METODA FZ PADA PEMBUATAN KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7

dokumen-dokumen yang mirip
METODA FOTO BACK-REFLECTION LAUE UNTUK MENENTUKAN ARAH SUMBU KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7 (x=0,4)

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

PENGARUH KONSENTRASI x=0,35 TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK PADA KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7

SIFAT ELEKTRON ATOM Mn DI STRUKTUR PEROVSKITE PADA KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7 (x= 0,40)

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN GELAS TRANSPARAN FTO SEBAGAI BAHAN BAKU SEL SURYA

4 Hasil dan Pembahasan

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1

Ringkasan Tugas Akhir. : Pengaruh Substitusi Bi Terhadap Spektrum Electron Spin Resonance

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

PEMBUATAN MATERIAL DUAL PHASE DARI KOMPOSISI KIMIA HASIL PELEBURAN ANTARA SCALING BAJA DAN BESI LATERIT KADAR NI RENDAH YANG DIPADU DENGAN UNSUR SIC

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

PENGARUH PEMAKAIAN GAS OKSIGEN PADA TAHAP PEMBUATAN MATERIAL Ba-Ca-Cu-O

KARAKTERISASI BAHAN SUPERKONDUKTOR Pb3Sr4Ca3Cu6Ox DENGAN VARIASI SUHU SINTERING MENGGUNAKAN METODE REAKSI PADATAN

PENGARUH DOPING NI TERHADAP RESISTIVITAS SENYAWA LA0.67SR0.33MN1-XNIXO3

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

PENGARUH ph, DAN WAKTU ELEKTRODEPOSISI TERHADAP EFISIENSI ELEKTRODEPOSISI ION PERAK(I) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN AGEN PEREDUKSI ASETON

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN ORGANIK SUPERKONDUKTOR β-(bedt-ttf)2i3 DAN β -(BEDT-TTF)2ICl2

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Satuan Acara Perkuliahan Pengantar Kimia Material KI570 3 SKS

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

ANALISA HAMBAT JENIS LISTRIK PADA KAWAT SUPERKONDUKTOR DENGAN MEMAKAI ALAT CRYOGENIC

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

Penyetaraan Nilai Viskositas terhadap Indeks Bias pada Zat Cair Bening

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB III METODE PENELITIAN. oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

3 Metodologi penelitian

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP SIFAT OPTOELEKTRONIK Mn 3O 4

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

PENGARUH ALUR PEMANASAN TERHADAP KARAKTER BAHAN SEMIKONDUKTOR Pb(Se 0,6 Te 0,4 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

SYNTHESIS THIN LAYER ZnO-TiO 2 PHOTOCATALYSTS SOL GEL METHOD USING THE PEG (Polyethylene Glycol) AS SOLVENTS SCIENTIFIC ARTICLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

RANCANG BANGUN MESIN UJI KONDUKTIVITAS LISTRIK METODE FOUR-POINT PROBE

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

Transkripsi:

METODA FZ PADA PEMBUATAN KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Agung Imaduddin Puslit Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 E-mail: agungi@gmail.com Intisari La 2-2x (x=0,4) mempunyai CMR (Colossal Magnetoresistance) terbesar dibandingkan bahan Mn oxide lainnya [1]. Untuk menyelidiki sifat CMR ini, kita harus dapat membuat kristal tunggalnya. Untuk itu kami telah membuat kristal tunggal La 2-2x (x=0,4) atau disebut LSMO 327. Kristal tunggal kami buat dengan metoda FZ (Floating Zone). Sebelum pembuatan kristal tunggal dengan memakai metoda FZ, kami telah menganalisa hubungan suhu dan konsentrasi x dengan memakai thermocouple dan analisa EPMA (Electron Probe Microanalysis). Setelah penumbuhan dengan memakai metoda FZ, analisa struktur kristal dan sifat kristalisasinya pada hasil kristal tunggalnya dilakukan dengan memakai XRD dan rocking curve, kemudian kami juga memakai EPMA untuk mengetahui komposisi unsur yang terbentuk. Dari hasil metoda FZ ini diketahui bahwa permukaan cleave (permukaan kelupas) nya adalah bidang ab, dan memiliki nilai half full value width nya 0,115, yang menunjukkan kualitas kristal tunggal yang tinggi. Dari EPMA diketahui bahwa nilai x pada La 2-2x adalah 0,409. Kata kunci : CMR, Kristal tunggal, LSMO 327, Metoda floating zone Abstract La 2-2x (x=0.4) has the most large CMR (Colossal Magnetoresistance) [1]. In order to research on CMR effect, we have to prepare high quality single crystals. We have grown La 2- Sr Mn O single crystal of x = 0.4 (or LSMO 327). We have grown single crystals with FZ (Floating 2x 1+2x 2 7 Zone) method. Before growing single crystals using the FZ method, we have analyzed the relation of temperature and concentration x by using thermo-couple and analysis of EPMA (Electron Probe Microanalysis). After growing using the FZ method, analysis of crystal structure and its crystallization properties were carried out using XRD and Rocking curve, then we were also using EPMA to determine its elemental composition. From the results of the FZ method, we know that the cleaved surface is the ab plane, and has a half full value width of 0.115, which indicates a high quality single crystal. From the EPMA result, we know that the value of x at the LA 2-2x Sr 1 +2 x is 0.409. Keywords : CMR, Single crystal, LSMO, Floating zone method PENDAHULUAN Sejak penemuan bahan oksida Cu superkonduktor yang mempunyai suhu kritis T C yang tinggi, perhatian dunia terhadap struktur perovskite ini juga semakin meningkat. Bahan oksida Mn yang mempunyai struktur perovskite juga mendapat perhatian untuk dilakukan penelitiannya. Bahan oksida Mn memiliki rumus umum (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n = 1, 2, ), dimana n adalah jumlah layer Mn-O pada tiap molekulnya. Layered Mn oxide yang memiliki n = 2 (atau disebut LSMO 327) mempunyai sifat MR (magnetoresistance) yang tertinggi dibanding bahan lainnya [2]. Selain memiliki sifat MR yang tinggi, LSMO 327 juga memiliki sifat insulator pada suhu di atas T C dan sifat logam pada suhu di bawah T C [3]. Sampai saat ini, pembuatan kristal tunggal LSMO 327 sangat sedikit

dibandingkan bahan lainnya, hal ini disebabkan pembuatan kristal tunggal yang relatif lebih sulit dibandingkan bahan lainnya [4]. Untuk dapat menyelidiki sifat fisika pada elektron Mn ini, diperlukan kristal tunggal yang memiliki kualitas yang tinggi. Sampel LSMO 327 mempunyai struktur tetragonal dimana elektron bergerak pada permukaan ab atau pada lapisan Mn-O nya dan pada permukaan ab ini kelupas (cleave) nya terjadi (Gambar 1). Pembuatan Rod Material [4] Persiapan Metoda FZ (pembuatan grafik hubungan suhu dan konsentrasi x) Metoda FZ Analisa XRD, Rocking curve Analisa EPMA Gambar 2. Alur pembuatan kristal tunggal dengan metoda FZ Gambar 1. Struktur Kristal pada (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n = 2) atau disebut LSMO 327, (a=b=3,87å, c=20,14 Å) Untuk itu pada tulisan ini, kami akan menyampaikan pembuatan kristal tunggal La 2-2x (dengan nilai x = 0,4), yang kami laksanakan di Universitas Iwate, Jepang. PROSEDUR PERCOBAAN Pembuatan kristal tunggal LSMO 327 dibuat berdasarkan alur seperti dibawah ini (Gambar 2). Pembuatan rod material (batang pelet) pada sampel ini kami jelaskan pada tulisan kami yang lain [4]. Pemanasan dengan cahaya lampu halogen pada metoda FZ ini sangat efektif bagi pembuatan kristal tunggal pada bahan oksida. Pada salah satu titik pusat cermin elip, terletak lampu halogen dan pada titik pusat lainnya terletak rod material yang akan dipanaskan. Kelebihan metoda FZ ini antara lain ialah karena tidak memakai bejana sehingga dapat menghindari pencemaran sampel oleh bejana, dapat memakai lingkungan gas/ atmosphere apa saja. Kelemahannya ialah karena hanya mengandalkan daya adhesi cair sampel, apabila bagian cairnya panjang, akan mudah terputus. Gambar 3 memperlihatkan skema alat metoda FZ yang kami pergunakan. 2 Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6

berlebihan dan ketika suhunya turun jumlah Sr nya mengkristal mengikuti garis kondisi padat. Dari gambar tersebut kita dapat mengatur output lampu halogen, untuk mencapai konsentrasi x yang seharusnya. Gambar 3. Skema metoda FZ yang memakai halogen lampu untuk memanaskan Kami memakai alat metoda FZ yang diproduksi perusahaan Crystal System, tipe FZ-T-10000-H. Alat FZ ini tidak dilengkapi sensor suhu. Untuk itu kami melakukan juga percobaan untuk mengetahui hubungan output lampu halogen dan suhu. Gambar 4 menunjukkan grafik kondisi konsentrasi x pada garis kondisi padat dan garis kondisi cair [5]. Pada sumbu vertikalnya untuk mengetahui hubungan output lampu dan suhu, kami mula-mula mengukur hubungan suhu dan output lampu dengan memakai thermal-couple. Untuk sumbu horizontalnya, kami mengukur dengan EPMA pada sampel. Untuk membuat garis kondisi padat (solid phase line), kami mengukur dengan EPMA pada bagian selain ujung atas sample. Sedangkan untuk membuat garis kondisi cair (liquid phase line), kami mendinginkan secara tiba-tiba di bagian ujung sampel, setelah itu kami ukur dengan EPMA. Dari hasil pengamatan terlihat ketika sampel tumbuh pada FZ, melt zone-nya terdiri atas jumlah Sr yang Gambar 4. Grafik kondisi padat dan cair terhadap temperatur Upper material (rod material) Melt-zone Lower material (kristal Gambar 5. Kondisi kristal tunggal saat penumbuhan dengan metoda FZ (berdasarkan pengamatan dengan kamera) Kondisi penumbuhan kristal tunggal dengan metoda FZ dapat dilihat di Gambar 5. Rod material digantung lurus kemudian diletakkan pada pusat panas sehingga mencair sebagian (melt-zone) yang kemudian diturunkan sedikit demi sedikit. Shaft (batang) atas dan bawah kami putar berlawanan, dengan masing-masing putaran 50 rpm dan 6 rpm. Kami turunkan melt-zone nya hingga mendingin perlahan lahan dengan kecepatan 1,0 mm/h dan kemudian mengkristal. Ketika melt-zone Metoda FZ Pada Pembuatan../ Agung Imaduddin 3

nya sudah mencapai ujung atas, maka rod materialnya menjadi kristal tunggal. Untuk mempertahankan kondisi bentuk melt-zone ini, maka gaya adhesi, kerapatan, suhu, kecepatan pindah akan sangat mempengaruhi. Alat FZ ini menggunakan 4 cermin elip dengan 4 halogen lampu dengan kekuatan masing-masing 1 kw sehingga cahaya panas dapat dipusatkan ke melt-zone dari hampir semua arah sehingga dapat menghindari perbedaan suhu pada meltzone. Untuk melihat keadaan melt-zone nya, dipergunakan kamera monitor. Dari kamera langsung ke monitor televisi. Ketika pertumbuhan, dengan melihat meltzone nya, suhu (output lampu), kecepatan pengisian (kecepatan turun upper material) dan kecepatan penumbuhan (kecepatan turun lower material) dapat dicocokkan. Lingkungan gas (pada riset ini memakai gas O 2 ) dialirkan dari bawah ke atas. Ketika kristalisasi terjadi, kami mengamati kondisi melt-zone nya melalui monitor televisi. Apabila suhu terlalu tinggi, meltzone nya akan semakin panjang sehingga mudah putus. Apabila suhu terlalu rendah, melt zone nya akan mengecil dan akhirnya rod material atas dan bawah akan berbenturan. Setelah penumbuhan awal sekitar 5 mm, melt-zone akan stabil dan pengontrolan suhunya akan semakin tidak diperlukan. Kecepatan shaft atas dan bawah untuk turun masing-masing 1,5 mm/jam dan 1,0 mm/jam. Hal ini disebabkan kerapatan atom kristal tunggal (sampel dibagian bawah melt-zone) lebih tinggi dibandingkan rod material (sampel dibagian atas melt-zone). Gambar 6. Foto kristal tunggal yang telah dibuat dengan metoda FZ (diameter sekitar 5 mm ) Gambar 6 memperlihatkan foto kristal tunggal yang telah ditumbuhkan dengan metoda FZ. Bagian kanan yang lebih pendek adalah sisa upper material (rod material), sedangkan bagian kiri yang lebih panjang adalah kristal tunggal yang telah ditumbuhkan (bagian kiri dari batang ini adalah rod material yang dipakai sebagai bibit kristal tunggal). HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah pengkritalisasi dengan FZ, sampel kristal tunggal yang diperoleh mempunyai panjang sekitar 30 mm. Kemudian kami potong dengan panjang sekitar 5 mm dengan diamond cutter. Pada bidang yang terpotong terlihat adanya grain yang banyak pada bagian bawah sampel. Grain ini semakin berkurang pada bagian atas sampel menandakan kristalisasi yang terjadi. Setelah kami kelupas permukaannya, kami analisa permukaan kelupasnya dengan XRD (Gambar 6 ) [5-6]. Pada Gambar 7 itu terlihat bahwa peak untuk sumbu c terlihat semuanya. Disini kami melihat permukaan kelupasnya tegak lurus terhadap sumbu c. Pada peak (0 0 10), kami melihat rocking curve nya. Rocking curve pada XRD adalah metoda untuk mengetahui kualitas kristal tunggal suatu bahan, dimana pada peak tertinggi suatu permukaan kristal tunggal, sudut detektor sinar-x nya dibuat tetap, tapi sudut permukaan sampel discanning pada sekitar sudut peak tersebut. Semakin kecil lebar (derajat) pada setengah tinggi peak (full half value width), maka hal itu menandakan semakin tingginya kualitas kristal tunggalnya. Dari hasil rocking curve nya terlihat nilai full half value width nya, sebesar 0,115 (Gambar 7), yang merupakan angka yang kecil bagi bahan kristal tunggal oksida. Disini kami melihat bahwa sampel ini memiliki kualitas yang tinggi [5]. Setelah memastikan bahwa permukaan kelupasnya itu sumbu c, kami analisa dengan Back Reflection Laue Photograph untuk menentukan sumbu a dan b. Metoda 4 Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6

penentuan arah sumbu kristal dengan Back-Reflection Laue ini kami jelaskan di tulisan kami yang lain [7]. Setelah sumbu a dan b ditemukan, kami potong berdasarkan sumbu-sumbunya. Berdasarkan karakterisasi dengan EPMA, diketahui bahwa sampel La 2- Sr 2x 1+2x O ini memiliki perbandingan 7 jumlah atom La : Sr : Mn : O = 1,4724 : 2,2668 : 2,0832 : 6,1764, atau dengan nilai x = 0,409. setelah dianalisa dengan XRD permukaan kelupasnya adalah bidang ab. Dan dari hasil EPMA, diketahui bahwa nilai x pada La 2-2x adalah 0,409. Dari grafik rocking curve nya, kami lihat nilai half full value width nya yaitu 0,115 yang menandakan bahwa sampel ini memiliki kualitas yang tinggi. UCAPAN TERIMAKASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof.Yoshizawa dan seluruh anggota Yoshizawa lab. di Universitas Iwate Jepang, yang telah banyak membantu riset saya pada program doctoral ini. DAFTAR PUSTAKA Gambar 7. Hasil XRD pada permukaan kelupasnya Gambar 8. Rocking curve pada peak (0 0 10) KESIMPULAN Kami telah mempergunakan metoda FZ untuk membuat kristal tunggal La 2-2x (x=0,4). Ketika penumbuhan kristal dengan FZ, kami memakai lingkungan gas O 2 dan kecepatan tumbuhnya kami kontrol sangat lambat yaitu 1,0 mm/h. Sampel yang kami peroleh kami lihat permukaan kelupasnya, yang [1] T. Kimura, Y. Tomioka, H. Kuwahara, A. Asamitsu, M. Tamura, Y. Tokura. 1996. Interplane Tunneling Magnetoresistance in a Layered Mangaite Crystal: 1698. Science, 274. [2] A. Urushibara, Y. Moritomo, T, Arima, A. Asamitsu, G. Kido, Y. Tokura. 1995. Insulator-metal transition and giant magnetoresistance in La 1-x Sr x MnO 3, Physical Review B, vol 51, 20: 14103. [3] J.A.M. van Roosmalen, P. van Vlaanderen, E.H.P. Cordfunke. 1995. Phase in the perovskite-type LaMnO3+ Solid Solution and the La2O3-Mn2O3 Phase Diagram: 516-523. Journal of Solid State Chemistry 114. [4] Imaduddin Agung. 2011. Pembuatan Batang Pelet La 2-2x Sebagai Bahan Penumbuhan Kristal Tunggal. Preprint. [5] Imaduddin Agung. 2011. Pemakaian Metoda Back-Reflection Laue Untuk Menentukan Arah Sumbu Kristal Tunggal pada La2-2x. Preprint. [6] Imaduddin Agung. 2001. Growth and Physical Properties of La2-2x Single Crystals. Metoda FZ Pada Pembuatan../ Agung Imaduddin 5

Doctoral Thesis: Iwate University. [7] Imaduddin Agung, H. Kanazawa, N. Yoshimoto, M. Yoshizawa. 2000. Crystal Growth and Physical Properties of La 2-2x : 502-504. Physica B, 281&282. RIWAYAT PENULIS Agung Imaduddin lahir di Bandung pada 29 September 1971. Lulus S1, S2 dan S3 dari Iwate University Jepang dan bekerja sebagai staf peneliti di Puslit Metalurgi sejak 1989 sampai saat ini. 6 Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6