BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUNTINGAN GAMBAR FILM FIKSI PENDEK PLEASE COME HOME BERTEMA CYBERBULLYING EDITING OF SHORT FICTION FILM PLEASE COME HOME THEMED CYBERBULLYING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program

REVIEW KARYA AUDIO VISUAL VIDEO MUSIK KISAH HATI. Kelompok 3. Disusun Oleh : Devita Nela Sari ( ) Ogy Prabu Santosa ( )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. kualitatif, sehingga dapat menjadi dasar dan sumber dalam penyusunan laporan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

IDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA EDITING VIDEO

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Multimedia memiliki cakupan sangat luas, oleh sebab itu metode yang

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

KAMPUNG SENI ISI LAPORAN PENYUNTINGAN DIGITAL VIDEO TRAILER

BAB I PENDAHULUAN. 1

Bab 10. Pengembangan Sistem Multimedia. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB III DATA DAN ANALISA

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Development (Penelitian dan Pengembangan) dalam menciptakan suatu video

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu


BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat sampai sekarang. Kemajuan tersebut adalah dalam hal teknologi serta

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

( dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat pada saat ini, masyarakat tidak dapat di pisahkan dari penggunaan media sosial. Seiring dengan perkembangannya, media sosial pun merambat luas di masyarakat. Dengan perkembangan dari media sosial, masyarakat dapat menggugah postingan dan tersedianya sebuah kolom untuk berkomentar. Sehingga banyak masyarakat yang bebas memberikan komentar positif maupun negatif. Salah satu komentar negatif yang dapat terjadi di media sosial adalah cyberbullying. Cyberbullying merupakan perlakuan kasar yang dilakukan kelompok orang menggunakan bantuan elektronik secara berulang dan terus menerus pada seorang target yang kesulitan membela diri (Smith 2008:6). Perlakuan yang dimaksud salah satunya adalah seperti komentar negatif, komentar negatif inilah yang sering bermunculan di media sosial. Cyberbullying atau kekerasan di dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Siapa pun memiliki potensi menjadi pelaku maupun korban cyberbullying (Haryati, 2014:58). Cyberbullying juga termasuk salah satu bentuk cyber crime. Di beberapa Negara tertentu cyberbullying masih dianggap sepele. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cyber Bullying Research Center mengatakan Unsur-unsur dari cyberbullying ini meliputi willful yang berarti perilaku atau tindakan yang disengaja, repeated yang berarti diulang-ulang, mencerminkan sebuah perilaku, bukan hanya satu kejadian saja dan kemudian harm yang berarti sebagai sebuah ancaman, kejahatan atau tindakan menyakiti yang ditunjukkan kepada korbannya dan computers, cellphones and others electronic devices berarti media yang dipakai oleh pelaku untuk melakukan cyberbullying. 1

Cyberbullying juga banyak muncul di Indonesia, salah satunya di Ibu kota Jakarta. Polda Metro Jaya telah mencatat adanya peningkatan kasus cyberbullying pada tahun 2011 hingga 2015. Pada tahun 2011 cyberbullying mengalami peningkatan dibulan Juni. Tahun 2012 kembali mengalami peningkatan pada bulan Maret. Sementara di tahun 2013 mengalami peningkatan kembali di bulan Juni. Lalu di bulan Desember pada tahun 2014 meningkat secara drastis dan di tahun 2015 kembali meningkat di bulan Oktober. Hal tersebut menunjukkan cyberbullying menjadi kasus yang sangat serius di tengah masyarakat pengguna media sosial. Salah satu contoh kasus cyberbullying di media sosial yaitu di Instagram. Pemilik akun dari Ervan Bambang kasus bermula dari foto yang diunggah olehnya memperlihatkan taman bunga yang rusak namun seharusnya tanaman tersebut tidak dirusak. Pemilik akun tersebut juga menulis sebuah caption yang mengatakan pemilik taman bunga tidak memberikan jarak antara bunga dengan khusus pejalan kaki, sehingga tanaman tersebut mudah terinjak-injak akibat kurangnya jarak untuk pejalan kaki. Di tambah pengunjung yang berdatangan begitu banyak sehingga menambah kerusakan pada tanaman tersebut. Dari caption itu lah yang mengakibatkan banyak masyarakat berkomentar negatif di akun instagramnya dan menjadi bahan bullying. Pelaku cyberbullying memiliki latar belakang dalam tindakannya antara lain, pola asuh yang salah, disiplin keras, kurang pendidikan dan low self esteem. Faktor penyebab dari cyberbullying dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab faktor internal adalah marah, balas dendam, frustasi, ingin mencari perhatian, sakit hati, iri, cemburu, melepaskan kepuasan batin, bahkan ada pula yang menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan, ekonomi, acara televisi yang tidak mendidik dan kecanggihan teknologi (Abil dkk, 2012). Para pelaku cyberbullying biasanya menggugah teks, foto, meme atau video yang bertujuan untuk mengintimidasi dan merusak nama baik korban sehingga merasa tertekan dan malu. Hal tersebut terjadi untuk memuaskan pelaku karena tujuannya tercapai. 2

Menurut Rudi (2010:67) beberapa perilaku yang umum dalam tindakan cyberbullying dan dijadikan sebagai indikator dalam variabel cyberbullying yaitu Flame war. Dimana perdebatan yang tidak esensial atau penyanggahan tanpa dasar yang kuat dengan menggunakan bahasa yang kasar di online forum. Kedua Gangguan (Harrasment) yakni terjadi dalam media sosial secara berulang-ulang. Dan ketiga Impersonatin yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim pesan yang bertujuan agar orang lain mendapat masalah. Dampak terjadinya cyberbullying di media sosial pada korban sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi dan tidak berdaya ketika diserang. Gejala-gejala dari cyberbullying yaitu mengurung diri, menangis, konsentrasi berkurang, sulit bersosialisasi, menjadi penakut, gelisah, melakukan bullying terhadap orang lain, menjadi pendiam, menyendiri dan tidak percaya diri. Kesadaran masyarakat untuk lebih bijak menggunakan media sosial dalam menyampaikan pendapat perlu disikapi agar tidak berdampak buruk bagi orang lain. Bentuk kesadaran tersebut penting untuk dikomunikasikan kepada para remaja dan dewasa tentang bahaya cyberbullying. Salah satu media yang menarik untuk mengkomunikasikan fenomena cyberbullying adalah melalui film. Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan dan menyampaikan informasi, karena film menjadi sarana yang efektif dan mudah diterima oleh masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dimainkan di bioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu; dokumenter, fiksi dan eksperimental. Film berjenis fiksi menjadi media komunikasi kepada masyarakat, dimana film fiksi ini terkait dengan plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal (Pratista, 2008:6). 3

Film fiksi ini urutan waktu merujuk pada pola non linear dimana pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan plotnya (Pratista, 2008:37). Pada film ini dimana terdapat kilas balik sehingga selalu meloncat-loncat dari masa kini dan masa lalu. Secara umum film dapat dibagi menjadi dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya (Pratista, 2008:2). Dalam cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sedangkan unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembuat film. Unsur sinematik menjadi empat elemen pokok yakin, mise en scene, sinematografi, editing dan suara. Dalam unsur sinematik terdapat aspek-aspek teknis salah satunya adalah editing. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya (Pratista, 2008:1-2). Menurut Roy Thompson editing adalah proses pengorganisasian, memeriksa, memilih dan perakitan gambar dan suara cuplikan diambil selama produksi. Seorang editor atau penyuntingan gambar bertanggung jawab memotong gambar dan suara yang di hasilkan dari tape rekaman (Latief, 2015:140). Gaya yang paling dominan digunakan hingga kini adalah editing kontinuiti. Editing kontinuiti merupakan sebuah sistem penyuntingan gambar untuk memastikan kesinambungan tercapainya sebuah adegan dengan mengatur shot-shot-nya agar mampu menuturkan naratif secara jelas dan koheren sehingga tidak membingungkan penonton (Pratista, 2008:1). Menurut Marselli Soemarno (1996:91) mengatakan bahwa shot satu dan yang lain dirangkai dengan memperhatikan asas kesimabungan, seperti ketentuanketentuan tentang persambungan antara shot dan shot, adengan dengan adegan, dan babak dengan babak. Sambungan antar shot dalam sebuah adegan didasar atas kesinambungan gambar. Prinsip penyuntingan ini digunakan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. Adapun beberapa aturan secara teknik digunakan untuk mencapai editing kontinuiti yaitu aturan 180 o, shot/reverse-shot, eyeline match, 4

estabilishing/reestablishing shot, match on action, point of view (POV) cutting, cut-in, crosscutting, dan sekuen montase (Pratista, 2008:124). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik penerapan editing kontinuiti dalam penceritaan non linear. Topik ini dianggap menarik karena dengan penerapan editing kontinuiti penonton akan memahami isi cerita non linear, tentunya berfungsi untuk memastikan kesinambungan tercapainya suatu rangkaian cerita dalam sebuah adegan. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Perkembangan teknologi memberikan dampak yang luas, baik negatif maupun positif, salah satunya adalah cyberbullying. 2. Cyberbullying menjadi salah satu kasus yang sangat serius di tengah masyarakat. 3. Penyebab dari cyberbullying yaitu faktor internal dan eksternal. 4. Dampak terjadinya cyberbullying di media sosial korban sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi dan tidak berdaya ketika diserang. 5. Salah satu media yang menarik untuk mengkomunikasikan fenomena cyberbullying adalah melalui film. 6. Film menjadi sarana yang efektif dan mudah diterima oleh masyarakat. 7. Pola non linear dapat memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan plotnya. 8. Seorang editor atau penyuntingan gambar bertanggung jawab memotong gambar dan suara. 9. Gaya yang paling dominan digunakan hingga kini adalah editing kontinuiti. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang didapat yaitu, bagaimana penerapan editing kontinuiti dalam penceritaan non linear film fiksi bertema cyberbullying? 5

1.4. Ruang Lingkup Agar penelitian ini tidak menjadi terlalu luas dalam pembahasannya, maka penulis menentukan fokus batasan ruang lingkup yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Apa Film fiksi sebagai media komunikasi mengenai kasus negatif yang terjadi di media sosial yaitu cyberbullying karena permasalahan latar belakang. 2. Siapa Target audiens dari objek penelitian ini adalah segmentasi remaja dan dewasa dengan variabel sebagai berikut: Demografis : Masyarakat berpendidikan remaja 17 sampai 18 tahun ke atas dan dewasa umur 18 sampai 30 tahun Geografis : Di wilayah perkotaan Psikografi : Masyarakat kalangan menengah ke atas 3. Dimana Media ini akan diinformasikan melalui festival film dan pemutaran film yang bertujuan untuk memenuhi syarat tugas akhir. 4. Kapan Waktu penayangan film ini direncanakan pada tahun 2016 5. Mengapa Penelitian ini digunakan untuk memberikan pesan yaitu pentingnya kesadaran masyarakat untuk lebih bijak menggunakan media sosial dalam menyampaikan pendapat agar tidak berdampak buruk bagi orang lain. 6. Bagaimana Dalam perancangan ini penulis berperan sebagai Editor. 1.5. Tujuan Setelah meninjau dari rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan perancangan film ini yaitu untuk menerapkan editing kontinuiti dalam penceritaan non linear film fiksi bertema cyberbullying. 6

1.6. Manfaat Perancangan 1.6.1. Bagi Masyarakat 1. Agar masyarakat lebih bijak dalam berkomentar di dunia maya. 2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai cyberbullying. 1.6.2. Bagi Penulis 1. Menambah pengetahuan penulis mengenai penggunaan dunia maya dengan bijak. 2. Menambah pengetahuan penulis dalam bidang editor. 1.7. Metodologi Perancangan Sebelum melakukan perancangan, penulis melakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan dalam perancangan ini merupakan penelitian tipe kualitatif dengan metode analisis isi (konten) mengenai editing kontinuiti pada penceritaan non linear. Penelitian kualitatif menurut Syaodih Nana (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.7.1. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Metode ini berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian (Afiffudin 2012:141). Dalam langkah ini penulis mengumpulkan data dan informasi melalui buku, jurnal, artikel dan beberapa film yang berkaitan dengan topik yang diteliti. 2. Studi Visual Metode ini menguraikan dan menginterpretasikan gambar (Widiatmoko, 2013:39). Dalam langkah ini penulis menganalisis beberapa film dan mengamati editing yang terdapat dalam film tersebut. 7

1.7.2. Metode Analisis Data Setelah mengumpulkan data melalui beberapa metode diatas, maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang digunakan dalam perancangan ini yaitu analisis isi. Analisis isi adalah suatu hal empirik (pengamatan) dan prosedur obyektif untuk memperhitungkan representasi visual dan verbal (Widiatmoko, 2013:35). Menganalisis konten menggunakan konsep dan asumsi untuk mengamati dan perlu di definisikan variabel unsur visual dengan jelas untuk mendapatkan bukti yang berarti. Yang terpenting apa isi komunikasi terbentuk. Dalam metode analisis data ini penulis menganalisis beberapa film yakni film cyberbullying 2015, Mr. Robot, Memento, dan Babel. Dalam memperoleh hasil yang diinginkan dalam penelitian ini dengan cara mengkategorikan unsur visual yang muncul dalam karya, berdasarkan teori ini dikategorikan unsur-unsur berdasarkan ciri-cirinya. Hasil dari kategori unsur visual akan menggambarkan fenomena atau gejala visual yang diteliti. Dalam metode analisis data ini penulis menganalisis editing kontinuiti secara teknik dan aturan yaitu aturan 180 o, shot/reverse-shot, eyeline match, stabling/reesrablishing shot, match on action, point of view (POV) cutting, cut-in, crosscutting, dan sekuen montase. 1.7.3. Metode Perancangan Adapun urutan perancangan yang dilakukan yaitu 1. Pra Produksi Penulis melakukan studi lengkap melalui pencarian data yang berkaitan dengan penyuntingan, mencari referensi film yang berkaitan mengenai analisis konsep perancangan. 2. Produksi Dalam tahap ini penulis mencatat adegan-adegan yang telah diambil. Membantu sutrada dan DOP mengatur dan menangani para kru dan talent selama berjalannya produksi. 3. Pasca Produksi Dalam tahap ini penulis melihat kembali materi yang penulis miliki, dari visual hingga audio tujuannya untuk mengetahui kelebihan dan 8

kekurangan dari materi. Tahap berikutnya penulis memisahkan adegan yang digunakan dengan adegan yang tidak digunakan dan audio yang digunakan maupun tidak digunakan tujuannya mempermudah penulis ketika memulai penyuntingan. Tahap berikutnya memulai penyuntingan dan memasukkan audio seperti voice over, effect, maupun sound-sound sesuai dengan naskah maupun sesuai dengan kebutuhan. Tahap berikutnya penulis mereview kembali hasil yang sudah penulis edit tujuannya untuk memastikan semua adegan maupun audio sesuai dengan kebutuhan, dan terakhir adalah final cut dimana semua materi sudah tersusun sesuai dengan skenario yang sudah dibuat oleh sutradara. 9

1.8. Kerangka Perancangan Skema 1.1 Kerangka Perancangan 10

1.9. Pembabakan Pembabakan ini terdiri dari beberapa bab dan sub bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan gambaran fenomena yang telah dikaji oleh penulis serta mengidentifikasi masalah dan merumuskan permasalahan ke dalam rumusan masalah, ruang lingkup, dan menentukan tujuan yang dilakukan dengan metode pengumpulan data dan kerangka perancangan. BAB II : DASAR PEMIKIRAN Dalam bab ini menjelaskan dasar teori pada buku-buku yang berkaitan dengan perancangan ini. BAB III : DATA DAN ANALISIS Dalam bab ini menjelaskan data-data yang diperoleh dari studi literatur dan observasi kemudian memuat analisis dari data yang diperoleh. BAB IV : KONSEP DAN PERANCANGAN Dalam bab ini menjelaskan konsep yang sudah direncanakan dan hasil perancangan dibuat berdasarkan data-data yang di analisis sebelumnya. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil perancangan yang penulis lakukan. 11