ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA BUNGA PUTIH KECAMATAN MARANG KAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

PENGELOLAAN USAHA TANI JAHE PUTIH DI KELURAHAN SEMPAJA KECAMATAN SAMARINDA UTARA KOTA SAMARINDA

EPP. Vol. 8 No :

KONTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KARET TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KAMPUNG MENCIMAI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN TOMAT DI DESA GUNUNG INTAN KECAMATAN BABULU DARAT KABUPATEN ENAJAM PASER UTARA

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PEPAYA (Carica papaya L) HAWAI DENGAN CALIFORNIA DI MUANG DALAM KELURAHAN LEMPAKE KECAMATAN SAMARINDA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI TOMAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN API-API KECAMATAN BONTANG UTARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI LOA GAGAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

DINAMIKA EKONOMI Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.9 No.2 September 2016

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

41 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2013, VOL. 13, NO. 2

291 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN Elektronik

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

ANALISIS USAHATANI PALA DI KAMPUNG TALAWID KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE ABSTRACT

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI KARET-PISANG KEPOK DAN KARET-NENAS

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

72 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

AGUS PRANOTO

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

281 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

Larassati Purwandrini Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda ABSTRACT

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHA PEMBIBITAN KARET PADA PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI, SUMATERA UTARA

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TUKAR PETANI KARET RAKYAT DI DESA AIR SEKAMANAK KECAMATAN KETAHUN KABUPATEN BENGKULU UTARA

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

Analisis Usahatani Kakao Pola Swadaya Di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

BAB III METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

KELAYAKAN USAHATANI BAWANG DAUN (Allium fistulosum) DI DESA PINANG HABANG KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

AGRITECH : Vol. XVIII No. 2 Desember 2016: ISSN :

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans P) DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PEMATANG SIKEK KECAMATAN RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR

Keywords: fertilizer, income, land area, rubber.

BAB II. KERANGKA TEORITIS

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Elista K. Gurning 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Hp: ;

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. XAVERIUS GINTING, SALMIAH, JUFRI Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROSEDUR DAN BIAYA PEMUPUKAN TANAMAN NANAS DI PLANTATION GROUP 1 PT R

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

Abdul Kholik Hidayah 1 dan Bill Deng 2 1 ) Fakultas Pertanian Untag 1945 Samarinda 2 ) Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Barat ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

Transkripsi:

137 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA BUNGA PUTIH KECAMATAN MARANG KAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (The Revenue Analysis of Rubber Farming (Hevea brasiliensis) in Bunga Village Marangkayu Subdistrict, Kutai Kartanegara District) Tetty Wijayanti dan Saefuddin Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRACT The objectives of this study was to determine the revenue and the efficiency of the value of rubber farming in Bunga Putih Village Marangkayu Subdistrict. The data was collected by direct interviews to 39 respondents rubber farmers in Bunga Putih Village Marangkayu subdistrict. The data needed for research is the primary data that directly sought in the study sites and secondary data obtained library research, relevant agencies and other appropriate source with this research. Data were processed and analyzed using analysis of revenue and R / C Ratio. Sampling using a simple random sampling with the number of respondents 39 farmers. The results showed that based on observation of 39 respondents obtained rubber production for one year was 194,880.00 kg with an average per respondent 4,966.92 kg of rubber and the selling price of Rp 13,000 kg -1, so the revenue earned in one year is Rp 2,553,440,000 with an average per respondent Rp 64,960,000.00. Total production costs in one year is Rp 217,204,133.33 with an average per respondent then obtained the results 5,569,336.75 per year for farm income is Rp 2,316,235,866.67 rubber with an average per respondent was Rp 59,390,663.25. The average value of R/C ratio obtained is 11.66 which means that rubber farming is profitability. Keywords : Revenue, Value of Efficiency, Rubber Farming PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktivitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Petani karet dalam melakukan usahataninya, tentunya mengharapkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu menghitung untung rugi dengan membuat analisis secara ekonomi. Dari analisis tersebut petani akan dapat melihat perkiraan besar biaya yang akan dikeluarkan dan berapa keuntungan yang diperoleh. Usaha yang dilakukan petani tidak terlepas dari pengeluaran (biaya) yang harus dikeluarkan dalam penggunaan faktor produksi selama proses produksi berlangsung. Pendapatan maksimal usahatani karet merupakan tujuan utama petani dalam melakukan kegiatan produksi, oleh karena itu dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak, sebab pendapatan usahatani yang rendah menyebabkan petani tidak dapat melakukan investasi. Hal ini dikarenakan hasil pendapatan sebagian dipergunakan kembali untuk modal usahatani dan sebagian dipergunakan untuk biaya hidup dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Pendapatan petani menjadi lebih besar jika petani dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan dan diimbangi dengan

138 produksi yang tinggi. Pendapatan petani yang diperoleh dari perhitungan biaya dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui efesiensi ekonomi usahatani karet. Sektor pertanian merupakan jawaban dari masalah pengangguran dan kemiskinan. Dengan mengoptimalkan lahan pertanian dengan usahatani yang tepat diharapkan petani dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Kegiatan usahatani bertujuan agar diperoleh keuntungan maksimal, namun hal itu dapat dicapai bila petani telah menggunakan faktor-faktor produksi secara efesien sehingga dapat diperoleh tingkat produksi yang maksimal (Hernanto, 1996). Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang tepat dan didukung oleh produktivitas pertanian. Tinggi rendahnya produktivitas pertanian dipengaruhi oleh bekerjanya beberapa faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, bahan baku dan sarana produksi (Mubyarto, 1994). Peningkatan produksi pertanian per hektar dapat dicapai dengan melakukan usaha intensifikasi serta penggunaan sarana produksi dengan tepat yang akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa suatu efisiensi ekonomi diperlukan untuk peningkatan pendapatan. Efisiensi dapat diartikan sebagai keadaan, yakni manfaat yang sebesar-besarnya dapat dicapai dari satu pengorbanan tertentu atau untuk manfaat tertentu diperlukan pengorbanan yang sekecil-kecilnya (Mubyarto, 1994). Efesiensi bukan berarti menghemat sehingga mengurangi efektivitas dalam pencapaian hasil, tetapi efesiensi adalah menekan atau mengurangi sedemikian rupa tanpa mengurangi produktivitas sehingga didapat hasil yang optimal dari pengorbanan yang dilakukan. Kebutuhan dunia terhadap karet terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku karet di negara- negara maju. Perluasan perkebunan di Asia, Khususnya Asia Tenggara, berlangsung sangat intensif. Dalam beberapa puluh tahun saja produksi dari kawasan ini bahkan melampaui produksi karet Amerika Latin yang merupakan wilayah asal tanaman tersebut. Jika pada tahun 1900 produksi karet Asia Tenggara baru sekitar 1,1 % dari produksi dunia, 15 tahun kemudian produksinya sudah mencapai 68,5 %. Asia Tenggara meneguhkan diri sebagai produsen utama karet dunia. (Setiawan dan Agus, 2008) Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Tanaman karet tergolong mudah diusahakan, apalagi kondisi negara kita yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari daratan Amerika yang juga beriklim tropis, yaitu sekitar Brazil. Sebagai mana daerah lainnya di Indonesia, sebagian besar penduduk Propinsi Kalimantan Timur tinggal di daerah pedesaan dengan mata pencarian utama berada pada sektor pertanian. Perkembangan tanaman karet di wiilayah Kalimantan Timur cukup tinggi, dari luas areal tanaman karet seluas 70.512 hektare dimana 46.112 hektare merupakan areal perkebunan rakyat dengan produksi seluruhnya mencapai 57 ribu ton. Seiring dengan semakin membaiknya harga karet dipasaran komoditi, tanaman karet kembali banyak diusahakan dan dibeberapa daerah kabupaten dan kota di Kalimantan Timur komoditi tersebut merupakan sumber usaha masyarakatnya. (Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur, 2010) Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian penduduknya mengusahakan tanaman karet sebagai mata pencaharian pokok dengan luas areal tanaman perkebunan karet yaitu 3.722,00 ha, ini termasuk tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, dan tanaman tua dengan jumlah produksi 820,00 ton. Desa Bunga Putih merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam wialayah Kecamatan Marang Kayu Kabuapaten Kutai Kartanegara,

139 dengan luas wilayah 1500 m 2, yang dihuni sekitar 790 kk. Penduduk yang mengusahakan perkebunan karet di Desa tersebut sebanyak 333 petani dengan luas yang areal tanaman karet 304 ha. Budidaya usahatani karet di Desa Bunga Putih merupakan perkebunan milik rakyat yang merupakan jatah transmigrasi, yang awal pengelolaannya tidak lepas dari motivasi dan campur tangan pemerintah dalam berbagai hal baik berupa pembinaan, bantuan bibit dan pengawasan. Hal ini dimaksudkan budidaya yang dilakukan oleh petani dapat berjalan dengan lancar. (Kantor Desa Bunga Putih, 2011) Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) pendapatan usahatani karet di Desa Bunga Putih, dan (2) nilai efisiensi usahatani karet di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dari tiga bulan, sejak bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011, dengan lokasi penelitian di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara. Defenisi Operasional Sesuai dengan variabel-variabel yang ingin diteliti dalam penelitian, maka dalam defenisi operasional dapat dikemukakan penjelasan sebagai berikut: 1. Responden adalah petani karet Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Produksi karet yaitu jumlah hasil karet yang dihasilkan selama setahun pada masa penelitian. (Kg ha -1 th -1 ). 3. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama setahun, yaitu meliputi: a. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya penyusutan alat. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperoleh dengan memperhitungkan biaya pembelian dibagi dengan umur teknis dari alat-alat tersebut (Rp th -1 ). b. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi. Contoh biaya tidak tetap adalah biaya sarana produksi yaitu pembelian bibit, biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, biaya ini dihitung berdasarkan upah yang berlaku di lokasi penelitian berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK) yang dikonversikan setara pria dewasa (Rp th -1 ). 4. Penerimaan adalah satuan rupiah yang dihitung berdasarkan jumlah produksi (output) yang terjual dengan harga yang berlaku ditingkat petani (Rp th -1 ). 5. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani karet dikurangi biaya yang di keluarkan selama setahun (Rp th -1 ). 6. Harga adalah harga jual karet di tingkat petani di lokasi penelitian (Rp kg -1 ). 7. Biaya lainnya adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam memasarkan karet seperti biaya transportasi (Rp). 8. Efisiensi ekonomi adalah imbangan penerimaan dan biaya. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara dengan responden yaitu petani yang mengusahakan karet dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari studi kepustakaan, instansi terkait, dan sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini.

140 Metode Pengambilan Sampel Berdasarkan karakteristik petani di Desa Bunga Putih setiap petani memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel karena populasi penelitian tergolong mendekati homogen. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling), berdasarkan luas lahan karet yang diusahakan di Desa Bunga Putih terdapat 333 KK yang mengusahakan tanaman karet. Menurut Arikunto (1996), untuk populasi lebih dari 100 dapat diambil sampel sebesar 10-15 % atau lebih disesuaikan dengan tingkat kemampuan tenaga, biaya dan waktu yang tersedia bagi peneliti. Dalam penelitian ini menetapkan menggunakan tingkat presisi sebesar 15%. Menurut Rahmat (1997), cara pengambilan sampel dapat menggunakan rumus dengan persamaan sebagai berikut : N n = N d 2 + 1 Keterangan : n = Jumlah sampel yang diambil untuk diteliti N = Jumlah KK masyarakat sekitar Desa Bunga Putih d 2 = Tingkat presisi (15%) Berdasarkan persamaan rumus di atas, jumlah sampel dari KK masyarakat Desa Bunga Putih adalah : 333 n = 333(0.15) 2 + 1 = 39,21 39 sampel Analisa Data Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Total biaya Menurut Sudarsono (1995), total biaya dihitung dengan rumus sebagai berikut: TC = TFC + TVC Keterangan: TC : Total Biaya / Total Cost (Rp th -1 ). TFC : Total Biaya Tetap / Total Fixed TVC Cost (Rp th -1 ) : Total Biaya Variabel / Total Variabel Cost (Rp th -1 ). 2. Penerimaan Menurut Sukirno (2002), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang di peroleh dapat di ketahui dengan menggunakan rumus: TR = P. Q Keterangan: TR : Total Penerimaan / Total revenue (Rp kg -1 ) P : Harga Produk / Price (Rp kg -1 ) Q : Jumlah produk / Quantity (kg) 3. Pendapatan Menurut Mubyarto (1994), pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut: I = TR TC Keterangan: I : Pendapatan / Income (Rp). TR : Total Penerimaan / Total revenue (Rp). TC : Total Biaya / Total Cost (Rp) 4. Efisiensi Usahatani Karet Efisiensi adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya dimana penerimaan lebih besar di bandingkan dengan total biaya. Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut ( Wibisono, 2009 ). R/C ratio = TR / TC Keterangan: R/C ratio : Perbandingan antara penerimaan dan biaya. TR : Total Penerimaan / Total Revenue (Rp th -1 ). TC : Total Biaya / Total Cost (Rp th -1 ).

141 Keputusan: 1. Jika R/C Ratio > 1, usaha yang dilakukan secara ekonomi dikatakan efisien, ini berarti usaha tersebut menguntungkan. 2. Jika R/C Ratio < 1, usaha yang dilakukan secara ekonomi dikatakan tidak efisien, ini berarti usaha tersebut tidak menguntungkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil wawancara, maka diperoleh gambaran karakteristik tentang 39 petani karet yang dijadikan sebagai responden di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut: Umur Keadaan umur petani responden dalam penelitian ini adalah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Petani Responden berdasarkan Umur di Desa Bunga Putih Tahun 2011 No Interval umur (tahun) Jumlah Petani Presentase 1 2 41-50 51-60 26,00 13,00 66,67% 33,33% Jumlah 39,00 100% Sumber : Data primer (diolah), 2011 Berdasarkan data Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 26 petani karet yang berumur 41 50 tahun dengan persentase 66,67% dan sebanyak 13 petani yang berumur 51 60 tahun atau dengan persentase 33,33% hal ini dapat diketahui umur petani responden berkisar 41 60 tahun sehingga menunjukkan bahwa petani pada usahatani karet sudah berada pada usia di atas produktif (15 55 tahun), namun demikian mereka masih cukup potensial untuk mengembangkan usahataninya. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada kemampuan petani dalam menerapkan informasi baru dalam bidang pertanian dan membantu petani dalam mengambil keputusan serta dalam memecahkan masalah yang dihadapi petani dalam mengelola usahataninya. Secara rinci tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bunga Putih tahun 2011. N0 1 2 3 Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Jumlah petani (jiwa) 21,00 15,00 3,00 Persentase % 53,85 38,46 7,69 Jumlah 39,00 100,00 Sumber: Data primer (diolah) 2011

142 Berdasarkan data tabel 2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden usahatani karet di Desa Bunga Putih bervariasi mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA. Sebanyak 21 petani tamat SD atau dengan persentase 53,85%, 15 petani tamat SLTP atau dengan persentase 38,46% dan sebanyak 3 petani yang tamat SLTA atau dengan persentase 7,69%. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga secara tidak langsung akan menjadikan petani lebih giat dalam berusaha tani disamping juga akan menambah tenaga kerja keluarga. Tanggungan keluarga petani responden terdiri dari istri, anak dan keluarga lainnya. Untuk lebih jelas mengenai tanggungan petani dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi petani responden berdasarkan tanggungan keluarga di lingkungan Desa Bunga Putih 2011 NO Tanggungan Keluarga Jumlah Petani (jiwa) Persentase(%) 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 2,00 11,00 9,00 15,00 2,00 5,13 28,21 23,08 38,46 5,13 Jumlah 39,00 100,00 Sumber : Data primer ( diolah ) 2011. Berdasarkan hasil data tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 0 orang adalah sebanyak 2 petani atau dengan persentase 5,13, jumlah tanggungan keluarga 1orang adalalah sebanyak 11 petani atau dengan persentase 28,21, jumlah tanggungan keluarga 2 orang adalah sebanyak 9 petani atau dengan persentase 23,08, jumlah tanggungan 3 orang adalah sebanyak 15 orang atau dengan persentase 38,46% dan jumlah tanggungan keluarga 4 orang adalah sebanyak 2 orang atau dengan persentase 5,13%. Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahataninya. Semakin besar tanggungan keluarganya berarti semakin beban yang haru ditanggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, akan tetapi memiliki jumlah tenaga kerja yang besar pula dibandingkan dengan jumlah petani yang memiliki tanggungan keluarga dalam jumlah kecil memiliki beban yang kecil pula. Gambaran Umum Tanaman Karet di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara Berkebun karet adalah salah satu mata pencaharian utama masyarakat Desa Bunga Putih, adapun status kepemilikan lahan adalah lahan milik sendiri. Dalam melaksanakan kegiatan usahataninya, kebun rakyat tersebut merupakan jatah untuk transmigrasi dari pulau Jawa pada tahun 1986. Untuk pembukaan lahan, persiapan bibit dan penanaman sepenuhnya dikelola oleh pihak pemerintah daerah. Namun petani akan melunasi biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk mengelola pembukaan lahan, persiapan bibit dan penanaman setelah tanaman karet telah menghasilkan dengan jangka waktu selama 5 tahun. Petani karet di Desa Bunga Putih melakukan tahapantahapan sebagai berikut : 1. Pembukaan Lahan Pada awalnya pembukaan lahan untuk tanaman karet dilakukan dengan penebangan (rintisan). Dalam penebangan ini baiasanya

143 dibagi menjadi dua tahap, yang pertama rintisan kecil yaitu merintis tumbuhan yang masih kecil dan yang kedua rintisan besar yaitu menebang tumbuhan besar dan dilanjutkan dengan pembakaran. 2. Penanaman Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu membuat ajir untuk menentukan letak dan jarak tanam karet. Adapun jarak penanaman karet di Desa Bunga Putih yaitu 4 x 6 m, sehingga dapat diketahui dalam satu hektar terdapat 416 pohon karet. Selanjutnya pembuatan lubang tanam 60 x 60 x 60 cm. polybag dibuka kemudian bibit dimasukkan ke dalam tanam dan kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah. Bibit yang digunakan di lokasi penelitian adalah GT 1. Akan tetapi sekarang populasi tanaman dalam satu hektarnya sudah banyak berkurang berkisar antara 300-400 pohon, hal ini disebabkan tanaman terserang penyakit dan terkena kebakaran. 3. Pemupukan Pada umumnya pemupukan dilakukan setahun dua kali, pemupukan diberikan untuk mempercepat pertumbuhan dan matang sadap, caranya dengan pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1-1,5 meter dari pohon pada lahan yang tersedia. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, SP 36 dan KCL. Di lokasi penelitian untuk saat ini sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk lagi dan hanya melakukan pemeliharaan dan penyadapan karena umur tanaman (20 tahun) telah memasuki tahap peremajaan. 4. Pemeliharaan a. Penyiangan Penyiangan dilakukan tergantung pada keadaan tanaman pengganggu (gulma). Umumnya penyiangan 2-3 kali setahun. b. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila gejala serangan mulai tampak. Binatang yang sering mengganggu pada awal penanaman tanaman karet adalah babi hutan. Hal yang dilakukan petani adalah mengusir babi tersebut atau dibuat pembatas. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet di lokasi penelitian adalah penyakit jamur akar putih. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan petani adalah menggali lubang disekeliling akar yang terkena penyakit kemudian membakarnya. 5. Penyadapan Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tanaman karet umumnya dapat disadap setelah berumur enam tahun. Penyadapan dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 dengan menggunakan pisau sadap. Notasi penyadapan yang dilakukan petani di lokasi penelitian adalah d/2 (dua hari sekali). Tetesan lateks ditampung didalam mangkuk sadap. Mangkuk sadap yang digunakan para petani di lokasi penelitian adalah botol bekas tempat air mineral ukuran 1000 ml atau botol bekas oli yang dipotong separuh. Penyadapan karet dilakukan petani sendiri dan keluarganya. Biaya Produksi Biaya produksi dalam usahatani ini mencakupi biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan alat serta biaya lain-lain. Jumlah biaya produksi dalam 1 tahun dengan jumlah 39 responden adalah Rp 217.204.133,33 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 5.569.336,75 responden -1 dan jumlah biaya produksi per hektar adalah Rp 108.602.066,67 dengan rata-rata biaya per hektar adalah Rp 2.784.668,38 responden -1. Biaya Pupuk Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Jenis-jenis pupuk ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh responden tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pupuk ini dikarenakan tanaman karet di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan tanaman sudah mulai

144 reproduksi. Jumlah biaya pupuk yang dikeluarkan 39 responden adalah Rp 26.364.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 1.883.142,86 responden -1 dan jumlah biaya per hektar adalah Rp 13.182.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 941.571,43 responden -1. Jumlah pupuk Urea yang digunakan adalah 4.350,00 kg tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 310,71 kg tahun -1 dan pupuk ini hanya digunakan oleh 14 responden. Harga satuan pupuk ini adalah Rp 1.800,00 kg -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 7.830.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 559.285 responden -1. Jumlah pupuk SP-36 yang digunakan adalah 2.970,00 kg tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 247,50 kg tahun -1 dan pupuk ini hanya digunakan oleh 12 responden. Harga satuan pupuk ini adalah Rp 2.200,00 kg -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 6.534.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 544.500,00 responden -1. Jumlah pupuk KCl yang digunakan adalah 1500,00 kg tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 187,50 kg tahun -1 dan pupuk ini hanya digunakan oleh 8 responden. Harga satuan pupuk ini adalah Rp 8.000,00 kg -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 12.000.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 1.500.000,00 responden -1. Biaya Pestisida Jenis pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Basmilang dan Supertok. Jenis-jenis pestisida ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh responden tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pestisida ini dikarenakan tanaman karet di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan tanaman sudah mulai reproduksi. Manfaat pestisida basmilang adalah untuk membasmi gulma alang-alang di sekitar tanaman karet dan manfaat pestisida supertok adalah untuk membasmi serangga pada tanaman karet. Jumlah biaya pestisida yang dikeluarkan 39 responden adalah Rp 2.520.000,00 dengan rata-rata Rp 315.000,00 responden -1 dan jumlah biaya per hektar adalah Rp 1.260.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 157.500 responden -1. Jumlah pestisida basmilang yang digunakan adalah 46 liter tahun -1 dengan ratarata penggunaan 5,75 liter tahun -1 dan pestisida ini hanya digunakan oleh 8 responden. Harga satuan pestisida ini adalah Rp 45.000,00 kg -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.070.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 258.750,00 responden -1. Jumlah pestisida Supertok yang digunakan adalah 10 liter tahun -1 dengan ratarata penggunaan 5,00 liter tahun -1 dan pupuk ini hanya digunakan oleh 2 responden. Harga satuan pupuk ini adalah Rp 45.000,00 kg -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 450.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp56.250,00 responden -1. Biaya Tenaga Kerja Jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeliharaan dan panen/sadap. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan 39 responden adalah Rp 142.032.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 3.641.846,15 responden -1 dan jumlah biaya per hektar adalah Rp 71.016.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 1.820.923,08 responden - 1. Jumlah tenaga kerja pada pemeliharaan adalah pria 552 HOK tahun -1 dan wanita 76,80 HOK tahun -1 serta totalnya adalah 628,80 HOK tahun -1. Upah yang diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 50.000 HOK -1 maka jumlah biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah Rp 31.440.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 806.153,85 responden -1. Jumlah tenaga kerja pada panen/sadap adalah pria 1.056 HOK tahun -1 dan wanita 326,40 HOK tahun -1 serta totalnya adalah 1.382,40 HOK tahun -1. Upah yang diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 80.000 HOK -1 maka jumlah biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah Rp

145 110.592.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 2.835.692,31 responden -1. Biaya Penyusutan Alat Jenis alat-alat pertanian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau sadap, mangkok, parang, arit, sprayer, mesin rumput dan cangkul. Jenis-jenis alat-alat pertanian ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh responden tapi hanya ada beberapa yang menggunakan alat-alat pertanian. Jumlah biaya penyusutan alat yang dikeluarkan 39 responden adalah Rp 15.137.333,33 tahun -1 dengan rata-rata Rp 388.136,75 responden -1 dan jumlah biaya per hektar adalah Rp 7.568.666,67 tahun -1 dengan rata-rata Rp 194.068,38 responden -1. Jumlah pisau sadap yang digunakan adalah 94 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 2,41 buah tahun -1 dan pisau sadap ini digunakan oleh 39 responden. Harga satuan pisau sadap berkisar Rp 35.000,00-Rp 60.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 4.595.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 117.820,51 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 4.473.166,67 tahun -1 dengan ratarata Rp 114.696,58 responden -1. Jumlah mangkok yang digunakan adalah 25.850,00 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 662,82 buah tahun -1 dan mangkok ini digunakan oleh 39 responden. Harga satuan mangkok berkisar Rp 750,00- Rp 1.500,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 21.772.500,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 558.269,23 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 9.268.333,33 tahun -1 dengan ratarata Rp 237.649,57 responden -1. Jumlah parang yang digunakan adalah 19 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 1,12 buah tahun -1 dan parang hanya digunakan oleh 17 responden. Harga satuan parang berkisar Rp 80.000,00-Rp 120.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.900.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 111.764,71 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 633.333,33 tahun -1 dengan rata-rata Rp 37.254,90 responden -1. Jumlah arit yang digunakan adalah 6 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 1,20 buah tahun -1 dan arit hanya digunakan oleh 5 responden. Harga satuan arit berkisar Rp 75.000,00-Rp 100.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 480.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 96.000,00 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 205.000,00 tahun -1 dengan ratarata Rp 41.000,00 responden -1. Jumlah sprayer yang digunakan adalah 8 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 1 buah tahun -1 dan sprayer hanya digunakan oleh 8 responden. Harga satuan sprayer berkisar Rp 250.000,00-Rp 350.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.650.00,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 331.250,00 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 557.500,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 69.687,50 responden -1. Jumlah mesin rumput yang digunakan adalah 10 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 1 buah tahun -1 dan mesin rumput hanya digunakan oleh 10 responden. Harga satuan mesin rumput berkisar Rp 2.000.000,00-Rp2.200.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 21.400.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 2.140.000,00 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 4.280.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 428.000,00 responden -1. Jumlah cangkul yang digunakan adalah 7 buah tahun -1 dengan rata-rata penggunaan 1 buah tahun -1 dan cangkul hanya digunakan oleh 7 responden. Harga satuan cangkul Rp150.000,00 buah -1 dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.050.000,00 tahun -1 dengan rata-rata biaya Rp 150.000,00 responden -1 dan biaya penyusutan alat ini adalah 210.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 30.000,00 responden -1.

146 Biaya Pengemasan Biaya lain-lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya pengemasan hasil produksi karet. Pengemasan ini dilakukan untuk hasil produksi tiap 50 kilogram dalam 1 karungnya. Jadi jumlah karung pengemasan adalah 3.897,60 karung dengan biaya pengemasan satuan adalah Rp 3.000,00 maka jumlah biaya pengemasan keseluruhannya adalah Rp 11.692.800,00 tahun -1. Biaya Asam Cuka Biaya asam cuka disini digunakan untuk membekukan hasil lateks yang akan dijual. Rata-rata penggunaan asam cuka oleh responden adalah 21,23 liter tahun -1 dengan harga satuan Rp 23.500 liter -1. Maka biaya asam cuka Rp 19.458.000,00 tahun -1 dengan rata-rata Rp 498.923,08 tahun -1 responden -1 dan dengan biaya asam cuka Rp 9.729.000,00 tahun -1 ha -1 dengan rata-rata Rp 249.461,54 tahun -1 ha -1 responden -1. Produksi Usahatani Karet di Desa Bunga Putih Produksi usahatani karet ini berjumlah 194.880,00 kg tahun -1 dengan rata-rata produksi 4.996,92 kg tahun -1. Dalam mengusahakan usahataninya setiap petani memiliki lahan yang sama (2,00 ha), jenis karet yang sama (GT-1), serta waktu penanaman yang sama (Tahun 1986). Hal ini karena kebun tersebut merupakan jatah transmigrasi. Akan tetapi hasil produksi yang diterima petani sekarang sangat bervariasi antara petani karet yang satu dengan yang lainnya (ada yang mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan adapula yang rendah). Adanya perbedaan hasil produksi yang jauh bagi petani karet di Desa Bunga Putih disebabkan oleh adanya kebakaran hutan yang besar di sekitar desa tersebut pada tahun 1998, sehingga sebagian dari kebun karet petani ikut mengalami kebakaran. Dari peristiwa tersebut sebagian petani mengadakan peremajaan tanaman dan adapula yang hanya menyadap sisa hasil tanaman karet yang tidak ikut terbakar. Penerimaan Usahatani Karet di Desa Bunga Putih Pada saat penelitian hasil produksi yang dijual petani yaitu karet berupa lump (latek yang telah dibekukan dengan menggunakan bahan pembeku seperti asam format, asam semut dan asam cuka). Harga jual satuan produksi karet adalah Rp 13.000 kg -1 maka jumlah penerimaan dalam satu tahun adalah Rp 2.533.440.000,00 tahun -1 dengan rata-rata penerimaan Rp 64.960.000,00 responden -1 dengan jumlah penerimaan per hektar adalah Rp 1.266.720.000,00 tahun -1 dengan rata-rata penerimaan Rp 32.480.000,00 responden -1 ha - 1. Pendapatan Usahatani Karet Pendapatan yang diterima dalam usahatani ini adalah Rp 2.316.235.866,67 tahun -1 dengan rata-rata Rp 59.390.663,25 responden -1 dan jumlah pendapatan per hektar adalah Rp 1.158.117.933,33 tahun -1 dengan rata-rata pendapatan per hektar adalah Rp 29.695.331,62 responden -1 ha -1 terlihat pada Tabel 4.

147 Tabel 4. Rincian produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani karet di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara No Luas Tanam (Ha) Jumlah Produksi (Kg/Tahun) Penerimaan (Rp/Tahun) Biaya Produksi (Rp/Tahun) Pendapatan (Rp/Tahun) Pendapatan (Rp/Tahun/Ha) 1 2,00 5.400,00 70.200.000,00 6.054.833,33 64.145.166,67 32.072.583,33 2 2,00 4.800,00 62.400.000,00 3.772.833,33 58.627.166,67 29.313.583,33 3 2,00 4.800,00 62.400.000,00 5.314.666,67 57.085.333,33 28.542.666,67 4 2,00 1.800,00 23.400.000,00 3.085.000,00 20.315.000,00 10.157.500,00 5 2,00 3.600,00 46.800.000,00 4.996.000,00 41.804.000,00 20.902.000,00 6 2,00 7.200,00 93.600.000,00 5.558.666,67 88.041.333,33 44.020.666,67 7 2,00 1.800,00 23.400.000,00 3.076.500,00 20.323.500,00 10.161.750,00 8 2,00 4.800,00 62.400.000,00 6.498.000,00 55.902.000,00 27.951.000,00 9 2,00 4.320,00 56.160.000,00 3.512.533,33 52.647.466,67 26.323.733,33 10 2,00 2.000,00 26.000.000,00 3.179.666,67 22.820.333,33 11.410.166,67 11 2,00 3.000,00 39.000.000,00 3.583.333,33 35.416.666,67 17.708.333,33 12 2,00 2.400,00 31.200.000,00 4.968.000,00 26.232.000,00 13.116.000,00 13 2,00 2.160,00 28.080.000,00 4.807.100,00 23.272.900,00 11.636.450,00 14 2,00 2.400,00 31.200.000,00 4.726.000,00 26.474.000,00 13.237.000,00 15 2,00 2.400,00 31.200.000,00 3.306.833,33 27.893.166,67 13.946.583,33 16 2,00 4.800,00 62.400.000,00 5.320.500,00 57.079.500,00 28.539.750,00 17 2,00 7.200,00 93.600.000,00 6.041.000,00 87.559.000,00 43.779.500,00 18 2,00 5.400,00 70.200.000,00 4.877.333,33 65.322.666,67 32.661.333,33 19 2,00 7.200,00 93.600.000,00 5.967.000,00 87.633.000,00 43.816.500,00 20 2,00 3.600,00 46.800.000,00 3.581.000,00 43.219.000,00 21.609.500,00 21 2,00 7.200,00 93.600.000,00 4.072.833,33 89.527.166,67 44.763.583,33 22 2,00 7.200,00 93.600.000,00 7.769.500,00 85.830.500,00 42.915.250,00 23 2,00 7.200,00 93.600.000,00 6.503.666,67 87.096.333,33 43.548.166,67 24 2,00 8.640,00 112.320.000,00 8.926.733,33 103.393.266,67 51.696.633,33 25 2,00 4.800,00 62.400.000,00 3.793.666,67 58.606.333,33 29.303.166,67 26 2,00 7.200,00 93.600.000,00 8.283.500,00 85.316.500,00 42.658.250,00 27 2,00 10.800,00 140.400.000,00 6.515.666,67 133.884.333,33 66.942.166,67 28 2,00 9.600,00 124.800.000,00 7.223.500,00 117.576.500,00 58.788.250,00 29 2,00 7.200,00 93.600.000,00 6.193.666,67 87.406.333,33 43.703.166,67 30 2,00 4.800,00 62.400.000,00 5.444.333,33 56.955.666,67 28.477.833,33 31 2,00 4.200,00 54.600.000,00 6.049.500,00 48.550.500,00 24.275.250,00 32 2,00 9.600,00 124.800.000,00 16.801.166,67 107.998.833,33 53.999.416,67 33 2,00 5.760,00 74.880.000,00 5.714.600,00 69.165.400,00 34.582.700,00 34 2,00 2.800,00 36.400.000,00 3.398.833,33 33.001.166,67 16.500.583,33 35 2,00 3.600,00 46.800.000,00 5.562.000,00 41.238.000,00 20.619.000,00 36 2,00 3.000,00 39.000.000,00 5.229.333,33 33.770.666,67 16.885.333,33 37 2,00 3.600,00 46.800.000,00 5.957.833,33 40.842.166,67 20.421.083,33 38 2,00 3.600,00 46.800.000,00 8.167.000,00 38.633.000,00 19.316.500,00 39 2,00 3.000,00 39.000.000,00 3.370.000,00 35.630.000,00 17.815.000,00 Jumlah 78,00 194.880,00 2.533.440.000,00 217.204.133,33 2.316.235.866,67 1.158.117.933,33 Ratarata 2,00 4.996,92 64.960.000,00 5.569.336,75 59.390.663,25 29.695.331,62 Sumber : Data Primer (Diolah), 2011. Efisiensi Usahatani Karet di Bunga Putih Nilai efisiensi usahatani karet di Desa Bunga Putih lebih besar daripada nilai 1 maka artinya bahwa usahatani yang dilakukan di lokasi penelitian sangat menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dibuat maka didapatkan bahwa usahatani yang dilakukan di lokasi penelitian sangat menguntungkan. Hal ini berdasarkan kegiatan usahatani tersebut dilakukan oleh

138 petani sendiri, penggunaan tenaga kerja dilakukan tenaga kerja keluarga, dan pemupukan tidak memerlukan dosis yang banyak sehingga prioritas utama yang diharapkan dari kegiatan usahatani tersebut yaitu hanya penyadapan (mengambil tetesan getah dari pohon karet ). Kemudian tidak memerlukan biaya untuk memasarkan hasil lateks keluar desa karena pembeli (tengkulak) yang datang langsung ke petani untuk membeli hasil karet. Nilai efisiensi yang didapatkan sesuai dengan analisis yaitu 11,66 artinya kenaikan biaya sebesar Rp 1 akan mengakibatkan keuntungan sebesar Rp 11,66 (Lampiran 11). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendapatan yang diperoleh petani dalam 1 tahun adalah Rp 2.316.235.866,67 ha -1 dengan rata-rata Rp 59.390.663,25 responden -1. 2. Rata-rata nilai efisiensi yang diperolah dalam usahatani ini adalah 11,66 yang berarti bahwa usahatani karet ini menguntungkan. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Lebih memperhatikan sarana transportasi yang masuk desa sehingga pembeli (tengkulak) lebih mudah menuju ke tempat hasil produksi. 2. Mengaktifkan kembali KUD yang ada agar lebih berfungsi dalam membantu petani dalam mengorganisir hasil produksi dengan program-program peningkatan produksi yang lebih baik ditinjau dari kuantitas dan kualitas karet yang dihasilkan. 3. Melakukan peremajaan pada tanaman yang telah habis masa produksi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Peraktek. Rineka Cipta, Jakarta. Budiono, 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi, No.1 (Ekonomi Mikro). BPFE, Yogyakarta. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Dillon, John. L. Dan J. Brian Herdaker. 1986. Farm management research for small development Terjemahan Oleh Soekartawi dan A. Soeharjo. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia, Jakarta. Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim. 2010. Direktorat Jendral Perkebunan, 1990. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Kartono, K. 1989. Pengantar Metodologi Research Sosial. Alumni, Bandung. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Mosher, A. T. 2002. Menggerakkan dan Membangun Pertanian Terjemahan Oleh Krisnandhi dan B. Samad). Yasaguna, Jakarta. Partadiredja, A. 1998. Pengantar Ekonomi. BPFE, Jakarta. Rosyidi, S. 2004. Pengantar Teori Ekonomi (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro). Raja Grafindo Persada, Jakarta.

139 Setiawan, D. H. dan Agus, A. 2008. Petunjuk Lengkap Budi daya Karet. Agro Media Pustaka. Jakarta Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cob-Douglass. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta. Tim Penulis. 2004. Karet. Penebar Swadaya, Jakarta Wibisono, S.H. 2009. Riset Efektifitas dan Efisiensi Usaha Perkebunan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Winardi. 1990. Aspek-Aspek Bauran Pemasaran (marketing mix). Mandar Maju, Bandung. Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.