Pengaruh Umur Induk dan Specific...Netty Siboro PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DAYA TETAS DAN HASIL TETAS TELUR ITIK (Anas plathyrinchos)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO

Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...Andira Bram Falatansa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

Perbandingan Fase Produksi Telur Kalkun Terhadap Fertilitas, Susut Tetas, Daya Tetas, dan Bobot Tetas

KORELASI ANTARA BOBOT TELUR DENGAN BOBOT TETAS DAN PERBEDAAN SUSUT BOBOT PADA TELUR ENTOK (Cairrina moschata) DAN ITIK (Anas plathyrhinchos)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS TELUR AYAM ARAB

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal(Anas sp.)... Gina Supresyani, dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

Pengaruh Waktu Dimulainya Pendinginan Selama Penetasan Terhadap Daya Tetas Telur Itik Persilangan Cihateup Alabio

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Mojosari dengan Penetasan Kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

LAMA PENYIMPANAN DAN TEMPERATUR PENETASAN TERHADAP DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

PENGARUH UMUR DAN BOBOT TELUR ITIK LOKAL TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS, KUALITAS TETAS DAN BOBOT TETAS

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

KATA PENGANTAR. Kekuatan dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR TETAS ITIK TEGAL TERHADAP BOBOT TELUR, BOBOT TETAS DAN DAYA HIDUP DOD. Oleh RINAH YULIANAH

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

Susut Telur, Lama dan Bobot Tetas... Nisa Nurika Manggiasih, dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

PENGARUH BOBOT DAN FREKUENSI PEMUTARAN TELUR TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS ITIK LOKAL

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): , November 2015

ANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi. Tabel 2. Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Z Membuat dan Mengelola Mesin Tetas Semi Modern. Agromedia Pusat. Jakarta.

PENGARUH JENIS BAHAN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP DAYA TETAS, BOBOT TETAS, DAN DEAD EMBRYO TELUR ITIK KHAKI CAMPBELL

Penyiapan Mesin Tetas

DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

RINGKASAN. sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari, dan itik Alabio. Di daerah asalnya, itik

MORTALITAS EMBRIO DAN DAYA TETAS ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN POLA PENGATURAN TEMPERATUR MESIN TETAS

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

PENGARUH BOBOT TELUR TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS TELUR KALKUN

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

SKRIPSI BOBOT TETAS, SUSUT TETAS DAN PERSENTASE KEMATIAN EMBRIO TELUR ITIKYANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BERBEDA

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Nilai Kuantitatif Anak Itik Lokal (Anas sp.)... Diar Dwi Febyany, dkk.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

Umur dan Berat Telur Ayam Ras yang Beredar di Kota Bengkulu

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

PEMANFAATAN GAS BIO SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS DALAM PENETASAN TELUR AYAM KAMPUNG RAJA PORKOT SIREGAR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

KUALITAS FISIK TELUR PUYUH YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN GELATIN TULANG KAKI AYAM DENGAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

;ZM A$ PENYUSUTAN BOBOT, KUALITAS, DAYA DAN KESTABILAN

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I MADE ADITYA SASTRAWAN

Gambar 1. Itik Alabio

PERFORMA TELUR TETAS BURUNG PUYUH JEPANG PERBEDAAN BOBOT TELUR

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

Nisbah Jenis Kelamin Hasil Penetasan Telur Itik Cihateup dan Alabio

Transkripsi:

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN The Effect Of Specific Gravity And Hen Age To Hatching Characteristics (Weight Loss Egg, Hatch Period, Weight at Hatch) On Duck Eggs Netty Siboro, Dani Garnida, S.Pt., MSi., Dr. Ir. Iwan Setiawan, DEA. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : netty.siboro@gmail.com ABSTRAK Umur induk merupakan faktor penting dalam proses penetasan telur itik. Melalui umur induk, kita dapat menilai kualitas telur. Kualitas telur dapat dilihat secara langsung dari tebal tipisnya kerabang telur. Menilai kualitas tebal tipisnya kerabang telur dapat dilakukan dengan metode specific gravity (SG). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh specific gravity dan umur induk terhadap karakteristik tetasan (susut bobot telur, lama menetas, bobot tetas). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Mei - 10 Juni 2016 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dengan menggunakan 600 butir telur itik lokal (Anas sp.). Analisis statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, yaitu umur induk yang berbeda, terdiri dari P1(25-30 minggu), P2 (36-55 minggu), P3(56-65 minggu), dan 5 kelompok specific gravity (SG) yang terdiri dari K1 (SG 1.074), K2 (1.078), K3 (1.082), K4 (1.086), K5 (1.090). Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa umur induk itik dan specific gravity tidak berpengaruh terhadap susut telur, lama menetas, dan bobot tetas. Kata kunci : Umur induk, Spesific gravity, susut tetas, lama tetas, bobot tetas. ABSTRACT Hen age is the important factor in incubation process of duck eggs. Through the hen age, we can see the eggs quality. The eggs quality can be seen directly from shell thickness. Shell Thickness can be rated by specific gravity (SG). This research was done to know the effect of specific gravity and hen age to hatching characteristics (weight loss egg, hatch period, weight at hatch). This research was held from 8 th May - 8 th June, in Laboratory of Chicken Production in Animal Husbandry Faculty, Universitas Padjadjaran used 600 eggs of local duck (Anas sp). Analysis statistic which used in this researched is Randomized Block Design with three treatment namely three different age of hen, consists of P1 (25-30 weeks), P2 (36-55 weeks), P3 (56-65 weeks) with 5 group of different specific gravity, namely K1 (SG 1.074), K2 (1.078), K3 (1.082), K4 (1.086), K5 (1.090).

The results showed that the hen s duck age and specific gravity didn t give any effect to Hatching characteristics (weight loss egg, hatch periode, (DOD) Day Old Duck weight). Keywords: Hen age, specific gravity, weight loss egg, hatch period, DOD weight PENDAHULUAN Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun telur tetas serta daging itik dan banyaknya usaha penetasan itik di Indonesia. Penetasan buatan merupakan cara yang digunakan untuk mengembangkan kualitas bibit itik. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan telur itik, salah satunya adalah kualitas kerabang telur. Kerabang berfungsi untuk melindungi perkembangan embrio dan memberikan lingkungan yang optimal pada telur, sampai menetas menjadi DOD (Day Old Duck). Kualitas kerabang telur mempengaruhi daya tetas dan karakteristik tetasan (susut telur, bobot telur, dan lama menetas). Secara biologis, ketebalan kerabang ditentukan oleh specific gravity Pengukuran kerabang dengan specific gravity merupakan cara yang tidak langsung dan non-destruktif untuk menguji kualitas kerabang. Pengukuran specific gravity dapat dilakukan dengan pencelupan telur kedalam larutan garam, dan nilai larutan garam diukur dengan menggunakan hydrometer. Tingginya daya tetas, dan lama tetas telur. Kerabang tipis dapat mempercepat penguapan isi telur sedangkan kerabang terlalu tebal dapat menyebabkan telur kurang terpengaruhi temperatur penetasan. rendahnya nilai specific gravity akan mempengaruhi susut telur, bobot Kerabang yang tipis dapat mempercepat pengurangan bobot yang disebut susut telur, sedangkan kerabang yang tebal memperlambat penguapan, sehingga bobot telur tidak cepat menurun. Penyusutan bobot telur saat penetasan menunjukkan adanya perkembangan embrio dan nutrisi telur digunakan secara optimal. Jika nutrisi terserap lebih banyak, maka dalam waktu yang lebih cepat, kebutuhan embro terpenuhi, pertumbuhan baik dan bobot tetas meningkat. MATERI DAN METODE 1. Materi Telur tetas yang sebanyak 600 butir sebagai objek penelitian, berasal dari Kelompok Peternakan Itik KPI Family Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat 2. Metode a. Tahap Persiapan - Seleksi Telur Tetas Seleksi telur dilakukan meliputi bobot dan keutuhan telur. Bobot telur yang ditetaskan berkisar antara 50-75 gram dengan KV 10%. - Spesific Gravity

Pembuatan larutan specific gravity dilakukan sehari sebelum penelitian dengan tujuan menyeimbangkan temperatur larutan dengan temperatur ruangan. Mencampurkan air dengan garam dalam wadah yang telah disediakan. Pengukuran larutan garam dengan menggunakan hydrometer untuk mengetahui apakah nilai specific gravity telah mencapai nilai yang telah ditentukan. Konsentrasi larutan garam berjumlah 5 buah dengan nilai specific gravity 1,074-0,090 dengan peningkatan 0,004. Telur dibersihkan dan dilakukan pemberian nomor pada telur sesuai dengan umur induk. Mesin tetas difumigasi satu kali sebelum penetasan dimulai menggunakan 40 cc formalin 40% dan 20 gram kalium permanganate (KMnO 4 ) dengan konsentrasi dua kali untuk ruangan tertutup 2.8 m 3 selama 30 menit (North, 1984). b. Tahap Penelitian Telur yang telah dibersihkan diukur specific gravitynya sesuai dengan umur induk. Pengukuran nilai specific gravity telur dilakukan dengan mencelupkan telur mulai dari larutan dengan nilai specific gravity terendah. Nilai specific gravity telur diperoleh jika telur mengambang pada salah satu larutan. Pemutaran telur dilakukan secara otomatis, mengatur kelembaban dan temperatur dilakukan pada saat pemutaran. Suhu dan kelembaban pada saat setter adalah 37,8 C, dengan kisaran 37,2 38,2 C (Hodgetts, 2000), sedangkan kelembaban yang baik pada penetasan telur itik sangat dianjurkan berkisar antara 60% - 70% (Subiharta, 2010). Pada saat hatcher, kelembaban perlu ditingkatkan sampai 85% untuk memperlancar pemecahan kerabang telur, pada saat ini temperatur diturunkan kira-kira 0,5 C (Srigandono, 1986). Candling dilakukan pada hari ke-3, 7, 21 dan 25 untuk mengetahui fertilitas telur. c. Tahap Pengumpulan Data 1. Telur ditimbang sebelum masuk mesin tetas sebagai bobot tetas. 2. Telur hari ke-25 (sebelum hatcher) ditimbang sebagai susut tetas 3. Lama menetas dihitung sejak masuk ke mesin tetas sampai keluar dari kerabang dalam satuan jam. 4. Penimbangan berat DOD (Day Old Duck) d. Peubah yang Diamati dan Cara pengukurannya 1. Bobot Tetas (gram) Bobot tetas diketahui dengan menimbang DOD saat pulling (pengeluaran DOD dari mesin tetas setelah bulu kering 95%) atau sekitar 6 jam setelah menetas dengan menggunakan timbangan digital untuk mengetahui bobot tetas. 2. Susut Tetas (Persen) Persentase bobot susut telur ditimbang pada hari ke-25, sebelum masuk fase hatcher dalam satuan persen (%).

Susut Telur = Bobot tetas telur hari ke-0 (g)- Bobot tetas telur hari ke-25 (g) 100% Bobot tetas telur hari ke-0 (g) 3. Lama Menetas Lama menetas mulai dihitung sejak masuk ke mesin tetas sampai keluar dari kerabang dalam satuan jam. Analisis Statistik Penelitian akan dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan tiga perlakuan dan lima kelompok. Jumlah telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 600 butir telur tetas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Telur Penyusutan bobot telur hari ke-25 dapat kita lihat pada Tabel 3, bahwa perlakuan tidak berpengaruh disebabkan oleh proses inkubasi yang tidak sempurna selama penelitian. Pada saat proses inkubasi, terjadi ketidakstabilan tegangan listrik, sehingga menyebabkan suhu dan kelembapan tidak stabil. Suhu yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 35 37 o C (Jasa, 2006). Tabel 3. Pegaruh Perlakuan Terhadap Susut Tetas Kelompok Perlakuan (Spesific Gravity) P1 P2 P3.. (%).... K1 10.52 9.77 16.67 K2 12.76 12.42 10.73 K3 10.49 11.30 12.36 K4 10.76 11.59 12.20 K5 8.06 10.99 10.56 52.60 56.06 62.52 10.52 11.21 12.50 Keterangan: P1 : Umur induk 25-35 minggu P2 : Umur induk 36-55 minggu P3 : Umur induk 56-65 minggu K1 : SG 1,074 K2 : SG 1,078 K3 : SG 1,082 K4 : SG 1.086

K5 : SG 1.090 Suhu mesin tetas pada saat penelitian terkadang menurun hingga 33 0 C pada hari ke 14 dan hari ke-21. Suhu dibawah rata-rata ini menyebabkan pertumbuhan embrio menjadi lambat (Jasa, 2006), dan menyebabkan kelembaban yang berlebih pada embrio serta menyebabkan gangguan pertukaran gas (Romanof 1930 dalam Nackage 2003). 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Lama tetas Lama tetas yang tidak tepat ini dipengaruhi oleh lingkungan dalam penetasan. Penyusutan bobot yang rendah dapat kita lihat pada Tabel 4. Suhu normal selama proses penetasan, maka akan memberikan waktu tetas yang tepat (misal : telur puyuh masa inkubasi 17 hari, ayam 21 hari, itik 28 hari). Suhu di ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2 C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 36 C - 39 C (Ningtyas, dkk., 2013). Jika terjadi penurunan suhu terlalu lama biasanya telur akan menetas lebih lambat dari 21 hari dan jika terjadi kenaikan suhu melebihi dari suhu normal maka embrio akan mengalami dehidrasi dan akan mati (Hamdy, 1991). Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Lama Menetas KELOMPOK (Spesific Gravity) Perlakuan P1 P2 P3. jam.... K1 681.00 681.00 666.43 K2 681.80 664.08 664.25 K3 655.75 674.00 680.00 K4 693.20 660.33 682.09 K5 677.03 658.67 684.00 3388.78 3338.08 3376.77 677.75 667.62 675.35 Keterangan : Rata-rata lama menetas menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Tetas Rata-rata bobot tetas tidak menunjukkan perbedaan signifikan (Tabel 5) Bobot tetas DOD (Day Old Duck) sangat dipengaruhi oleh bobot awal telur. Telur yang besar akan menghasilkan DOD yang besar pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunawan (2001) mengatakan bahwa bobot tetas itik memiliki hubungan erat dengan bobot telurnya, semakin besar bobot telur maka anak itik yang menetas semakin besar. Hal ini didukung oleh Hasan, dkk., (2005) yang

menyatakan bahwa semakin besar bobot telur tetas, maka semakin besar pula bobot tetas yang dihasilkan. Rahayu (2005) menyatakan bahwa anak itik yang dihasilkan dari penetasan telur sangat dipengaruhi oleh berat telur karena telur mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selama pengeraman. Tabel 5 Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Tetas Kelompok (Spesific Gravity) Perlakuan P1 P2 P3 gram... K1 51.00 52.33 50.14 K2 45.80 46.57 50.50 K3 48.50 49.50 50.40 K4 51.00 47.33 49.91 K5 54.15 51.33 58.00 250.45 247.07 258.95 50.09 49.41 51.79 Keterangan: Rata-rata bobot tetas tidak menunjukkan perbedaan signifikan KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa umur induk itik dan specific gravity tidak berpengaruh terhadap susut telur, lama menetas, dan bobot tetas. SARAN Pengaruh umur induk dan specific gravity tidak berpengaruh terhadap karakteristik tetasan. Disarankan penambahan jumlah umur induk dan specific gravity. Pengambilan telur untuk diamati sebaiknya pada musim kemarau, karena secara umum di masyarakat, daya tetasnya relative tinggi.. DAFTAR PUSTAKA Hodgetts. 2000. Incubation The Psichal Requiments. Abor Acress service Bulletin No 15, August 1. Subiharta, 2010. Manajemen penetasan telur itik Tegal. Bahan pelatihan pada kegiatan FEATI (Famer Emprowement Trought Agricultural Teghnology and Inovation). Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Jasa, L., 2006. Pemanfaatan Mikrokontroler Atmega 163 Pada Prototipe Mesin Penetasan Telur Ayam. Jurnal Teknologi Elektro Vol 5 (1):30-36.

Nakage Es, Cardozo JP, Pereira GT, Queiroz SA dan Boleli IC. 2003. Effect Of Temperature on Incubation Periode, Embryonic Mortality, Hatch Rate, Egg Water Loss and Patridge Chick Weight (Rhynchotus Rufescens). Rev. Bras. Cienc. Avic. [online]. Volume 5, nomor 2, halaman 131-135. ISSN 1516-635X. Romanoff, A. I. And A. J. Romanoff. 1993. The Avian Egg. Jhon Willey And Sons. Inc. New York Ningtyas M.S, Ismoyowati, Sulistyawan I.H. 2013. Pengaruh Temperatur Terhadap Daya Tetas Dan Hasil Tetas Telur Itik (Anas plathyrinchos). Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto Hamdy, A.M.M.,A.M. Henken, W.V.D. Hel, A.G and A.K.I. Abd. Elmoty.1991. Effect of Incubation Humidity and Hatching Time on Tolerance of Neonatal Chicks: Growth Performance after heat Exposure. Poultry Science 70:1507-1515 Gunawan, H. 2001. Pengaruh Bobot Telur terhadap Daya Tetas serta Hubungan Antara Bobot Telur dan Bobot Tetas Itik Mojosari. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Hasan, S. M. A. A. Siam, M.E. Mady and A.L. Cartwright. 2005. Physiology, endocrinology, dan reproduction: egg storage period and weight effects on hatchability. J. Poultry Sci. 84: 1908-1912