Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

dokumen-dokumen yang mirip
INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

PENGUATAN PERTUMBUHAN EKONOMI. Deputi Bidang Ekonomi Bappenas

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

Februari 2017 RESEARCH TEAM

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kinerja CENTURY PRO FIXED

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Realisasi Pelaksanaan APBNP 2016 (Sementara)

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN

Strategi & Tantangan Pengamanan Penerimaan Pajak Tahun 2016

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Edisi Mei 2018 APBN KITA KINERJA DAN FAKTA. Ekonomi Kuat APBN Sehat

BPS PROVINSI JAWA BARAT

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

Proyeksi pertumbuhan

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

Deputi Bidang Ekonomi

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

Perkembangan Ekonomi Terkini Dan APBN Januari 2016

MENGATASI DAMPAK KRISIS GLOBAL MELALUI PROGRAM STIMULUS FISKAL APBN 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

Transkripsi:

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,2 5,97 d. Nilai tukar (Rp/US$) 12.500 13.392 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 60 49 f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 825 778 g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.221 1.195 Keterangan: * Pertumbuhan merupakan angka realisasi sementara 2015 s.d. 31 Des Pertumbuhan Ekonomi Asumsi pertumbuhan ekonomi di dalam tahun 2015 ditetapkan sebesar 5,7 persen. Namun demikian, realisasi pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan ketiga tahun 2015 jauh lebih rendah dari asumsi yang telah ditetapkan tersebut. Pada triwulan pertama tahun 2015 perekonomian hanya tumbuh 4,72 persen (yoy) kemudian tumbuh melambat pada triwulan kedua 4,67 persen (yoy) dan pada triwulan tiga tumbuh 4,73 persen sehingga sampai dengan triwulan tiga tahun 2015 tumbuh rata-rata 4,7 persen. Perlambatan kinerja perekonomian pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor sebagai dampak dari perlambatan yang terjadi pada perekonomian global terutama Tiongkok sebagai negara partner dagang Indonesia. Selain itu, guncangan di pasar keuangan yang menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah turut berdampak pada penurunan investasi dan juga konsumsi masyarakat. Sementara itu, belanja Pemerintah serta paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat menjadi motor pengerak yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015. Dengan memperhatikan realisasi pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan tiga dan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan empat yang relatif tidak stabil maka pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2015 diharapkan dapat tumbuh 4,73 persen (yoy). Inflasi 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 - (0,20) (0,40) 6,96 (0,24) 6,29 6,38 (0,36) 0,17 6,79 0,36 7,15 7,26 7,26 7,18 0,93 0,50 0,54 0,39 %mtm %YoY 6,83 (0,05) 6,25 (0,08) 4,89 0,21 0,96 3,35 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - Tingkat inflasi sepanjang tahun 2015 terkendali dan jauh di bawah asumsi inflasi di dalam tahun 2015 sebesar 5,0 persen. Inflasi sepanjang tahun 2015 mencapai 3,35 persen (yoy) dengan inflasi tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 0,96 persen. Sementara itu, sepanjang tahun 2015 terjadi empat kali deflasi dan tertingi terjadi pada bulan Februari sebesar 0,36 persen, sedangkan deflasi pada bulan Januari, September dan Oktober masing-masing mencapai 0,24 persen, 0,05 persen dan 0,08 persen.

Berdasarkan pengelompokan komponen, inflasi tertinggi tahun 2015 tercatat pada harga barang bergejolak yaitu mencapai 4,84 persen sementara inflasi inti dan harga diatur pemerintah mencapai 3,95 dan 0,39 persen. Komponen bergejolak memberikan andil/sumbangan inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,65 persen. Sementara itu, komponen inti dan harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,13 persen dan 0,18 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran inflasi tahun 2015 tertinggi tercatat pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau yaitu 6,42 persen (yoy), sementara kelompok Kesehatan tercatat mengalami inflasi tertinggi kedua yaitu 5,32 persen. Untuk inflasi terendah tercatat pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 1,53 persen. Kelompok pengeluaran dengan andil inflasi terbesar yaitu kelompok bahan makanan (0,65 persen yoy). Sementara, penyumbang terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,1 persen yoy). Sedangkan kelompok sandang; kesehatan; serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil terendah, yaitu sebesar 0,01 persen. Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan Tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2015 mencapai 5,97 persen, atau lebih rendah dibandingkan target dalam sebesar 6,2 persen. Terjadi 12 kali penawaran SPN 3 bulan dengan total dana yang berhasil diserap adalah sebesar Rp11,7 triliun. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sepanjang tahun 2015 mengalami tekanan yang antara lain terkait dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global sebagai dampak atas rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (yang pada akhirnya naik pada bulan Desember 2015) dan stabilitas keuangan di kawasan Euro. Akan tetapi, stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan kontribusi terhadap stabilnya performa aset-aset keuangan domestik secara umum termasuk stabilnya permintaan surat perbendaharaan negara. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS 15.000 14.500 14.000 13.500 13.000 12.500 2 Jan 2015: Rp12.474/USD Terkuat: Rp12.444/USD Rata-rata sepanjang tahun 2015: Rp13.392/USD Terlemah: Rp14.728/USD 31 Des 2015: Rp13.795/USD Sumber: Bank Indonesia 12.000 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Nilai tukar rupiah di akhir tahun 2015 berada pada posisi Rp13.795/ US$ atau mengalami depresiasi depresiasi sebesar 10,8 persen jika dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2014 yang berada pada posisi Rp12.440/US$. Nilai tukar rupiah terkuat pada tahun 2015 yaitu berada pada posisi Rp12.444/US$ yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2015 sementara posisi terendah berada pada Rp14.728/US$ yang terjadi pada tanggal 28 September 2015. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2015 antara lain dipicu oleh spekulasi isu kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan tingginya permintaan valas untuk pembayaran utang dan deviden. Terjadinya depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren depresiasi

US$/barel mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain dan devaluasi nilai tukar Yuan yang dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok. Meskipun nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Desember 2015 mengalami depresiasi sebesar 10,8 persen (ytd), namun melemahnya nilai tukar tersebut masih berada pada level yang lebih baik dibandingkan pelemahan nilai tukar negara-negara emerging market lain yang sebagian besar juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS, khususnya negara-negara berkembang, seperti Brazil, Turki, dan Malaysia yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 49,0 persen, 24,9 persen, dan 22,8 persen sepanjang tahun 2015. Harga Minyak Mentah Indonesia 70,00 65,00 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 harga minyak mentah Indonesia sepanjang semester pertama tahun 2015 berada ratarata USD50/barel dan sempat mencapai harga tertinggi sebesar USD61,9/barel pada bulan Mei. Namun perkembangan harga pada semester kedua pergerakan harga minyak terus menunjukkan penurunan hingga di bawah USD50/barel. Sepanjang tahun 2015 rata-rata harga minyak mentah Indonesia tercatat mencapai USD49,71/barel relatif jauh lebih rendah dari asumsi dalam tahun 2015 sebesar USD60/barel. Penurunan harga minyak mentah dunia termasuk Indonesia tersebut dipengaruhi oleh tingginya pasokan minyak mentah dunia saat ini terutama setelah kebijakan ekspor minyak mentah Amerika dibuka. Lifting Minyak dan Gas Bumi ICP tertinggi: Mei: 61,9 US$/barel ICP WTI Brent Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des lifting minyak mentah dan gas dalam kurun tahun 2015 cenderung dibawah target yang ditetapkan di dalam 2015 meskipun pada akhir tahun cenderung meningkat. Rata-rata lifting minyak mentah dalam periode Desember 2014 sampai dengan November 2015 hanya mencapai 779,09 ribu barel per hari atau di bawah target yang ditetapkan dalam tahun 2015 sebesar 825 ribu barel per hari. Sementara itu realisasi lifting gas dalam periode yang sama mencapai 1.195,39 ribu barel setara minyak per hari atau di bawah target yang ditetapkan dalam tahun 2015 sebesar 1.221,0 ribu barel setara minyak per hari. Faktor sumur minyak yang sudah tua dan disertai dengan penurunan harga minyak yang menyebabkan disinsentif bagi investasi baru merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya realisasi lifting minyak dan gas bumi. (sementara) 2015 Ditengah deviasi yang cukup besar pada realisasi asumsi dasar ekonomi makro namun dengan mitigasi risiko dan langkah-langkah kebijakan yang diambil Pemerintah secara keseluruhan dapat mengendalikan realisasi pelaksanaan tahun 2015 pada tingkat yang aman. Kondisi ini dapat

dilihat dari realisasi defisit 2015 yang dapat dijaga di bawah 3 persen. Gambaran ringkas realisasi (sementara) 2015 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. pendapatan negara (sementara) mencapai Rp1.504,5 triliun, atau sebesar 85,4 persen dari sasaran dalam tahun 2015 sebesar Rp1.761,6 triliun. Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.240,4 triliun, atau 83,3 persen dari target dalam tahun 2015 sebesar Rp1.489,3 triliun. Lebih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan tersebut, terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan. Selain itu, turunnya penerimaan perpajakan juga dipengaruhi oleh tidak tercapainya penerimaan bea masuk akibat melemahnya impor dan tidak tercapainya target penerimaan bea keluar akibat melemahnya harga CPO di pasar internasional dan kebijakan hilirisasi pertambangan. Sementara itu, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun 2015 mencapai Rp253,7 triliun, atau sebesar 94,3 persen dari target PNBP dalam tahun 2015 sebesar Rp269,1 triliun. Hal ini, terutama disebabkan oleh tidak tercapainya pendapatan SDA gas bumi dan pertambangan minerba. Tidak tercapainya penerimaan SDA nonmigas minerba tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas batubara di pasar internasional. Kinerja pendapatan tahun 2015 tersebut memberikan sinyal bahwa lebih rendahnya realisasi pendapatan tersebut akan menjadi baseline yang berpotensi mempengaruhi kinerja pendapatan negara tahun 2016, terutama pendapatan perpajakan, sehingga perlu langkah-langkah antisipasi dan penyesuaian. Di sisi lain, realisasi belanja negara dalam tahun 2015 mencapai Rp1.796,6 triliun, atau sebesar 90,5 persen dari pagunya dalam tahun 2015 sebesar Rp1.984,1 triliun. belanja negara tersebut terdiri atas (1) belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.173,6 triliun, atau sebesar 91,1 persen dari pagunya dalam tahun 2015 sebesar Rp1.319,5 triliun dan (2) anggaran transfer ke daerah dan dana desa dalam tahun 2015 mencapai Rp623,0 triliun, atau sebesar 93,7 persen dari pagu anggaran dalam tahun 2015 sebesar Rp664,6 triliun. Kinerja belanja pemerintah pusat tersebut dipengaruhi oleh realisasi anggaran kementerian negara/lembaga (K/L) dan non-k/l. Belanja K/L sepanjang tahun 2015 mencapai 91,1 persen dari pagu tahun 2015. Tingkat penyerapan belanja K/L tersebut dipengaruhi terutama oleh: (1) perubahan nomenklatur K/L di awal tahun 2015; dan (2) peningkatan kualitas belanja melalui pengendalian revisi anggaran yang memprioritaskan program/kegiatan yang lebih produktif. Sementara itu, Kinerja belanja non-k/l mencapai 88,3 persen dari pagu tahun 2015. Capaian realisasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi secara persentase untuk belanja subsidi, baik subsidi energi dan nonenergi, dan belanja lain-lain. Berdasarkan realisasi pendapatan dan realisasi belanja negara tersebut maka defisit anggaran dalam tahun 2015 mencapai Rp292,1 triliun (2,56 persen terhadap PDB). defisit anggaran ini relatif lebih tinggi dari target defisit anggaran dalam Belanja Kementerian Negara/Lembaga 2014-2015 (triliun rupiah) No. KODE BA URAIAN LKPP Sementara 1. 033 Kemen PU dan PR 78,5 76,3 97,2 118,5 108,2 91,3 2. 012 Kemenhan 83,3 86,2 103,5 102,3 97,2 95,0 3. 022 Kemenhub 36,0 28,7 79,8 65,0 46,8 72,0 4. 025 Kemenag 51,6 45,7 88,5 60,3 53,7 89,1 5. 060 Polri 43,6 44,0 100,8 57,1 61,7 108,1 6. 023 Kemendikbud 76,6 76,6 100,1 53,3 48,8 91,5 7. 024 Kemenkes 47,5 47,5 100,0 51,3 49,0 95,6 8. 042 Kemenristek dan Dikti 0,6 0,5 82,0 43,6 38,4 88,2 9. 018 Kementan 13,6 13,2 97,0 32,8 28,7 87,4 10. 015 Kemenkeu 18,2 18,1 99,5 25,7 28,2 110,0 11. 027 Kemensos 6,7 13,2 197,7 22,4 21,1 94,3 12. 020 Kemen ESDM 14,3 7,4 51,3 15,1 9,6 63,9 13. 013 Kemenkumham 7,6 7,2 94,5 11,2 9,3 82,8 14. 032 KKP 5,7 5,9 102,0 10,6 9,3 87,5 15. 067 Kemen Desa, PDT, dan Trans 2,4 2,1 84,2 9,0 6,9 76,6 15 K/L dengan Pagu Terbesar K/L Lainnya JUMLAH 2014 2015 486,2 472,3 97,1 678,1 617,0 91,0 116,1 104,8 90,3 117,4 107,7 91,8 602,3 577,2 95,8 795,5 724,7 91,1

tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun (1,9 persen terhadap PDB). Namun demikian, realisasi defisit tersebut masih dalam tingkat yang aman dan di bawah batas maksimal defisit yang ditetapkan di dalam UU Keuangan Negara. Dengan realisasi defisit 2015 tersebut pemerintah dapat merealisasikan pembiayaan anggaran sebesar Rp318,1 triliun, atau sebesar 143,0 persen dari targetnya dalam tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun. pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp307,8 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar Rp10,4 triliun. Dengan jumlah realisasi pembiayaan tersebut realisasi 2015 terdapat SiLPA sebesar Rp26,1 triliun. 2014 2015 Uraian (trililun rupiah) LKPP Audited Sementara A. PENDAPATAN NEGARA 1.635,4 1.550,5 94,8 1.761,6 1.504,5 85,4 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.633,1 1.545,5 94,6 1.758,3 1.494,1 85,0 1. Penerimaan Perpajakan 1.246,1 1.146,9 92,0 1.489,3 1.240,4 83,3 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 386,9 398,6 103,0 269,1 253,7 94,3 II. PENERIMAAN HIBAH 2,3 5,0 216,5 3,3 10,4 314,9 B.BELANJA NEGARA 1.876,9 1.777,2 94,7 1.984,1 1.796,6 90,5 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.280,4 1.203,6 94,0 1.319,5 1.173,6 88,9 1. Belanja K/L 602,3 577,2 95,8 795,5 724,7 91,1 2. Belanja non K/L 678,1 626,4 92,4 524,1 448,9 85,7 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 596,5 573,7 96,2 664,6 623,0 93,7 1. Transfer ke Daerah 596,5 573,7 96,2 643,8 602,2 93,5 2. Dana Desa 20,8 20,8 100,0 C.KESEIMBANGAN PRIMER (106,0) (93,3) 87,9 (66,8) (136,1) 203,8 D.SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (241,5) (226,7) 93,9 (222,5) (292,1) 131,3 % Surplus/ (Defisit) Terhadap PDB (2,40) (2,25) (1,90) (2,56) E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II) 241,5 248,9 103,1 222,5 318,1 143,0 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 254,9 261,2 102,5 242,5 307,8 126,9 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (13,4) (12,4) 91,9 (20,0) 10,4 (51,9) KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARA (0,0) 22,2 0,0 26,1