BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN AKTIVITAS FISIK POLISI DALMAS DI POLRES WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

PENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB V PEMBAHASAN. data merupakan populasi sasaran penelitian. Tidak seluruh balita yang hadir

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi oprasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. status gizi masyarakat, karena status gizi adalah salah satu faktor yang. menentukan kualitas kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia atau SDM merupakan kunci pembangunan bangsa. Banyak faktor yang menentukan kualitas SDM, salah satunya adalah faktor gizi masyarakat sebagai cerminan keadaan gizi keluarga. Rendahnya kualitas gizi keluarga bisa mengakibatkan rendahnya kesehatan dan daya tahan fisik yang merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh dengan kesehatan yang baik dan pangan yang cukup sehingga bebas dai kekurangan gizi. Untuk memenuhi hal tersebut maka gizi harus cukup dan seimbang yang harus dibarengi dengan pengetahuan tentang gizi yang cukup. Pengetahuan yang harus diketahui keluarga terkait dengan kesehatan remaja meliputi: perubahan yang terjadi pada usia remaja, gizi pada remaja. Dengan adanya pengetahuan yang baik maka sikap yang timbul dalam keluarga juga diharapkan baik pula dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku keluarga pada remaja, karena perilaku ini merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan. Pengetahuan gizi merupakan salah satu syarat penting untuk melakukan perubahan sikap dan prilaku bagi keluarga. Umumnya sebagian besar keluarga mengetahui pengetahuan gizi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti dari kader program gizi yang telah disebar balai balai kesehatan yang meliputi puskesmas, posyandu,ibu PKK, dan poliklinik. Semakin baik pengetahuan gizi

2 seseorang maka akan semakin baik utuk memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang akan dikonsumsi keluarga. Pengetahuan juga mempengaruhi seseorang dalam memilih bahan-bahan makanan untuk menyeimbangkan pola makan sehat. Pengetahuan tentang gizi harus dimiliki oleh masyarakat khususnya keluarga antara lain kebutuhan-kebutuhan bagi tubuhnya sendiri seperti karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral. Selain itu jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, akibat atau penyakit-penyakit yang disebabkan kekurangan gizi akan terhindar dan jarang terkena penyakit. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Alasan penelitian ini mengambi sampel remaja karena paling mewakili populasi di lapangan khususnya di lingkungan SSB.Masalah gizi pada remaja usia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009), faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada remaja usia adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan remaja, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan keluarga tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting dalam kebutuhan sehari-hari.

3 Istilah gizi berasal dari bahasa arab giza yang artinya zat makanan; dalam bahasa Inggris dikenal dengan nutrilion yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme,dan pengeluaran dan zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Bogert (1973) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari cara memberi makan tubuh yang layak atau pantas (Irianto, 2007:2). Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul vitamin A dosis tinggi) (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling inti dengan beranggotakan bapak, ibu, dan remaja-remaja. Di sinilah tata cara nilai, norma, kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan fisik yang paling dasar yaitu makan dan minum. Pada level ini pula terjadi pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan. Masalah yang terjadi di tingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi buruk, anemia

4 dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat diperlukan untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat (Syahartini, 2006). Diharapkan bahwa dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, remaja, atau siapa pun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998). Salah satu faktor masalah gizi pada remaja merupakan faktor seperti tingkat sosial, ekonomi, pengetahuan keluarga tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Dari faktor diatas pengetahuan keluarga tentang kesehatan dan pola konsumsi pada remaja menjadi perhatian yang sangat penting bagi masalah gizi pada remaja. Keluarga (Ibu) sangat berperan penting dalam pengendalian gizi pada remaja dikarenakan keluarga berperan penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan / keperluan dari inilah tingkat pengetahuan keluarga (Ibu) terhadap gizi sangat di butuhkan untuk diterapkan oleh remaja di lapangan. Dengan adanya pengetahuan gizi yang baik maka sikap yang timbul dalam keluarga diharapkan baik pula dan dapat diterapkan di remaja sehingga memiliki pengetahuan gizi yang baik dan dapat diaplikasikan di lapangan Tujuan dari tingkat pengetahuan gizi keluarga untuk mengetahui seberapa besar hubungan pengetahuan gizi remaja di lapangan karena pengetahuan gizi remaja tersebut dipengaruhi oleh orangtuanya yang akan memberi makanan yang dibutuhkan

5 untuk menjaga kondisi tubuh saat beraktivitas di lapangan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dilakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Ibu dan remaja tentang gizi dilapangan khususnya di lingkungan SSB. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mencoba mengemukakan suatu permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini, yaitu: 1. Sejauh mana tingkat pengetahuan Ibu? 2. Sejauh mana tingkat pengetahuan remaja tentang gizi dilapangan khususnya di lingkungan SSB? 3. Adakah hubungan antara pengetahuan gizi Ibu dengan pengetahuan gizi remaja di lapangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji sejauh mana tingkat pengetahuan gizi Ibu terhadap remaja. 2. Mengkaji sejauh mana tingkat pengetahuan gizi remaja dalamnya dilapangan. 3. Mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan gizi Ibu dengan pengetahuan gizi remaja.

6 D. Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini telah selesai dan terbukti/berarti pada hal, yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu : 1. Teoritis Dapat menambah pengetahuan tentang pengetahuan gizi Ibu dan remaja dilapangan. 2. Praktis Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain untuk meneliti masalah-masalah yang berhubungan dengan pengetahuan gizi. E. Anggapan Dasar Dalam menentukan anggapan dasar penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan suatu anggapan dasar sebagai titik awal penelitian. Seperti dikemukakan Surakhmad dalam Arikunto (2006:65) bahwa, Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Anggapan dasar penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. 2. Kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi memiliki pengertian yang lebih luas. Di samping untuk kesehatan, gizi

7 dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu dianggap penting untuk memacu pembangunan di Indonesia yang sekarang sedang membangun, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. F. Hipotesis Sugiono, (2010:64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaaan. Berdasarkan anggapan dasar yang telah diungkapkan di atas, maka penulis data penelitian adalah: H 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi Ibu dengan pengetahuan gizi remaja di lapangan. H 1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi Ibu dengan pengetahuan gizi remaja di lapangan. G. Batasan Penelitian Dalam melakukan penelitian penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian agar cakupan bahasan penelitian tidak terlalu luas,melenceng dari pokok bahasan, dan lebih terarah pada tujuan yang ingin di capai. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan gizi Ibu dan pengetahuan gizi remaja dilapangan sepak bola.

8 2. Hubungan pengetahuan gizi Ibu dan pengetahuan gizi remaja dilapangan. 3. Penelitian di laksanakan di lapangan. Pengambilan data melalui kuisioner atau data angket, serta pendukung tambahan studi berupa dokumentasi. 4. Sample penelitian ini yaitu Ibu dan remaja usia 13 15 tahun.di lapangan. H. Definisi Operasional Untuk menghindari interpretasi yang salah dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang harus diberikan penjelasan antara lain: 1. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui inatal (penglihatan) dan telinga (pendengaran). (Notoadmodjo, 2005: 50). 2. Pengetahuan juga dapat mempengaruhi sikap keluarga terhadap remaja. Sikap merupakan respon seseorang sehari-hari merupakan reaksi emosional terhadap stimulus sosial. (Notoatmodjo, 2005: 52). 3. Bogert (1973) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari cara memberi makan tubuh yang layak atau pantas (Irianto, 2007:2). 4. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004 : 70) mengemukakan bahwa adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakkan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).

9 5. Lapangan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah di lapangan kehidupan yang salah satunya yaitu di lapangan sepak bola (SSB).