KELAYAKAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MASALAH PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI BANDA ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. reproduksi ini didasarkan pada analisis kebutuhan. Setelah melalui tahap kajian dan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anugrah Ayumaharani Widianingsih, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan juga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

Pendidikan Agama Katolik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

D030. SMP N 5 Kintap Kalimantan Selatan 2. UIN Sunan Kalijaga - ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

I. PENDAHULUAN. formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah Kecamatan dari Kabupaten Jepara,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan pengembangan (Research & Development). Menurut Gall, dkk.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL EFEKTIFITAS PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT SISWA KELAS VIII SMPN 2 PONGGOK TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DI SEKOLAH SMP NEGERI X KOTA DEPOK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KELAYAKAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MASALAH PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI BANDA ACEH M. Ridhwan 1 Hambali 2 1 Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah 2 Pendidikan Guru sekolah Dasar Universitas Serambi Mekkah ABSTRAK Masalah reproduksi manusia merupakan masalah penting yang hari ini perlu diketahui dan dipahami siswa agar dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terkait permasalahan reproduksi yang dihadapi. Bahan ajar berupa buku pelajaran yang menjadi acuan utama siswa dalam mempelajari reproduksi khususnya reproduksi manusia dinilai kurang efektif dalam menjawab kebutuhan siswa terhadap informasi tersebut. Hal ini membuat siswa mencari sumber informasi lain terkait masalah reproduksi yang kerap sekali sulit untuk dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu diperlukan terobosan terhadap bahan ajar reproduksi manusia yang menjadi suplemen utama dalam konsep biologi reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tentang efektifitas dan kelayakan dari bahan ajar biologi reproduksi manusia yang telah dikembangkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh. Instrumen penelitian menggunakan angket dari siswa dan angket dari validator. Data diolah dengan tehnik analisis data statistik deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pada umumnya siswa sangat membutuhkan bahan ajar sistem reproduksi manusia. 2). Sistem reproduksi manusia sangat dibutuhkan oleh siswa SMA karena sesuai dengan umur siswa. 3). Bahan ajar sudah layak digunakan untuk pembelajaran biologi khususnya Reproduksi namun masih perlu perbaikan-perbaikan Kata-kata Kunci : Kelayakan, Kebutuhan, Reproduksi, Berbasis Masalah PENDAHULUAN Perbincangan mengenai permasalahan seksual atau reproduksi dalam masyarakat kita seolah masih tabu. Hal ini disebabkan oleh persepsi masyarakat bahwa masalah seksual atau reproduksi itu adalah wilayah pribadi yang memalukan. Namun fakta di lapangan berkata lain, banyak sekali terjadi kekarasan seksual terhadap remaja bahkan pada anak-anak. Menurut Pusat Pelayanan Terpadu Berbasis Gender dan Anak (PPTBGA) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengungkapkan, selama Januari 2014 telah menerima 22 laporan kasus kekerasan seksual terhadap anak (Anonimous, 2014). Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar, yakni segala sesuatu yang memudahkan peserta didik memperoleh sejumlah informasi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum Biologi SMA terdapat materi sistem reproduksi. Materi ini merupakan materi yang paling diminati oleh siswa pada umumnya. Sebenarnya hal yang membuat siswa lebih tertarik dengan sistem reproduksi yaitu remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon. Hormon seks yang dihasilkan pada saat remaja membuat fisik dan 102

fisiologi mereka mengalami perubahan yang signifikans. Hal ini bisa membuat mereka mempunyai dorongan untuk melakukan percobaan-percobaan dalam aktifitas seksualnya. Untuk itu mereka membutuhkan informasi mengenai perkembangan system reproduksinya. Apabila informasi mengenai aktifitas seksualnya kurang mencukupi bisa berakibat kepada penyalahgunaan fungsi seksualnya. Akibat informasi yang tidak cukup ini siswa sering mencari sumber informasi alternatif yang berdampak buruk terhadap permahaman reprodukdi dan seksualitas. Sebenarnya informasi tersebut diperoleh siswa melalui materi sistem reproduksi. Materi ini dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah yang sering muncul di masyarakat dan erat hubungan dengan perkembangan siswa dalam pembelajaran yaitu permasalahan reproduksi. Siswa dalam hal ini remaja berada dalam tahap psikologi perkembangan yang rentan dengan berbagai macam perubahan, baik secara fisik, psikis, maupun biologis. Perkembangan seksualiatas menjadi lebih menarik dipersoalkan karena dewasa ini rangsangan seksual melalui media visual dan media cetak sangatlah massif dan menggoda yang membuat berbagai kalangan menjadi sangat mengkhawatirkan. Hal ini diperparah lagi dengan ketidak tahuan remaja dalam memahami masalah reproduksi secara benar dan bertanggung jawab. Di samping itu pengetahuan seks mereka peroleh dari teman sebaya yang tidak tahu secara benar apa sebetulnya seks itu. Pendidikan reproduksi hendaknya diberikan sejak dini agar secara dini pula dapat dikenalkan mengenai identitas diri dan keluarga, mengenal organ-organ tubuh secara biologis beserta fungsinya, bagaimana menjaganya, bagaimana dampak dari hubungan seks yang tidak aman sampai cara penularan HIV/AIDS dan pencegahannya (Wahyu Tanoto, 2014). Pendidikan reproduksi di sekolah dapat diintegrasikan dalam pelajaran biologi pada materi sistem reproduksi, meliputi anatomi dan fungsi alat reproduksi, cara perawatan dan pencegahan terhadap infeksi sistem reproduksi. Selain itu mereka juga perlu tahu soal seluk beluk seksualitas termasuk kaitan kaitannya terhadap dorongan, pelecehan seksual, pengelolaan dan pemanfaatan, dampak kemajuan teknologi serta pengemabangan diri. Informasi yang didapatkan siswa harus dapat dipertanggung-jawabkan dan tidak menjerumuskan. Informasi ini dimaksudkan agar remaja tidak salah menilai dan tidak berprilaku asusila hingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu materi ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan prilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak hak reproduksi serta meningkatkan kualitas sistem reproduksinya. Dengan mengetahui informasi yang benar dan segala kaitan dan akibatnya, diharapkan para siswa dapat lebih baik bertanggung jawab diri sendiri dan sekitarnya. Akan tetapi bahan ajar biologi yang ada selama ini dinilai kurang dapat menjabarkan apa yang diperlukan dan terutama darurat dibutuhkan oleh siswa remaja dalam menjawab tantangan era globalisasi arus informasi seperti sekarang ini. Materi yang terkandung dalam buku sekolah dinilai kurang sesuai dan mendalam untuk menyelesaikan generasi muda dari fakta seks remaja yang sangat mengerikan di negeri ini. Aspek sosial dari masalah seksual juga sangat jarang dibahas dan textbook yang digunakan disekolah, baik di SMP maupun di SMA (Widjanarko, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan bahan ajar biologi berbasis masalah pada sistem reproduksi sebagai bahan bacaan bagi siswa SMA Negeri di Kota Banda Aceh. 103

M. Ridhwan dan Hambali METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh pada bulan April 2014. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) model pembelajaran, khususnya berupa pengembangan produk bahan ajar biologi pada konsep Sistem Reproduksi dengan pendekatan berbasis masalah, yang merupakan pengembangan dari model bahan ajar dalam bentuk lain yang sifatnya melengkapi bahan ajar yang sudah ada. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian berupa model prosedural. Model Prosedural adalah model yang bersifat deskriptif yaitu menggariskan langkah langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural yang digunakan mengacu pada (R & D cyle Borg dan Gall dalam setyosari, 2010). Namun untuk artikel ini penulis hanya membahas mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi manusia. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrument yang dibuat adalah berupa angket mengenai kebutuhan siswa akan materi reproduksi manusia. Soal angket dibuat sebanyak 10 butir soal dengan alternative jawaban: a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak setuju, dan d = sangat tidak setuju. Adapun angket mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi ini diajukan kepada orang siswa pada SMA Negeri di Banda Aceh. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang didapatkan mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. Pernyataan : No Jenis Informasi Jumlah Jawaban Siswa (%) SS S TS STS Jlh 1 Sumber belajar system reproduksi dalam biologi yang digunakan saat ini masih terbatas pada penggunaan buku teks 2 Perlu adanya bahan ajar tambahan system reproduksi yang terintegrasi sehingga menjawab kebutuhan siswa di era globalisasi 3 Ide dan gagasan baru yang saya dapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan system reproduksi masih kurang 4 Saya tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi 5 Kemampuan saya dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang 104 20 (80%) 19 (76%) 16 (64%) 19 (76%) 18 (72%) 4 (16%) 4 (16%) 7 (24%) 5 (20%) 4 (16%) 1 (4%) 2 (8%) 2 (8%) 1 (4%) 3 (12%) 6 Saya sering berdiskusi dengan teman sebaya 20 2 3 mengenai permasalahan reproduksi (80%) (8%) (12%) 7 Dalam memperoleh informasi belajar biologi 18 5 2

khususnya materi system reproduksi lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video) 8 Saya tidak meyakini kebenaran informasi yang saya peroleh 9 Penyaringan informasi diperlukan untuk memahami masalah reproduksi 10 Saya membutuhkan informasi yang lebih terpercaya mengenai permasalahan reproduksi (72%) (20%) (8%) 21 (84%) 17 (68%) 20 (80%) 3 (12%) 5 (20%) 3 (12%) 1 (4%) 2 (8%) 2 (8%) 105

M. Ridhwan dan Hambali 106

107

M. Ridhwan dan Hambali Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa masih sangat membutuhkan sumber informasi mengenai reproduksi yang terpercaya untuk memperkaya khasanah pengetahuan mereka terhadap pengetahuan reproduksi. Selama ini mereka mengaku bahwa materi reproduksi yang diajarkan oleh guru mereka masih terbatas dari buku teks saja. Buku teks bisa memberikan informasi yang sangat sedikit dibandingkan kebutuhan remaja akan pengetahuan reproduksi yang benar dan akurat. Bahan ajar yang bersumber dari luar buku teks sangat diperlukan siswa sebagai tambahan materi system reproduksi yang berguna untuk menjawab kebutuhan di era globalisasi dewasa ini. Hal ini diperlukan siswa untuk mengup-date pengetahuan mereka yang perkembangannya sangat cepat seperti sekarang ini. Siswa juga mengakui bahwa ide dan gagasan baru yang didapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan system reproduksi juga masih kurang. Untuk itu sangat diperlukan materi tambahan berupa bahan ajar di luar buku teks. Materi tambahan ini dapat dilakukan salah satunya dengan membuat bahan ajar dengan berbasis masalah. Hal ini bermakna bahwa bahan ajar yang ditambahkan itu adalah materi yang benar-benar diperlukan oleh siswa dalam perkembangan kehidupannya. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa siswa sangat tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi manusia. Ketertarikan siswa ini menjadi modal bagi pengembang materi ajar biologi khususnya reproduksi untuk mengembangkan materi ajar yang berbasis masalah. Di sini siswa sudah punya gairah (passion) dalam mempelajari biologi, sehingga keterbatasan bahan ajar yang diperlukan siswa perlu segera dilengkapi. Terhadap pertanyaan kemampuan siswa dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang, pada umumnya siswa menyatakan mereka sangat setuju dan setuju dengan pertanyaan tersebut. Artinya siswa masih sangat membutuhkan materi yang mudah dimengerti oleh siswa sesuai dengan kemampuan kognitif mereka dalam menjawab tantangan yang dialami oleh perkembangan fisiologisnya yang terus berkembang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa sering berdiskusi dengan teman sebaya mengenai permasalahan reproduksi. Dari hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan ini ada hal yang perlu kita khawatirkan. Bisa saja hasil dari diskusi tersebut ada hal-hal yang mereka belum ketahui sehingga hasil diskusinya bisa menimbulkan kesimpulan yang tidak kita harapkan. Apalagi kalau diskusi tersebut berlangsung antar siswa yang berlainan jenis kelamin, untuk menjawab pertanyaan mereka, mereka langsung mempraktekkan hal tersebut. Dalam memperoleh informasi belajar biologi khususnya materi system reproduksi siswa lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video). Dalam hal memperoleh informasi yang cepat, penggunaan perangkat teknologi sudah baik. Namun terkadang siswa bisa terjerumus kepada pornografi yang didapatkan dari media tersebut. Apalagi kalau dalam mencari informasi siswa tidak didampingi oleh orang yang lebih dewasa. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa tidak meyakini kebenaran informasi yang diperoleh tentang materi reproduksi, apalagi yang didapatkan dari media elektronik. Hal ini menjadi starting poin agi kita pengembang bahan ajar untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih bertanggung jawab dan terpercaya. Menurut siswa informasi yang masuk tentang maalah reproduksi juga perlu disaring, agar informasi yang didapatkan benar-benar valid dan berguna bagi mereka. Karena itu mereka juga menganggap bahwa media elektronik tidak begitu mereka yakini, karena dalam media tersebut bercampur baur antara informasi yang benar dengan informasi yang tidak benar. 108

Karena itu mereka membutuhkan media yang benar-benar mereka percayai. Salah satunya adalah bahan ajar yang dibuat oleh pengembang atau oleh guru. Dari hasil penilaian validator dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sudah layak untuk digunakan, namun di sana sini masih perlu perbaikan untuk melengkapi kekurangankekurangan. PENUTUP Dari hasil penelitian pendahuluan ini dapat disimpulkan bebarap hal sebagai berikut: 1. Siswa mengharapkan adanya suatu bahan ajar yang lebih dari bahan ajar yang terdapat dalam buku teks. 2. Siswa mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang kurang dapat dipercaya. 3. Bahan Ajar yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Pedoman Memilih dan menyusun Bahan Ajar (Online) http://akhmadsudrajatwordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembanganbahan-ajar-2. Diakses 6 April 2014 Anonimous (2014) http://www.kabar3.com/news/2014/02/kasus-kekerasan-seksual-anakmeningkat-di-banyumas Belawati, 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Mursid, R. 1997. Pengembangan Buku Ajar Gambar Teknik Dengan Menggunakan Rancangan Pembelajaran Model Dick Dan Carey Tesis. Malang. IKIP Malang Rusmiyati, A. 2007. Pengembangan Model Pengajaran dengan Berbasis Masalah Pada Pokok Bahasan Fluida untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Malang: Kencana Widjanarko, M. 2007. Perilaku Seks Remaja Kudus. Kudus: Puslitbang Universitas Muria Kudus. Wahyu Tanoto (2014) http://mitrawacana.or.id/artikel/pendidikan-kesehatan-seksual-danreproduksi-bagi-anak/ diakses 1 Juni 2014. Widjanarko, M. 2007. Seksualitas Remaja. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM dan Ford Foundation. 109