PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

BADAN PUSAT STATISTIK

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG


BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

Transkripsi:

No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 4,705 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah pada September 2013 mencapai 4,705 juta orang (14,44 persen), berkurang 28,08 ribu orang (0,13 persen) jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada et 2013 yang sebesar 4,733 juta orang (14,56 persen). Selama periode et September 2013, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 40,48 ribu orang (dari 1.911,21 ribu orang pada et 2013 menjadi 1.870,73 ribu orang pada September 2013), sementara di daerah perdesaan bertambah 12,40 ribu orang (dari 2.821,74 ribu orang pada et 2013 menjadi 2.834,14 ribu orang pada September 2013). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada et 2013 sebesar 12,87 persen menurun menjadi 12,53 persen pada September 2013. Namun persentase penduduk miskin di daerah perdesaan meningkat yaitu dari 15,99 persen pada et 2013 menjadi 16,05 persen pada September 2013. Garis Kemiskinan di Jawa Tengah kondisi September 2013 sebesar Rp. 261.881,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan Garis Kemiskinan September 2013 sebesar Rp. 268.397,- per kapita per bulan atau naik 5,34 persen dari kondisi et 2013 (Rp. 254.800,- per kapita per bulan). Garis Kemiskinan di perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen menjadi sebesar Rp. 256.368,- per kapita per bulan dibandingkan dengan et 2013 yaitu sebesar Rp. 235.202,- per kapita per bulan. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2013 sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 72,78 persen tidak jauh berbeda dengan et 2013 yang sebesar 72,69 persen. Tiga komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan pad September 2013 adalah beras, rokok kretek filter, dan tempe. Komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah biaya perumahan. Selama periode et - September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,209 pada et 2013 menjadi 2,374 pada September 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,543 menjadi 0,594 pada periode yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan et September 2013 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada September 2013 sebesar 4,705 juta orang (14,44 persen) yang berkurang 28,08 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada et 2013 yang berjumlah 4,733 juta orang (14,56 persen). Di daerah perkotaan mengalami penurunan 40,48 ribu orang (0,34 persen) menjadi 1.870,73 ribu orang pada September 2013. Namun, di daerah perdesaan mengalami kenaikan 12,40 ribu orang (0,06 persen) menjadi 2.834,14 ribu orang pada periode yang sama. Selama periode et September 2013, distribusi penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada et 2013, sebagian besar (59,62 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu pula pada September 2013 (60,24 persen). Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah, et - September 2013 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Daerah/Tahun (ribu orang) Miskin (persen) (1) (2) (3) Perkotaan et 2013 1.911,21 12,87 September 2013 1.870,73 12,53 Perdesaan et 2013 2.821,74 15,99 September 2013 2.834,14 16,05 Kota+Desa et 2013 4.732,95 14,56 September 2013 4.704,87 14,44 Sumber: Diolah dari data Susenas et dan September 2013 2. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2004 2013 Pada periode tahun 2004 2005 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 6,843 juta orang pada tahun 2004 menjadi 6,534 juta orang pada Februari 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,06 persen pada tahun 2002 menjadi 20,49 persen pada Pebruari 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin, yaitu dari 6,534 juta orang (20,49 persen) pada Februari 2005 menjadi 7,101 juta (22,19 persen) pada et 2006. Peningkatan penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah dari Februari 2005 ke et 2006 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014

disebabkan karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada 1 September 2005, yang kemudian memacu kenaikan harga-harga barang kebutuhan lainnya. Namun mulai tahun 2007 sampai tahun 2013 jumlah maupun persentase penduduk miskin kembali mengalami kecenderungan menurun (Gambar 1). Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2013, perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dapat ditunjukkan oleh gambar berikut : Gambar 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, 2004 2013 \ 80 70 60 50 68,4 65,3 71,0 65,6 61,9 57,3 53,7 51,1 52,6 49,8 48,6 47,3 47,0 40 30 20 10 21,11 20,49 22,19 20,43 19,23 17,72 16,56 15,76 16,21 15,34 14,98 14,56 14,44 0 Feb 2004 Feb 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Pend. Miskin (ratus ribu orang) Sept 2011 2012 Sept 2012 2013 % Pend. Miskin Sept 2013 Sumber : Diolah dari data Susenas et dan September 3. Perubahan Garis Kemiskinan et - September 2013 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama et - September 2013, Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah naik sebesar 7,26 persen, yaitu dari Rp. 244.161,- per kapita per bulan pada et 2013 menjadi Rp. 261.881,- per kapita per bulan pada September 2013. Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Garis Kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding garis kemiskinan perdesaan. Untuk daerah perkotaan Garis Kemiskinan September 2013 sebesar Rp. 268.397,- per kapita per bulan atau naik 5,34 persen dari kondisi et 2013 (Rp. 254.800,- per kapita per bulan). Garis Kemiskinan di perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen menjadi sebesar Rp. 256.368,- per kapita per bulan dibandingkan dengan et 2013 yaitu sebesar Rp. 235.202,- per kapita per bulan (Tabel 2). Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 3

Tabel 2 Garis Kemiskinan dan Perubahannya menurut Daerah, et - September 2013 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Bukan Makanan Total Makanan (1) (2) (3) (4) Perkotaan et 2013 178.034 76.767 254.800 September 2013 189.782 78.615 268.397 Perubahan et 2013 - September 2013 (%) 6,60 2,41 5,34 Perdesaan et 2013 177.026 58.176 235.202 September 2013 191.272 65.096 256.368 Perubahan et 2013 - September 2013 (%) 8,05 11,90 9,00 Kota+Desa et 2013 177.487 66.674 244.161 September 2013 190.589 71.292 261.881 Perubahan et 2013 - September 2013 (%) 7,38 6,93 7,26 Sumber : Diolah dari data Susenas et dan September 2013 Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa di Jawa Tengah peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada et 2013 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 72,69 persen dan sekitar 72,78 persen pada September 2013. Pada September 2013, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada GK adalah beras yaitu sebesar 37,37 persen di daerah perkotaan dan 40,03 persen di daerah perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua kepada GK (12,34 persen di daerah perkotaan dan 8,00 persen di daerah perdesaan). Komoditi lainnya adalah tempe (5,02 persen di daerah perkotaan dan 5,45 persen di daerah perdesaan), telur ayam ras (4,61 persen di daerah perkotaan dan 4,25 persen di daerah perdesaan) dan gula pasir (4,42 persen di daerah perkotaan dan 4,79 di daerah perdesaan). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan besar untuk Garis Kemiskinan di daerah perkotaan adalah biaya perumahan (20,62 persen), biaya listrik (9,73 persen) dan biaya pendidikan (9,72 persen). Sedangkan di daerah perdesaan adalah biaya perumahan (20,19 persen), bensin (9,48 persen) dan biaya listrik (7,87 persen). 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014

Tabel 3 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2013 Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%) (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 37,37 Beras 40,03 Rokok kretek filter 12,34 Rokok kretek filter 8,00 Tempe 5,02 Tempe 5,45 Telur ayam ras 4,61 Gula pasir 4,79 Gula pasir 4,42 Telur ayam ras 4,25 Daging ayam ras 3,73 Bawang merah 4,01 Tahu 3,62 Tahu 3,92 Mie instan 3,39 Mie instan 3,54 Bawang merah 3,29 Daging ayam ras 2,53 Teh 1,31 Cabe rawit 1,99 Bukan Makanan Perumahan 20,62 Perumahan 20,19 Listrik 9,73 Bensin 9,48 Pendidikan 9,72 Listrik 7,87 Bensin 8,92 Pakaian jadi anak-anak 7,46 Pakaian jadi anak-anak 7,48 Kayu bakar 6,55 Sumber : Diolah dari data Susenas September 2013 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode et - September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,209 pada et 2013 menjadi 2,374 pada September 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,543 menjadi 0,594 pada periode yang sama (Tabel 4). Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 5

Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menurut Daerah, et September 2013 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) et 2013 2,011 2,377 2,209 September 2013 2,058 2,642 2,374 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) et 2013 0,525 0,559 0,543 September 2013 0,514 0,661 0,594 Sumber : Diolah dari data Susenas et dan September 2013 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September 2013 di daerah perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan, sama seperti et 2013. Pada September 2013, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) untuk daerah perkotaan hanya 2,058 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,642. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perkotaan sebesar 0,514 dan daerah perdesaan sebesar 0,661. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada daerah perkotaan. 5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non pengan essential. Garis kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non pangan essensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014

c. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. d. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). e. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. f. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. g. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. h. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2013 adalah Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) September 2013. Jumlah sampel secara nasional sebanyak ± 75.000 Rumah Tangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar) yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. ----- ### ----- Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 7