APLIKASI MODEL FAMILY CENTER NURSING DENGAN PENDEKATAN PSIKOEDUKASI KELUARGA GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN BUBULAK KECAMATAN BOGOR BARAT Renidayati, N.Rachmadanur (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Abstrak Diperkirakan 25% dari 220 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa secara langsung tidak menyebabkan kematian, namun berdampak penderitaan mendalam bagi individu dan beban bagi keluarga. Respon keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa bisa adaptif dan maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang Aplikasi model Family Center Nursing dengan pendekatan psikoedukasi keluarga pada pasien gangguan jiwa di kelurahan Bubulak kecamatan Bogor Barat. Terapi psikoedukasi keluarga merupakan salah satu terapi keluarga yang dapat meningkatkan kemandirian pasien dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien, mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh anggota keluarga. Hasil pemberian terapi psikoedukasi efektif pada pasien gangguan jiwa. Terapi psikoedukasi keluarga pada dasarnya bukanlah satu-satunya terapi yang mampu meningkatkan perilaku pasien, namum pemberian terapi psikoedukasi keluarga membutuhkan terapi pendamping lainnya baik terapi individu, terapi kelompok serta terapi kolaborasi. Rekomendasi hasil penelitian: Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Puskesmas Sindang Barang Bogor perlu melanjutkan pengembangan pelayanan keperawatan jiwa spesialistik Kata Kunci : terapi psikoedukasi keluarga, Family Center Nursing, gangguan jiwa PENDAHULUAN Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tak terpisahkan dan menjadi bagian terpenting dari diri seseorang yang terdiri dari rasa bahagia, merasa puas terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar, merasa berarti, sikap optimis dan memiliki harapan yang jelas. Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila memiliki karakteristik sehat jiwa, yakni: memiliki persepsi sesuai dengan realita, mampu menerima diri sendiri dan orang lain secara alami, mampu fokus dalam memecahkan masalah, menunjukkan kemampuan secara spontan, mempunyai otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan interpersonal, kaya pengalaman 1 yang bermanfaat, dan mengganggap hidup ini sesuatu yang indah. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa penyebab kesakitan dan kematian di seluruh dunia saat ini telah bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke dan gangguan jiwa. WHO (2007) melaporkan bahwa 31,7% morbiditas karena gangguan jiwa yang mengakibatkan ketidakmampuan pada penderita. Diperkirakan prevalensi gangguan jiwa ditemukan sekitar 450 juta jiwa. Dilaporkan 2% penduduk didunia menderita gangguan jiwa dan hampir 1%
menderita skizofrenia. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia sebesar 4,6 permil maka diperkirakan angka kejadian gangguan jiwa berat sebanyak 1.030.400 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan jiwa di Indonesia saat ini sudah merupakan masalah yang cukup serius. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa angka kekambuhan pada klien tanpa terapi keluarga sebesar 25 50 %, sedangkan angka kambuh pada klien yang diberikan terapi keluarga adalah sebesar 5 10 % (Keliat, 2006). Hal ini dapat disebabkan kurangnya dukungan keluarga terhadap klien sehingga diharapkan dengan meningkatkan dukungan keluarga melalui intervensi psikoedukasi keluarga dapat mengurangi angka kekambuhan klien gangguan jiwa. Psiko edukasi keluarga adalah salah satu program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Terapi psiko edukasi keluarga dapat mengurangi stress, kebingungan dan kecemasan keluarga klien dengan gangguan jiwa. Tingkat keefektifannya tinggi terutama untuk mengurangi kekambuhan klien. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatis (Stuart & Laraia, 2005). Hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007 di Jawa Barat penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat 0.4% dan gangguan mental emosional 20%. Dilihat dari angka tersebut merupakan jumlah yang sangat besar sehingga perlu 2 dilakukan program intervensi yang implementasinya bukan di rumah sakit tetapi di lingkungan masyarakat (community-based psychiatric service) dalam bentuk kesehatan jiwa masyarakat.community Mental Health Nursing memberikan perawatan dengan metode yang efektif dalam merespon kebutuhan kesehatan jiwa individu, keluarga atau kelompok. Berdasarkan pengalaman peneliti pemberian psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga merawat anggota keluarga yang gangguan jiwa. Kemampuan klien gangguan jiwa pun secara kognitif dan psikomotor meningkat. Psiko edukasi keluarga dapat diberikan pada kliengangguan jiwa dan sebagai evidence based practice untuk mengatasi beban keluarga dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa. Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini memaparkan tentang Penerapan Model konsep Family Center Nursing dengan melakukan terapi psiko edukasi keluarga pada klien gangguan jiwa di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat. Tujuan Penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang aplikasi model konsep Family Center Nursing dengan melakukan terapi psiko edukasi keluarga pada klien gangguan jiwa di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat.
METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dan keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Tempat penelitian di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat. Kelurahan Bubulak terletak di Kecamatan Bogor Barat. Jumlah penduduk sampai dengan Februari 2009 12.392 jiwa.. Agama mayoritas masyarakat adalah Islam 12.278 orang (99,01%), Kristen Protestan 53 orang (0,4%), Kristen Katolik 39 orang (0,3%), Hindu (17 orang (0.02%) dan Budha 5 orang (0,01%). Latar belakang pendidikan masyarakat terbanyak adalah SMA (46,3%). Pekerjaan masyarakat di Kelurahan Bubulak adalah wiraswasta (pedagang), PNS, buruh tani dan sopir. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik univariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga merupakan bagian yang terintegrasi dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga di Kelurahan Bubulak. Konsep dasar yang digunakan untuk melakukan pengkajian terhadap keluarga dengan gangguan jiwa berdasarkan model Family Center Nursing (Friedman, 2003). Asuhan keperawatan keluarga difokuskan terhadap peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga melalui perbaikan dinamika hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta adanya hubungaan saling ketergantungan antar keluarga sebagai suatu sistem dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya. 1. Pengkajian Tehnik pengkajian yang dilakukan pada pasien gangguan jiwa menggunakan tehnik scanning meliputi: faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan mekanisme koping (Stuart & Laraia, 2005). Teknik Pengkajian yang dilakukan pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga gangguan jiwa di Kelurahan Bubulak berdasarkan model Family Center Nursing (Friedman, 2003) meliputi: struktur komunikasi, peran, kekuatan dan nilai-nilai atau norma, fungsi keluarga yang meliputi ekonomi, reproduksi, perlindungan (afektif), sosiokultural, dan fungsi kesehatan, lingkungan, stress dan strategi koping keluarga dalam mengatasi masalah. Berikut ini hasil pengkajian pada pasien dan keluarga di Kelurahan Bubulak yang diberikan terapi psikoedukasi keluarga periode Februari- April 2009. Data karaktersitik pasien meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku, pekerjaan sebelum mengalami sakit, jenis kelamin, lama sakit, status ekonomi, riwayat di rawat di RS Data karakteristik pasien dapat dilihat pada tabel 1. 3
Tabel 1: Karakteristik Pasien Yang Mendapatkan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat Bulan Pebruari-April 2009 N0 Karakteristik N (12) Persentase % 1 Usia < 20 3 25 21-40 tahun 6 50 > 41 tahun 3 25 2 Jenis Kelamin Laki-laki 4 70 Perempuan 8 30 3 Suku Bukan Sunda 0 0 Sunda 12 100 4 Pendidikan Tidak Sekolah 4 33,33 SD 7 58,33 SMP 1 8,34 5 Pekerjaan Tidak bekerja 11 91,66 Bekerja 1 8,34 6 Status Perkawinan Tidak kawin 7 58,33 Kawin 5 41,67 7 Lamanya Sakit < 10 tahun 4 33,33 10-20 tahun 6 50,00 > 21 tahun 2 16,67 Tabel 2: Karakteristik Keluarga Yang Mendapatkan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat Bulan Februari-April 2009 No Karakteristik N (12) Persentase % 1 Usia 25-65 11 91,66 > 65 1 8,34 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 25 Perempuan 9 75 3 Pendidikan Tidak Sekolah 4 33,33 SD 6 50,00 SMP 2 16,67 4 Pekerjaan Tidak bekerja 6 50 Bekerja 6 50 5 Status Perkawinan Tidak kawin 0 0 Kawin 10 83,33 Duda/Janda 2 16,67 6 Lama Merawat < 2 tahun 1 8,34 > 2 tahun 11 91,66 4
Tingkat Kemandirian Pasien Dan Keluarga Tingkat kemandirian pada pasien yang diberikan terapi psikoedukasi keluarga dikelompokkan dengan 3 kategori yaitu self care, partial care dan total care. Kemampuan pasien diukur berdasarkan pada empat aspek yaitu kemampuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kemampuan sosial, kemampuan menyelesaikan masalah, dan kemampuan dalam patuh minum obat. Tabel 3: Tingkat Kemandirian Pasien Yang Diberikan Terapi Psikoedukasi keluarga Di RW 04 dan RW 12 Kelurahan Bubulak, Pebruari-April 2009 Diagnosa Keperawatan Tingkat Harga Diri Gangguan Risiko Perilaku Kemandirian Rendah Persepsi Sensori: Kekerasan Total N=10 Halusinasi N= 5 N=4 N=19 Self Care 8 (80%) 4 (80%) 4 (100%) 16 (84,2%) Partial Care 2 (20%) 1 (20%) 0 3 (15,8%) Total Care 0 0 0 0 Pada tabel 3 dapat dilihat tingkat Persepsi Sensori: Halusinasi dan perilaku kemandirian keluarga dengan anggota kekerasan dilakukan terapi psikoedukasi keluarga mengalami masalah keluarga keperawatan harga diri rendah, Gangguan Tabel 4: Tingkat Kemandirian Keluarga yang Diberikan Terapi Psikoedukasi keluarga Di Kelurahan Bubulak, Februari-April 2009 Diagnosa Keperawatan Tingkat Harga Diri Gangguan Risiko Perilaku Kemandirian Rendah Persepsi Sensori: Kekerasan N=4 Total N=10 Halusinasi N= 5 N=19 Mandiri 9 (90%) 4 (80%) 4 (100%) 17 (89,6%) Mandiri 3 0 1 (20%) 0 1 (5,2%) Mandiri 2 1(10%) 0 0 1 (5.2%) Mandiri 0 0 0 Berdasarkan tingkat kemandirian keluarga pada tabel 4. tergambar sebagian besar (90 %) tingkat kemandirian keluarga adalah pada tingkatan mandiri 4. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mampu mengenal masalah. Mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Mampu merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah. Mampu memodifikasi lingkungan sehat untuk mencegah terjadinya masalah. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan untuk perawatan. Hal ini sangat membantu untuk mempertahankan kemampuan mandirinya selama pasien berada ditengah-tengah anggota keluarganya. 5
Diagnosa Keperawatan Kombinasi diagnosa keperawatan pada tabel 5 pada pasien yang diberikan terapi psiko edukasi keluarga dapat dilihat Tabel 5 : Kombinasi Diagnosa Keperawatan Pada Pasien yang Diberikan Terapi Psiko Edukasi Keluarga di Kelurahan Bubulak, Bulan Februari-April 2009 No Diagnosa Keperawatan Jumlah Persentase Pasien (%) 1 Risiko Perilaku Kekerasan /Harga Diri 3 25 Rendah/DPD 2 Harga Diri Rendah / Defisit Perawatan Diri 3 25 3 Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi/ Harga 2 16,8 Diri Rendah 4 Isolasi Sosial/Harga Diri Rendah 1 8,3 5 Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi 1 8,3 Dengar/Risiko Perilaku Kekerasan 6 Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi/Harga 1 8,3 Diri Rendah 7 Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi/Isolasi 1 8,3 Sosial Total 12 100 Berdasarkan kombinasi diagnosa keperawatan pasien pada tabel 5. tergambar bahwa kombinasi diagnosa keperawatan terbanyak pada pasien yang diberikan terapi psikoedukasi keluarga adalah Risiko Perilaku Kekerasan/Harga Diri Rendah/ defisit perawatan diri dan Diagnosa dan Terapi Medis Harga Diri Rendah/ defisit perawatan diri yaitu sebanyak 3 kasus (25%). Hal ini menunjukkan bahwa harga diri mempengaruhi kemampuan koping pasien dalam mengendalikan stresor secara kognitif dan emosi. Tabel 6 : Diagnosa dan Terapi Medis Pada Pasien Yang Diberikan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak, Bulan Februari-April 2009 Diagnosa Medis Terapi Medis N (12) Persentase (%) Skizofrenia Chlorpromazine 100 mg Paranoid Haloperidol 5 mg 5 41,6 Triheksipenidil 2 mg Epilepsi Carbamazepin 200 mg 5 41,6 Luminal Penitoin Retardasi Mental - 2 16,b Berdasarkan aspek medis pasien diberikan terapi medis Chlorpromazine, mendapatkan terapi medis didiagnosa skizoprenia paranoid (41,6%) dan epilepsi (41,6%). Pemberian psikofarmaka pada pasien Skizofrenia Paranoid seluruhnya 6 Haloperidol dan Triheksipenidil yaitu sebanyak (100%). Pasien epilepsi seluruhny mendapat terapi carbamazepin 200 mg, luminal dan penitoin.
Implementasi Tindakan Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, dan tetap berfokus pada kondisi pasien, keluarga dan kelompok, serta kondisi lingkungan perawatan. Terapi Psikoedukasi keluarga yang diberikan dengan fokus kegiatan berbeda-beda pada setiap diagnosa keperawatan yang dialami pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pasien. Implementasi tindakan keperawatan yang telah disusun berdasarkan paket Evaluasi Hasil rencana tindakan Evaluasi terhadap hasil tindakan keperawatan dilakukan dengan pembandingkan rencana tindakan dengan implementasi yang diberikan. Hasil pemberian terapi psikoedukasi keluarga dengan gangguana jiwa di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat dapat dilihat berikut; 1. Individu: terapi generalis, terapi perilaku, terapi CBT, terapi suportif dan logoterapi: 8 pasien (80%) mampu secara kognitif dan psikomotor dalam meningkatkan harga diri dengan melatih perilaku yang positif serta adaptif yang masih bisa dilakukan dirumah dalam bentuk keterampilan belajar dan sosial. Keterampilan dilatih secara individu serta berlatih bersama dalam kelompok untuk memberikan dan mendapatkan dorongan dari pasien lainnya. 2 pasien (20%) mampu secara kognitif meningkatkan harga diri dengan berfikir positif dan mampu memberi makna terhadap kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Keluarga: hasil tindakan terapi generalis, terapi psikoedukasi dan terapi Triangle; 7 (70%) keluarga mampu secara kognitif dan psikomotor melakukan perawatan pada pasien dengan harga diri rendah dan mampu melakukan managemen stress dengan mendemonstrasikan cara mengatasi stress dalam keluarga. 5 keluarga (50%) yang mampu sampai psikomotor merawat merawat pasien dengan gangguan jiwa dan mampu mengungkapkan hambatan dalam merawat klien dirumah, berdiskusi dengan perawat dan menyepakati untuk ikut kelompok swabantu keluarga pasien yang difasilitasi oleh puskesmas. Tingkat kemandirian keluarga 8 keluarga (80%) kelompok keluarga mandiri 4. 1 keluarga (10%) mandiri 3 dan 1 keluarga mandiri 7
PEMBAHASAN Pemberian terapi psikoedukasi keluarga ini sesuai dengan konsep Friedman, Family Nursing yang ditujukan agar keperawatan lebih mengembangkan fungsi-fungsi keluarga dan dinamika keluarga. Asuhan keperawatan keluarga difokuskan terhadap peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga melalui perbaikan dinamika hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta adanya interdependensi antar keluarga sebagai suatu sistem dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya. Hasil Penelitian menunjukkan proporsi terbesar jenis kelamin keluarga yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga adalah laki-laki. Hasil analisis, jenis kelamin tidak berpengaruh dalam peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan rentang usia keluarga yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga adalah 25 65 tahun termasuk dalam usia produktif. Hasil analisis, usia tidak tidak berpengaruh dalam peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbesar status pendidikan adalah pernah sekolah atau tidak tamat sekolah dasar. Hasil analisis, pendidikan tidak berpengaruh dalam peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat 8 anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tidak adanya pengaruh pekerjaan seseorang terhadap kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dapat disebabkan karena, pada umumnya pasien sudah menderita gangguan jiwa (skizoprenia) cukup lama. Pada saat melakukan intervensi keperawatan terhadap keluarga, beberapa keluarga mengatakan bahwa melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, lebih pada masalah kesabaran. Pengobatan yang saat ini dijalankan menjadi lebih mudah, setelah mendapat masukan dari petugas kesehatan dan dapat menggunakan asuransi kesehatan bagi keluarga miskin. Hasil Penelitian menunjukkan lama merawat keluarga yang sakit dan mendapat terapi psikoedukasi keluarga, adalah > 2 tahun. Keluarga yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga mempunyai keyakinan bahwa dalam kepercayaan yang dianut setiap penyakit ada obatnya. Sehingga keluarga mencari dukungan dan memanfatkan dukungan yang ada, baik dalam keluarga maupun lingkungan. Terapi psikoedukasi keluarga bukanlah merupakan terapi tunggal, namun perlu ditambahkan terapi lainnya. Intervensi family nursing dalam terapi psikoedukasi, membutuhkan beberapa pendekatan secara sosial untuk mempermudah dalam proses asuhan keperawatan keluarga.
KESIMPULAN 1. Keluarga yang mendapatkan terapi psikoedukasi keluarga sebanyak 12 keluarga. Karakteristik keluarga diketahui sebagian besar usia dewasa, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, sebagian besar menikah, sebagian besar bekerja sebagai buruh, sebagian berpendidikan tidak tamat sekolah dasar, lama merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seluruhnya lebih dari 2 tahun. 2. Pasien yang mendapatkan terapi psikoedukasi keluarga sebanyak 20 pasien. Karakteristik pasien diketahui sebagian besar usia dewasa, sebagian besar berjenis kelamin lakilaki, sebagian besar belum menikah, sebagian besar tidak bekerja, sebagian berpendidikan tidak tamat sekolah dasar, lama mengalami gangguan jiwa lebih dari 2 tahun 3. Masalah keperawatan jiwa yang ditemukan pada keluarga yang merawat anggota keluarga gangguan jiwa adalah koping keluarga tidak efektif, penatalaksanaan rejimen terapeutik: keluarga tidak efektif, pasien dengan masalah keperawatan halusinasi, kerusakan komunikasi verbal, defisit perawatan diri, dan harga diri rendah. 4. Rencana tindakan keperawatan yang disusun adalah menggunakan standar asuhan keperawatan berdasarkan hasil Work Shop Keperawatan Jiwa (2008) berfokus pada terapi 9 psikoedukasi keluarga dengan modifikasi konsep Friedman Family Nursing. 5. Terapi psikoedukasi keluarga dengan modifikasi konsep Friedman dapat diberikan pada keluarga pasien gangguan jiwa SARAN 1. Bagi Dinas Kesehatan dapat menjadikan program kesehatan jiwa sebagai program utama dari program dinas kesehatan dan memasukkan program kesehatan jiwa (DSSJ) dalam rencana anggaran. Mengembangkan program kesehatan jiwa untuk semua wilayah Puskesmas Kota Bogor sehingga terbentuk Kota Bogor Siaga Sehat Jiwa. Meningkatkan supervisi terhadap kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat terutama kepada kinerja perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa 2. Puskesmas Sindang Barang, agar memasukkan program kesehatan jiwa keluarga dalam rencana kegiatan puskesmas dan memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dan pasien gangguan jiwa dengan melakukan kunjungan rumah. Pengembangkan dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas (Poliklinik Jiwa).Melakukan kerjasama lintas sektor dengan departemen pendidikan, agama, sosial, pertanian dan pekerjaan umum terkait dengan program kesehatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA Anderson & Mc Farlane (2000). Community as partner: Theory and practice in nursing, Philadelphia: J.B, Lipincott Company, USA Carson, V.B. (2000). Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2 th ed.). Philadelphia: W.B. Sauders Company. Corrigan & Watson (2002). Family and cycle stigma. http://www.pubmedcentral.nih. diperoleh 19-2-2008. Dochterman, J.M., & Bulechek, G.M. (2004). Nursing Intervention Classification (NIC), (4 th ed.), St. Louis: Mosby. Depkes.RI.(1992). Undang-undang Republik Indonesia no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta: Depkes RI Fontaine, Kareen Lee (2003) Mental Health Nursing, Ed.4, Pearson Education, Inc,Upper Saddle River,New Jersay Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. (3 rd ed.). St. Louis: Mosby. Friedman, M. M., (1998). Family nursing: Research, theori & practice. (4 nd ed). Connecticut: Appleton & Lange. Kaplan, H.I., Sadock, B.J.,& Grebb, J.A. (1997). Synopsis of psychiatry. Alih bahasa: Kusuma, W. Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis.(edisi 7) (Jilid1). Jakarta: Bina Rupa Aksara. Keliat, B.A, dkk.( 2006). Modul IC CMHN: Manajemen kasus gangguan jiwa dalam keperawatan kesehatan jiwa komunitas, Jakarta: WHO-FIK UI Mohr. W.K. (2006). Psychiatric Mental health Nursing. (6 th ed).philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. Potter, Anne Griffin Perry. (2005). Fundamentals of nursing: concept, proses and practice. Alih bahasa, Yasmin Asih et al, Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktek. Edisi 1, Jakarta: EGC. Rawlin, R.P., Williams, S.R., and Beck, C.K. (1993). Mental Health psychiatric nursing: A holistic lifecycle approach, St. Louis: Mosby. Riset Kesehatan Dasar (2007), Laporan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Depkes Sarafino, E.P. (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New York: John Wiley & Sons, Incorporated. Stuart, G.W., & Laraia M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, (8 th ed), St. Louis: Mosby. Townsend, M.C (2005). Essensial of psychiatric mental health nursing, (3 th ed), Philadelphia: F.A.Davis Company. Videbeck Sheila L (2001). Psychiatric mental health nursing. Philadelphia: Lippincott Wilkinson, Judith,M. (2007). Nursing diagnosis handbook with interventions and NOC Outcomes. Alih bahasa. Buku saku keperawatan dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC. Widyawati, Edisi Indonesia (edisi 7), Jakarta: EGC. McCubbin, H.I., & Thompson, A.I. (1991). Family assessment inventories for research and practice. Madison: University of Wisconsin. 10