BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB V PENUTUP. Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati, maka penulis memperoleh. 1. Budaya Politik Masyarakat Desa Suwatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik itu adalah budaya politik. Dalam keseharinya setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. daya yang ada, karena jika tuntutan kebutuhan masyarakat tidak seimbang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah lembaga penyelenggaraan pemilu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB V PENUTUP. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. TAHAPAN UU No 5 Tahun 1974 UU No 22 Tahun 1999 UU No 32 Tahun 2004 Tahapan Pencalonan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

Pembaruan Parpol Lewat UU

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KAMPANYE PEMILIHAN UMUM OLEH PEJABAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

Dewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat diselenggarakan melalui prinsip perwakilan sehingga pemerintahan yang terbentuk disebut juga pemerintahan perwakilan atau pemerintahan representatif. Perwakilan tersebut ada di pusat yaitu di DPR RI dan perwakilan yang ada di daerah yaitu di DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Di era desentralisasi seperti sekarang ini, dengan lahirnya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dimana adanya otonomi daerah yang memberikan kesempatan kepada setiap daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten untuk melaksanakan pemilihan umum kepala daerah secara langsung. Hal ini tentu saja berbeda ketika era orde baru dulu, karena pada waktu itu negara Indonesia masih menganut sistem sentralisasi sehingga kepala daerah dan wakil-wakil rakyat yang ada di daerah dipilih oleh DPRD. Pemilihan kepala daerah oleh DPRD ternyata membawa kekecewaan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan: Pertama, politik oligarki yang dilakukan DPRD dalam memilih kepala daerah, di mana kepentingan partai, bahkan kepentingan segelintir elit partai, kerap memanipulasi kepentingan masyarakat 1

2 luas. Kedua, mekanisme pemilihan kepala daerah cenderung menciptakan ketergantungan kepala daerah terhadap DPRD. Dampaknya,kepala-kepala daerah lebih bertanggungjawab kepada DPRD daripada kepada masyarakat. Dampak lebih lanjutnya adalah adanya kolusi dan money politics, khususnya pada proses pemilihan kepala daerah, antara calon dengan anggota DPRD. Ketiga, terjadi pencopotan dan/atau tindakan over lain dari para anggota DPRD terhadap kepala daerah, seperti kasus di Surabaya dan Kalimantan Selatan, yang berdampak pada gejolak dan instabilitas politik dan pemerintahan lokal (Lili Romli, 2008: 1). Sehingga, dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung, maka rakyat yang ada di daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten diberi kesempatan untuk memilih kepala daerah atau wakil rakyat di daerahnya secara langsung. Seperti halnya pada Kabupaten Pati yang telah melaksanakan otonomi daerah dengan mengadakan pemilihan umum kepala daerah secara langsung untuk memilih bupati dan wakil bupati yang sudah dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2012. Semua negara yang menganut paham demokrasi memang melaksanakan pemilihan umum, di negara Indonesia sendiri pemilihan umum tersebut meliputi pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum kepala daerah untuk memilih gubernur dan wakil gubernur, memilih wali kota dan wakil wali kota serta memilih bupati dan wakil bupati yang ada di daerah. Dalam negara demokrasi seperti negara Indonesia ini, pemilihan umum kepala daerah adalah bagian dari perwujudan hak-hak asasi manusia yaitu kebebasan berbicara dan berpendapat, juga kebebasan berserikat bagi masyarakat yang ada di daerah untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

3 Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan cara untuk rekruitmen wakil rakyat yang ada di daerah secara demokratis. Dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokratisasi di Indonesia. Selain itu, melalui pemilihan umum ini pula rakyat dapat membatasi kekuasaan pemerintahan, sebab melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat, rakyat dapat mengangkat dan memberhentikan pemerintah. Oleh karena itu, kadar demokratisnya juga sangat bergantung pada seberapa jauh pemilihan tersebut berlangsung secara bebas dan jujur (Bondan Gunawan S, 2000: 25). Sehingga, setiap pemilih dalam memilih wakil rakyat yang diinginkannya dapat menikmati kebebasan yang dimilikinya tanpa intimidasi dan kecurangan yang membuat kebebasan pemilih terganggu. Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Karena manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan anggota dari suatu organisasi tertentu seperti menjadi anggota LSM.

4 Seperti halnya pada masyarakat Kabupaten Pati khususnya masyarakat Desa Suwatu yang juga memperlihatkan eksistensi dirinya dengan ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik untuk memilih bupati dan wakil bupati Pati pada Pemilukada secara langsung. Keikusertaan masyarakat Desa Suwatu dalam kegiatan politik memang terjadi karena setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspekaspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi serta melihat poster-poster foto pasangan dari calon bupati dan wakil bupati yang banyak terpasang dipinggir jalan. Dan jika secara langsung, berarti masyarakat tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Begitu juga pada masyarakat Desa Suwatu yang ikut terlibat secara tidak langsung dan secara langsung dalam praktik kegiatan politik. Ketika secara tidak langsung masyarakat Desa suwatu hanya sebatas melihat poster-poster foto pasangan calon bupati dan wakil bupati Pati yang banyak terpasang di sepanjang jalan Desa Suwatu. Kemudian keterlibatan secara langsung pada masyarakat Desa Suwatu, adanya sebagian kecil masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye dan pada tanggal 16 Juni 2012 mereka juga menggunakan hak pilihnya untuk memilih bupati dan wakil bupati secara langsung melalui pemilihan umum kepala daerah.

5 Dalam kehidupan sehari-hari setiap masyarakat tentu tidak terlepas dari kegiatan politik. Tidak terkecuali pada masyarakat Desa Suwatu yang juga tidak terlepas dari kegiatan politik. Karena kegiatan politik yang terjadi pada masyarakat merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antara warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), yang telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik termasuk sistem Pemilukada secara langsung (Septi Meliana, 2011: 4). Sehingga, hal tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya budaya politik masyarakat dan perilaku memilih masyarakat pada pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah secara langsung. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahannya, dan pemimpin politiknya dengan cara melihat budaya politik masyarakatnya dan perilaku memilihnya. Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, dan perilaku masyarakat yang berupa partisipasi politik masyarakat dalam kegiatan politik, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Masyarakat dalam melakukan kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi, kehidupan pribadi, dan sosial secara luas (A. Rahman H.I, 2007:

6 267). Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat. Budaya politik juga terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi (Ronaldh H. Chilcote, 2007: 11). Sehingga, orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak mereka melakukan pemberian suara (voting behavior), dengan cara ikut serta berpartisipasi secara langsung untuk memilih wakil rakyat di daerahnya dalam pemilihan umum kepala daerah. Sedangkan perilaku memilih merupakan pemilih yang menggunakan hak pilihnya untuk menentukan dan memilih salah satu calon dari kontestan politik yaitu calon bupati dan wakil bupati (Ramlan Surbakti, 2010: 185). Secara garis besar, pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan mereka yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan (Firmanzah, 2007: 87). Dinyatakan sebagai pemilih dalam pemilukada yaitu mereka yang telah terdaftar sebagai peserta pemilih oleh petugas pendata peserta pemilih (Pasal 69 ayat 1 UU No. 32 tahun 2004). Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik yang nantinya dapat dijadikan sebagai sarana

7 untuk ikut terlibat dalam kegiatan politik, misalnya menjadi anggota atau menjadi kader dari partai politik tertentu (Firmanzah, 2007: 87). Pembahasan tentang budaya politik tidak terlepas dari perilaku memilih masyarakat. Perilaku memilih masyarakat pada dasarnya saling berkaitan antara budaya politik yang ada di masyarakat, karena perilaku memilih merupakan sikap masyarakat untuk memberikan suara dan menentukan calon siapa yang akan dipilih menjadi bupati dan wakil bupati dalam pemilukada secara langsung. Sehingga, budaya politik yang ada pada masyarakat juga mempengaruhi perilaku memilihnya. Dalam hal ini, masyarakat akan bersikap rasional, bersikap tidak rasional, bersikap acuh tak acuh ataukah masyarakat memang sudah mempunyai kesadaran politik untuk menggunakan hak pilihnya dalam memilih wakil rakyat yang ada didaerahnya ketika diadakan pemilihan umum kepala daerah. Oleh karena itu, adanya perilaku memilih masyarakat dalam pemilukada merupakan salah satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik (partisipan). Seperti halnya pada masyarakat Desa Suwatu yang juga ikut berpartisipasi dalam pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati untuk memilih bupati dan wakil bupati yang diinginkannya. Hal tersebut menunjukkan adanya keterlibatan rakyat dalam kegiatan politik. Ketika berbicara tentang budaya politik dan perilaku memilih masyarakat, maka peneliti telah melakukan penelitian di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah karena disana terdapat fenomena politik yang sangat menarik. Desa Suwatu merupakan

8 wilayah pedesaan dengan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 195 orang, buruh pabrik sebanyak 175 orang, menjadi tukang sebanyak 61 orang, PNS sebanyak 6 orang, pedagang sebanyak 22 orang, peternak 8 orang, guru swasta honorer 32 orang, sudah tidak bekerja atau lansia 62 orang, pengangguran sebanyak 352 orang dan buruh tani dan buruh ternak sebanyak 485 orang serta mereka juga mempunyai tingkat pendidikan yang rendah karena sebagian besar dari mereka hanya lulusan sekolah dasar sebanyak 901 orang dan lulusan sekolah menengah pertama sebanyak 245 orang bahkan ada juga dari mereka yang tidak tamat sekolah dasar sebanyak 150 orang. Adapun masyarakat yang lulusan sekolah menengah atas sebanyak 81 orang dan lulusan perguruan tinggi hanya sebagian kecil saja yaitu sebanyak 21 orang (Data RPJM Desa Suwatu tahun 2011-2014). Selain itu, pengetahuan politik yang dimiliki oleh masyarakat Desa Suwatu juga rendah karena mereka tidak terlalu sering mengikuti perkembangan politik dan isu-isu politik yang terjadi di Kabupaten Pati. Hal itu terjadi karena mereka sibuk bekerja dari pagi sampai sore hari bahkan ada yang sampai malam hari (Hasil wawancara dengan Kepala Desa Suwatu, bapak Soeharto pada 6 Februari 2013). Untuk lebih jelasnya, data mengenai mata pencaharian atau pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat Desa Suwatu dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Mata Pencaharian atau Pekerjaan Masyarakat Desa Suwatu Mata Pencaharian Jumlah Petani 195 orang Buruh Pabrik 175 orang

9 Tukang 61 orang Buruh Tani dan Buruh Ternak 485 orang PNS 6 orang Pedagang 22 orang Peternak 8 orang Guru Swasta Honorer 32 orang Sudah tidak bekerja/lansia 62 orang Pengangguran 352 orang Total 1398 orang Sumber: Data RPJM Desa Suwatu tahun 2011-2014 Tabel 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Suwatu Jenjang Pendidikan Jumlah Tidak lulus SD 150 orang Lulusan SD 901 orang Lulusan SMP 245 orang Lulusan SMA 81 orang Lulusan Perguruan Tinggi 21 orang Total 1398 orang Sumber: Data RPJM Desa Suwatu tahun 2011-2014 Pada masyarakat Desa Suwatu memang terdapat organisasi Karang Taruna atau organisasi pemuda desa tetapi organisasi tersebut tidak aktif samasekali sehingga organisasi tersebut tidak dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat Desa Suwatu. Organisasi lain yang ada pada masyarakat Desa Suwatu yang juga aktif melakukan kegiatan hanya organisasi Fatayat Muslimat atau organisasi keagamaan yang khusus diperuntukkan bagi perempuan. Organisasi keagamaan ini mempunyai kegiatan pengajian atau yasinan yang diadakan setiap satu minggu sekali dan organisasi ini hanya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan

10 saja (Hasil wawancara dengan Kaur Pemerintahan, bapak Supriyadi pada 8 Februari 2013). Walaupun tidak ada organisasi yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat Desa Suwatu serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan politik pada masyarakat Desa Suwatu. Akan tetapi, masyarakat Desa Suwatu yang menggunakan hak pilihnya untuk memilih bupati dan wakil bupati ketika diadakan pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati pada tanggal 16 Juni 2012 kemarin, dapat dikatakan tinggi tingkat partisipasi politiknya. Berdasarkan data dari PPS Desa Suwatu daftar pemilih tetap sebanyak 1398 orang yang terdiri dari daftar pemilih tetap lakilaki berjumlah 695 dan daftar pemilih tetap perempuan berjumlah 703. Jumlah suara yang sah sebanyak 1041 suara dan jumlah suara yang tidak sah sebanyak 29 suara. Sedangkan masyarakat yang tidak hadir atau golput atau tidak menggunakan hak pilihnya sebanyak 328 orang. (Data PPS Desa Suwatu pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012). Data mengenai tingkat partisipasi politik masyarakat Desa Suwatu pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 3. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Desa Suwatu Daftar Pemilih Tetap 1398 Orang Suara Sah Suara Tidak Sah 29 Suara Memakai Hak Pilih 1070 Orang Persentase Tidak Hadir Golput Persentase 1041 Suara 76, 54 % 328 Orang 328 Orang 23, 46 % Sumber: Data PPS Desa Suwatu pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012

11 Melihat adanya fenomena politik yang sangat menarik pada masyarakat Desa Suwatu, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang budaya politik dan perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Dalam hal ini, apakah masyarakat Desa Suwatu ketika berpartisipasi dalam kegiatan politik untuk memilih bupati dan wakil bupati, memang didasari oleh adanya budaya politik yang partisipan serta adanya kesadaran politik untuk berperilaku memilih secara logis, secara cerdas, dan secara kritis dengan menggunakan hati nuraninya ataukah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku memilihnya seperti faktor-faktor sosiologis, faktor-faktor psikologis, ataukah faktor-faktor pilihan rasional yang terdapat pada masyarakat Desa Suwatu. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan politik, dan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Suwatu yang rendah tetapi tingkat partisipasi politik mereka yang sangat tinggi. 2. Budaya politik yang ada pada masyarakat Desa Suwatu mempunyai peranan dalam menentukan pilihan politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012.

12 3. Perilaku memilih yang ada pada masyarakat Desa Suwatu mempunyai peranan dalam menentukan pilihan politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. 4. Minimnya fasilitas pendidikan politik untuk masyarakat Desa Suwatu. C. Pembatasan Masalah Karena kompleksnya permasalahan yang ada maka berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti tidak akan meneliti permasalahan secara keseluruhan. Namun, akan melakukan pembatasan masalah agar lebih efektif dan efisien. Sehingga, pada penelitian ini akan difokuskan untuk meneliti dua permasalahan pokok sebagai berikut: 1. Budaya politik yang ada pada masyarakat Desa Suwatu mempunyai peranan dalam menentukan pilihan politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. 2. Perilaku memilih yang ada pada masyarakat Desa Suwatu mempunyai peranan dalam menentukan pilihan politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

13 1. Bagaimana budaya politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012? 2. Bagaimana perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana budaya politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. 2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan wawasan guna memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu politik khususnya untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum di bidang Budaya Politik dan Perilaku Memilih. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan sekaligus bisa dijadikan salah satu referensi bagi penelitian lain

14 yang relevan di masa yang akan datang. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sarana berpikir kritis dalam pembelajaran budaya politik dan perilaku memilih masyarakat dalam pemilukada. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir skripsi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana tolak ukur untuk berpikir secara ilmiah dan berpikir kritis bagi peneliti dalam mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan. b. Bagi Pemerintah Daerah. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk memberikan kontribusi pemikiran atau bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan-kebijakan mengenai pendidikan politik dalam rangka memberikan pendidikan politik bagi masyarakat supaya dapat meningkatkan kualitas pendidikan politik masyarakat Kabupaten Pati pada umumnya dan masyarakat Desa Suwatu pada khususnya.

15 c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya terutama pada masyarakat Desa Suwatu dan khususnya bagi mahasiswa tentang budaya politik dan perilaku memilih masyarakat pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung. d. Bagi Universitas Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi pendidik di UNY dalam bidang ilmu politik sehingga pendidik dapat mengenalkan sisi lain kehidupan politik yang ada di masyarakat kepada mahasiswa. G. Batasan Pengertian 1. Budaya Politik Amond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem politik tersebut (Almond dan Verba, 1984: 14). Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.

16 2. Perilaku Memilih Perilaku memilih menurut Ramlan Surbakti adalah akivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih di dalam suatu pemilihan umum (Pemilukada secara langsung). Bila pemilih memutuskan untuk memilih maka pemilih akan memilih dan mendukung kandidat tertentu (Ramlan Surbakti, 2010: 185). 3. Pemilihan Umum Kepala Daerah 1. Pengertian Pemilihan Umum Menurut Ramlan Surbakti (2010: 181), pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Dengan demikian pemilu dapat diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 dalam penyelenggaraan pemilihan umum dinyatakan pada Pasal 1 Ayat 1 bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

17 2. Pengertian Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilihan Umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian tersebut dinyatakan pada Pasal 1 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Pada awalnya kepala daerah baik Gubernur, Wali Kota maupun Bupati yang sebelumnya dipilih langsung oleh DPRD, sejak Juni 2005 dipilih secara demokratis oleh rakyat secara langsung melalui proses Pemilihan Umum Kepala Daerah yang dikenal dengan istilah Pilkada. Akan tetapi, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah yang pertama kali diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pemilukada DKI Jakarta 2007 (http://id.wikipedia.org/wiki/, Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia). Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang dapat menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat dibutuhkan penyelenggara pemilihan umum yang profesional serta mempunyai integritas, kapabilitas, dan akuntabilitas. Sehingga, untuk mewujudkan hal tersebut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 sudah diganti dengan

18 Undang-Undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang meliputi pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (http://id.wikipedia.org/wiki/pemilihan kepala daerah di Indonesia#terbit undang-undang baru mengenai penyelenggaran pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011). Berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilukada, pemerintah telah mengesahkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian beberapa ketentuan diubah, perubahan tersebut tercantum dalam UU No.12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang kemudian diubah melalui Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2005, kemudian dilakukan perubahan kedua melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2007, dan yang terakhir beberapa ketentuan tersebut dilakukan perubahan ketiga melalui Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2008 (http://id.wikipedia.org/wiki/pemilihan Kepala Daerah di Indonesia#Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).