BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone)

PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem perairan yang ada disekitarnya. Lingkungan perairan sungai tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

1 PENDAHULUAN. terkandung di dalamnya, baik komponen hidup (Biotik) maupun komponen tak

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) dan mendapatkan

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan industri pertambangan yang berasaskan manfaat serta kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

PENDAHULUAN. dengan arus yang lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali. Waktu tinggal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu pada posisi antara 2 o 02-2 o LU dan

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. kita dapat membedakan air tawar, air laut dan air payau seperti yang terdapat di

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

bentos (Anwar, dkk., 1980).

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

KERUSAKAN LINGKUNGAN

Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut Arinardi et al. (1997), yaitu :

STATUS MAKRO INVERTEBRATA PADA PERAIRAN DAS CITARUM HULU YANG TERCEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 3 persen rumah tangga di Indonesia menjadikan sungai sebagai sumber air minum (Daud, 2011). Selain itu air sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian, dan pembangkit tenaga listrik. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhannya menyebabkan terjadinya peningkatan kuantitas produksi. Untuk dapat memenuhi peningkatan kuantitas produksi, maka otomatis kebutuhan penggunaan sumber daya alam juga akan meningkat, yang pada akhirnya menimbulkan beban pada lingkungan hidup seperti turunnya daya dukung lingkungan. Sebagai contohnya turunnya daya dukung sungai dimana badan air sungai sering digunakan sebagai media akhir pembuangan limbah dari segala kegiatan manusia (Effendi, 2008). Dengan semakin bertambahnya jumlah kegiatan atau industri kecil serta berkembangnya hasil produksi di beberapa kegiatan atau industri di bantaran sungai tentunya akan beresiko terhadap turunnya daya dukung sungai. Baik buruknya suatu perairan dipengaruhi oleh kegiatan di sekitarnya. Sering kali kegiatan yang ada dapat menurunkan kualitas air yang pada akhirnya akan mengganggu kehidupan biota air. Banyak cara yang digunakan untuk memantau kualitas air, baik secara kimia, fisika, atau biologis. Hasil pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika bersifat terbatas dan kurang memungkinkan untuk memantau seluruh perubahan variabel yang

berkaitan dengan kehidupan akuatik dan kondisi ekologi (Trihadiningrum dan Tjondronegoro, 1998 dalam Wardhana, 2006). Selain itu cara tersebut memerlukan banyak bahan kimia dan peralatan serta tenaga yang sangat terlatih sehingga penerapannya menjadi tidak praktis dan mahal, apalagi hasil yang didapat sering berbeda jika metode yang digunakan juga berbeda. Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Ferianita, 2008 dalam Pramitha, 2010). Diharapkan metode biomonitoring dapat menjadi tolak ukur dalam pemantauan kualitas air sungai, dengan peralatan yang cukup murah dan mudah untuk dilakukan, serta dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat umum tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk mengetahui status kualitas air suatu sungai. Metode biomonitoring yang akan digunakan dalam pemantauan status kualitas air sungai, khususnya Sungai Bone, yakni dengan mengidentifikasi keberadaan makroinvertebrata yang dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan kualitas lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat beban pencemaran. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan keanekaragaman jenis, komposisi dan keberadaan jenis makroinvertebrata yang mendominasi diperairan tersebut. Jenis ideal yang dapat digunakan sebagai bioindikator adalah organisme akuatik yang tidak memiliki tulang belakang (makroinvertebrata). Makroinvertebrata air terdiri dari larva Plecoptera (stonefly), larva Trichoptera (kutu air), larva Ephemeroptera (kumbang perahu), Platyhelminthes (cacing pipih), larva odonanta (capung),

Crustaceae (udang-udangan), Mollusca (siput dan kerang) larva Hemiptera (kepik), Coleoptera (kumbang air), Hirudinea (lintah), Oligochaeta (cacing), dan larva Diptera (Nyamuk, lalat). Di Provinsi Gorontalo terdapat 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bone- Paguyaman. Air dari ketiga DAS tersebut juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pengunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil ini bermuara di Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Potensi-potensi air permukaan di Provinsi Gorontalo meliputi sungai-sungai besar seperti Sungai Bone, Sungai Paguyaman, Sungai Buladu dan Sungai Taluduyunu serta bersumber Danau Limboto. Iklim dan klimatologi sangat mempengaruhi kuantitas dari air permukaan di Provinsi Gorontalo. Salah satu sungai terbesar di Provinsi Gorontalo adalah Sungai Bone. Sungai tersebut memiliki fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan yaitu sebagai sumber bahan baku air minum, mandi, pengairan, daerah wisata. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat hidup organisme baik berupa plankton, bentos dan nekton (ikan) dimana jenis organisme ini dapat menentukan kualitas dari suatu perairan. Ekosistem Sungai Bone memiliki nilai komersial yang cukup tinggi terutama dari segi pemanfaatan sumberdaya hayati dan non hayati yang dikandungnya seperti tambang galian golongan C dan beberapa jenis ikan yang ekonomis penting (Balihristi, 2005). Memperhatikan posisi Sungai Bone yang mengalir mulai dari pegunungan melewati daerah perkebunan dan pemukiman, diperkirakan akan mendapat beberapa input baik dari proses alami maupun dari kegiatan masyarakat di

sekitarnya seperti peladang berpindah dan pemukiman, sehingga sungai ini berpotensi menerima dampak langsung maupun tidak langsung dari aktivitas tersebut. Dampak yang mungkin terjadi adalah penurunan mutu air sungai berupa aspek fisik, kimia dan biologi. Hasil pemantauan kualitas secara fisik, kimia, dan biologis air Sungai Bone sebagai inlet PDAM Kota Gorontalo yang dilakukan oleh Balihristi Provinsi Gorontalo tahun 2008 menunjukkan bahwa beberapa parameter sudah melebihi baku yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD, COD, klorin bebas, merkuri (Hg), kadmium, dan detergen sudah melebihi baku mutu air yang dipersyaratkan dan parameter mikrobiologi sudah relatif tinggi, dimana Total Coliform berkisar antara 50 7.000 sel/100 ml. (baku mutu Total coliform untuk kelas I = 1.000 sel/ml; Fecal coliform = 100 sel/ml; baku mutu air kelas II untuk Total coliform = 5.000 sel/ml dan 1.000 sel/ml untuk Fecal coliform). Hasil pengolahan data Sungai Bone yang dilakukan oleh PPLH regional Sulawesi, Maluku, dan Papua yang bekerja sama dengan Balihristi Provinsi Gorontalo tahun 2009 menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Bone berada pada kondisi cemar sedang. Kondisi tersebut apabila tidak ditangani sedini mungkin, maka akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat khususnya masyarakat yang berada dibantaran sungai Bone dan masyarakat Kota Gorontalo sebagai konsumen air PDAM Kota Gorontalo. Berdasarkan berbagai kemungkinan dan permasalahan tersebut di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang penentuan kualitas air Sungai Bone dengan metode Biomonitoring sehingga menjadi tolak ukur untuk mengetahui status kualitas Sungai Bone.

1.2 Identifikasi Masalah Sungai Bone merupakan inlet PDAM Kota Gorontalo, dan kondisi Sungai Bone berdasarkan pemantauan pada tahun 2008 dan tahun 2009 berada pada tingkat cemar sedang. Sungai Bone dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain input kegiatan masyarakat di sekitarnya seperti peladang berpindah di bagian hulu sungai, pemukiman, kegiatan pertambangan galian C (Penambangan Sirtu) sehingga sungai ini berpotensi menerima dampak langsung maupun tidak langsung dari aktivitas tersebut. Hasil pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika bersifat terbatas dan kurang memungkinkan untuk memantau seluruh perubahan variabel yang berkaitan dengan kehidupan akuatik dan kondisi ekologi. Metode biomonitoring diharapkan dapat membantu dalam penentuan kualitas air sungai, khususnya Sungai Bone. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah status kualitas air Sungai Bone dengan metode Biomonitoring? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi status kualitas air Sungai Bone dengan metode biomonitoring. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengidentifikasi makroinvertebrata yang terdapat di Sungai Bone di bagian Hulu, Tengah, dan Hilir.

b. Untuk mengetahui kualitas air Sungai Bone dengan menggunakan parameter fisik, dan kimia. c. Untuk mengetahui status kualitas air Sungai Bone di bagian Hulu, Tengah, dan Hilir. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan penting dalam memperluas ilmu pengetahuan pengelolaan air Sungai. b. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi peneliti lain untuk pengembangan. c. Sebagai latihan dan menambah pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian di lapangan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pemerintah daerah dalam pemantauan dan pengelolaan kualitas air sungai. b. Sebagai informasi dan pedoman bagi masyarakat.