperative Leraning. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu dari model di atas, yaitu model cooperative learning. D. Model Cooperative Learning 1. Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Cooperative learning dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa yang belajar dalam kondisi pembelajaran kelompok didorong dan dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Cooperative learning atau pembelajaran kelompok menurut Cilstrap dan William (dalam N.K. Roestiyah, 2001: 15), kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Slavin, Davidson dan Kroll (dalam Asma, 2006: 11) mendefinisikan cooperative learning adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam tugas mereka.

18 Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2009: 12) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning dapat diterapkan untuk memotivasi siswa untuk memberikan pendapat serta dapat menghargai pendapat temannya, disamping itu siswa juga diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu maupun kelompok. 2. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning Komalasari (2010: 62) model cooperative learning memiliki bermacam-macam tipe, yang merupakan variasi dari model pembelajaran tersebut. Diantaranya model Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), dan Number Head Together (NHT). Berdasarkan berbagai model di atas, model cooperative learning tipe NHT merupakan salah satu model cooperative learning yang sangat sederhana, dan merupakan model yang baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Penelitian ini peneliti menggunakan model cooperative learning tipe NHT, karena model tersebut merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan

19 aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran PKn di SD. E. Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) 1. Pengertian Model Cooperative Learning tipe NHT NHT merupakan suatu tipe model cooperative learning. Pada tipe ini siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai dengan 6 orang siswa secara heterogen dan kepada setiap siswa anggota kelompok diberi nomor 1 sampai dengan 6. Kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Kagen (dalam Ibrahim 2000: 28) NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Lie (2010: 59) NHT adalah salah suatu model belajar di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, model cooperative learning tipe NHT merupakan pembelajaran kelompok yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok melatih siswa untuk saling berbagi informasi sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

20 mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Selain itu model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. 2. Tujuan Model Cooperative Learning Tipe NHT Ibrahim (2000: 29) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran model cooperative learning tipe NHT yaitu: a. Hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. c. Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe NHT Tryana (dalam http://awaliahafizah.blogspot.com, 2010). Kelebihan dan Kelemahan model cooperative learning tipe NHT adalah sebagai berikut: a. Kelebihan model cooperative learning tipe NHT: a) Meningkatkan prestasi belajar siswa b) Mampu memperdalam pamahaman siswa c) Menyenangkan siswa dalam belajar d) Mengembangkan sikap positif siswa e) Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa f) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa g) Meningkatkan rasa percaya diri siwa h) Mengembangkan rasa saling memiliki b. Kelemahan model cooperative learning tipe NHT: a) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. b) Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. c) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus. d) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. e) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 4. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe NHT Penerapan model cooperative learning tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (dalam Ibrahim 2000: 29) enam langkah model cooperative learning tipe NHT sebagai berikut: a. Persiapan b. Pembentukan kelompok

21 c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan d. Diskusi masalah e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban f. Memberi kesimpulan F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Penengahan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.