Kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. sangat berperan dalam pembangunan sektor-sektor usaha perekonomian di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami stagnasi bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Sektor yang paling parah adalah sektor properti dan sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan politik berdampak negatif atas kinerja perbankan. Bank menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul

I. PENDAHULUAN. Diluncurkannya kebijakan deregulasi Perbankan tahun 1998 telah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. pada akhir 1990-an telah menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro

BAB I PENDAHULUAN. arus kegiatan dibidang ekonomi dan moneter. Oleh karena itu keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihakpihak

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I. PENDAHULUAN. membawa dampak yang serius terhadap perkembangan sektor-sektor

Berbagai upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis telah. ditempuh dengan beberapa pembuatan kebijakan nasional baik yang

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ke bidang finansial, dan bank sebagai wujud objektivitas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 tahun 1998),

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

PENDAHULUAN. berdampak buruk kepada industri perbankan nasional, yang menyebabkan bankbank

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa sebagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, politik dan krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. menandai awal terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia. Nilai

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah sangat berperan dalam pembangunan sektor-sektor usaha perekonomian di Indonesia. Pernerintah sampai saat ini masih tetap menjalankan banyak kebijakan yang mengatur jalannya roda perekonomian di segala bidang usaha, mulai dari bidang pertanian, perindustrian, jasa-jasa dll. Dukungan perbankan dalam aspek keuangan mutlak diperlukan untuk berperan serta dalam membangun keseluruhan sistem perekonomian pada berbagai sektor usaha, sehingga sudah pasti peranan perbankan sangat dibutuhkan untuk menggerakan roda pembangunan ekonomi nasional. Dengan adanya krisis moneter yang mulai terjadi pada Juni tahun 1997, dirasakan sangat memukul kinerja berbagai sektor riil seperti properti, industri manufaktur, transportasi, perdagangan maupun sektor moneter semuanya terkena dampak dari krisis moneter tersebut, bahkan banyak sektor-sektor usaha yang menjadi macet. Dampak kriiis moneter pada perekonomian yang sangat dirasakan pengaruhnya antara lain : (Damanhur i, 1999) 1. Niiai tukar rupiah mengalami depresiasi sangat tajam, dari berkisar Rp.2.500,- menjadi lebii dari Rp.6.000,- bahkan pernah menyentuh nilai terendah hampi Rp.20.000,- 2. Inflasi mengalami lonjakan sangat tinggi semula tidak lebii dari 10% tiap tahun, menjadi f 60 % pada tahun 1997.

3. Jumlah pengangguran semakin meningkat, karena banyaknya perusahaan yang tidak mampu bertahan hidup dan terpaksa mem-phk-kan karyawannya 4. Golongan masyarakat miskin meningkat, dari +_ 11 % menjadi +- 40 %. 5. Tigkat suku bunga bank terutama pinjaman melonjak sangat tinggi bahkan melebii suku bunga pinjaman, sehingga banyak bank yang mengalami negatif spread atau merugi akibat bunga dana lebih besar dari pada pendapatan bunga. 6. Pertumbuhan ekonomi merosot dari rt: 7 % per tahun menjadi -13 %. Namun awal tahun 2000 dunia usaha kelihatan bangkit kembali, ditandai semakin membaiknya beberapa indikator perekonomian Indonesia, antara lain: 1. Pertumbuhan ekonomi yang mulai tumbuh (pertumbuhan positii rt: 4%. 2. Tigkat infasi yang cukup rendah dibawah 10 % 3. Tingkat suku bunga mulai normal I stabil dan tidak terjadi negatifspread lagi. 4. Sektor riil dan kegiatan usaha masyarakat mulai berjalan lagi Untuk mendukung membaiknya perekonomian tersebut bank dituntut segera dapat menyalurkan kembali kreditnya ke sektor riil I dunia usaha. Pada dasarnya setiap penyaluran kredit kepada debitur dalam berbagai sektor usaha yang ada tidak terlepas dari resiko, yaitu resiko kegagalan kredit yang pada umumnya yang dipengaruhi dua macam faktor, yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern merupakan faktor diluar bank yang

sulit dikendalikan, sedang Wor intern adalah faktor dari dalarn diri bank sendiii, sehingga dapat dikendalh. Salah satu faktor intern ini adalah penentuan instrumen kredit. Sebagai bank yang telah di rekapitalisasi oleh Pemerintah sejak Juli 2000, BRI dituntut untuk dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, dan mulai melakukan kegiatan pembiayaan sektor riil dengan berpegang pada azas kehati-hatian bank (Prudential Bank). Sesuai dengan Rencana Bisnis (Business Plan) BRI dalam rangka rekapitaslisasi, telah ditetapkan adanya reorientasi biinis BRI yaitu retail banking dijadii Core business dimasa depan bersama-sama dengan micro banking dan kredit corporat hanya diutamakan pada sektor agribisnis. Target peningkatan kualitas kredit ditetapkan bahwa pinjaman harus tumbuh rata-rata 15% per tahun, dan jumlah pinjaman bennasalah maksimal5 % dari total pinjaman. Adanya ketentuan baru di BRI mengenai Redessi Instrumen Kredit (Surat Edaran Kanpus BRI NOSE: S.4-DWRTL/KRD/02/2000 tgl. 16 Februari 2000) me~pakan suatu langkah strategis dari Direksi BRI yang dhpkan dapat menjadi salah satu faktor pendorong untuk penyaluran kredit secara sehat clan benar. Untuk itu perlu didakukan pengkajian untuk menentukan langkah yang tepat dalarn melakukan ekspansi kredit setelah diterapkmya ketentuan tersebut, kendala-kendalanya, peluangnya terhadap keberhasii ekspansi kredit dan terhadap kualitas aktiva produktiibank.

B. Rumusan Masalah BerWkan latar belakang tersebut diatas Bank Rakyat Indonesia, khususnya Kantor Cabangnya di Bogor diharapkan dapat berperan aktii untuk mendukung kegiatan usaha rnasyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan usaha produktif dengan tetap berpedornan kepada Rencana Bisnis (Business Plan) BRI secara keseluruhan clan berpegang pada azas kehati-hatian (Prudential Bank), oleh karena itu disusun suatu nunumi masalah yaitu sebagai berikut. 1. Strategi apa yang ditempuh Kanca BRI Bogor dalam upaya mencapai target rasio NPL (Non Performing Loan) BRI tetap dibawah 5 % sampai dengan akhir tahun 2001. 2. Pilihan jenis kredit apa yang direkomendasi untuk terus diiembangkan di Kanca BRI Bogor dalam rangka mendukung pencapaian Bisnis Plan BRI secara keseluruhan. 3. Apakah dengan penerapan Ketentuan Redefinisi Instrumen Kredii dapat mendukung rencana ekspansi kredit yang akan disalurkan. 4. Langkah-langkah strategi apa yang perlu diambil oleh Kanca BRI Bogor dalam rangka ekspansi kredii rite1 pasca rekapitalisasi. C. Tujuan Penelitian: Berdasarkan penunusan masalah dan latar belakang penelitian, maka peneliti bermaksud untuk : 1. Menentukan upaya-upaya yang akan ditempuh dalam rangka mencapai target rasio NPL (Non Performing Lo@ BRI tetap dibawah 5 % sampai dengan akhirtahun2001.

2. Menentukan jenis-jenis kredit yang diiarankan untuk dikembangkan di Kanca BRI Bogor. 3. Mengetahui efektiitas & keberhasilan ekspansi pinjaman setelah diterapkannya ketentuan Redehisi Instrumen Kredit. 4. Mengetahui Instnunen Kredit yang sesuai dengan keinginan nasabah. Selanjutnya dengan terpenuhinya tujuan-tujuan tersebut penulis bermaksud merumuskan dan merekomendasikan strategi yang perlu diakukan oleh Kanca BRI Bogor dalarn melaksanakan ekspansi kredit ritel. D. Ruang Ligkup Penelitian ini diiakukan dalam ruang lingkup kredit retel di Kantor Cabang BRI Bogor. Kredii ritel meliputi semua.fasias kredit yang diialurkan Kantor Cabang BRI Bogor baik untuk golongan pengusaha (kredii programtnon program), maupun untuk golongan pegawai tetap / pensiunan. Khusus untuk meneliii kepuasan nasabah terhadap layanan kredit, dilakukan kepada peminjam golongan pengusaha yang mendapat ksilitas kredit ritel komersial (non Program Pemerintah).