Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Masyarakat Serta Hubungannya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis

dokumen-dokumen yang mirip
Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Perilaku Masyarakat Dan Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Cimahi

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

13 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Ruhyandi, Nurhadi Rahardjo, Anih Tasminih

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA SD NEGERI TULANG AMPIANG DESA PEMECUTAN KAJA DALAM PENAGULANGAN DBD BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Penderita Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

!"#$%&'()*'"%+),#&#+%-%'&).'&),#&/'0.%'&)$'"1'('2'-) 3&-32),#&%&/2'-'&)$3-3),#&.%.%2'&).'&),#+'1'&'&) 2#,'.')$'"1'('2' :;<5:;=)>9?

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM BERDARAH DAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS NGORESAN KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

Transkripsi:

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Masyarakat Serta Hubungannya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Mara Ipa 1, Doni Lasut 1, Yuneu Yuliasih 1, Titin Delia 1 Description of Society s Knowledge, Attitude, Practice, and Their Relationship with Occurrences of Dengue Hemorrhagic Fever in Pananjung and Pangandaran Villages Ciamis Regency Abstract. Ciamis district is dengue hemorrhagic fever (DHF) endemic area that significantly increased of number of cases on last three years period (2004-2006). This fact is a reason to conduct research that aimed to know a description a society s knowledge, attitude and practice (KAP) and also to know relationships between that one with the occurrences of DHF. The research was designed using cross sectional study; 195 respondents was interviewed to know the level of society s KAP. The final results of this research was showed that the respondent s KASP is good but does not give impact on occurrences of DHF cases because its practice was not done yet by societies in control DHF disease. Key words : Knowledge, Attitude, Practice, Dengue Hemorrhagic Fever. PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue () atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 1). Di Indonesia jumlah kasus setiap tahun cenderung meningkat dan persebarannya semakin luas (2), salah satunya adalah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang incidence rate (IR) dan case fatality rate (CFR) yang tinggi; misalnya, penderita tahun 2004 sebanyak 6.424 orang (IR = 18.32 per 100.000 penduduk) dengan kematian 54 orang (CFR = 0.84%) (3). Salah satu wilayah di Jawa Barat yang pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan adalah wilayah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis (4). Di Kecamatan Pangandaran, kasus mulai tercatat tahun 2003 dengan ditemukannya penderita di Desa Pananjung, kemudian meningkat menjadi 4 1. Loka Litbang P2B2 Ciamis kasus pada tahun 2004 dan 22 kasus di tahun 2005. Sedangkan di tahun 2006, sampai dengan Bulan Mei, sudah tercatat 29 kasus, paling banyak di Desa Pananjung dan Desa Pangandaran (5). Penyebaran, salah satunya dipengaruhi oleh peran serta masyarakat terutama dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan nyamuk vektor misalnya dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) (2). Peran serta masyarakat, akan muncul apabila sudah ada perubahan perilaku masyarakat dari tidak melakukan menjadi melakukan untuk peri-laku positif, dan dari melakukan menjadi tidak melakukan untuk perilaku negatif (6). Sedangkan perubahan perilaku terjadi setelah mengalami proses yang dimulai dari mengetahui (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisia (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation) (7). Di Kecamatan Pangandaran, belum ada data tentang perilaku masyarakat berkaitan dengan ; karena itu di Desa Pananjung dan Desa Pangandaran telah 16

Gambaran Pengetahuan...(Mara Ipa, et al.) dilakukan studi dengan tujuan mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat berkaitan dengan penularan dan pemberantasan serta hubungannya dengan kemunculan kasus periode tahun 2004-2006. BAHAN DAN METODE Studi ini dilaksanakan dengan desain cross sectional study di Desa Pananjung dan Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, mulai Juni sampai dengan November 2006. Dilakukan dengan cara melakukan wawancara tentang pengetahuan, sikap dan tindakan (PST) responden berkaitan dengan, terhadap kepala keluarga atau orang dewasa yang ada pada keluarga sampel. Selain wawancara, juga dilakukan pencatatan adanya kasus pada anggota keluarga yang ada dalam sampel terpilih, selama periode tahun 2004 sampai berakhirnya studi yaitu November 2006; bila tercatat ada kejadian kasus, diberi kode 1 dan bila tidak ada diberi kode 0. Jawaban responden dianalisa dengan diawali dengan tabulasi, pengkodean, serta interpretasi. Dalam pengkodean, setiap jawaban yang benar diberi kode 1 sedangkan yang salah diberi kode 0. Pada variabel PST, masing-masing jawaban responden dijumlahkan. Pada variabel pengetahuan, bila jumlahnya mencapai > 6 maka dikategorikan BAIK, bila < 6 maka dikategorikan BURUK; pada variabel sikap, bila jumlahnya > 5 maka dikategorikan BAIK dan bila < 5 maka dikategorikan BURUK, serta pada variabel tindakan, bila jumlahnya > 6 maka dikategorikan BAIK dan bila < 6% maka dikategorikan BURUK. Jawaban pada ketiga variabel tersebut, selanjutnya dijumlahkan; bila hasilnya > 17%, maka PST-nya BAIK dan diberi kode 1, bila <17% maka dikategorikan BURUK dan diberi kode 0. Untuk mengetahui status masing-masing variabel pada seluruh rsponden, maka responden yang statusnya BAIK dijumlahkan, bila hasilnya > 60% dari jumlah responden, maka kategori status variabel tersebut adalah BAIK, bila < 60% kategorinya BURUK. Untuk mengetahui hubungan PST dengan kejadian kasus, dilakukan uji korelasi dengan variabel bebas kategori PST dan variabel terikat kasus. HASIL Pengetahuan Jumlah responden yang diwawancarai adalah 195 orang, satu orang setiap keluarga dari jumlah populasi 695 keluarga. Dari hasil wawancara dan analisa data tentang pengetahuan responden tentang, diketahui bahwa variabel pengetahuan yang sudah BAIK. Responden yang mengetahui tanda penyakit sebesar 88,5%, bahaya penyakit sebesar 66,5%, cara pemberantasan nyamuk dengan larvasida sebesar 73,5%, manfaat larvasida sebesar 64% dan dengan fogging sebesar 76%, kebiasaan nyamuk menggigit sebesar 64%, metode pencegahan dengan 3 M sebesar 83,0% serta pencegahan paling murah sebesar 60% (Tabel 1.). Dari jumlah responden, diketahui bahwa rata-rata pengetahuan tentang adalah BAIK karena terdapat 124 responden (63,59%) status pengetahuannya BAIK. Berdasarkan hasil wawancara dan cross check di Puskesmas Pangandaran, ditemukan 33 responden (16,92%) salah satu anggota keluarganya ada yang menderita, yaitu 15 orang (45,45%) pada responden dengan status pengetahuan BAIK dan 18 orang (54,55%) pada responden dengan status pengetahuan BURUK. 17

Aspirator Vol. 1 No. 1 Tahun 2009 : 16-21 Tabel 1. Status Pengetahuan Responden terhadap Demam Berdarah Dengue No Pengetahuan Nilai (%) Status 1 Tanda-tanda penyakit 88,5 BAIK 2 Bahaya penyakit 66,5 BAIK 3 Penyebab penyakit 43,5 BURUK 4 Cara penularan 57,0 BURUK 5 Jenis nyamuk 55,5 BURUK 6 Cara pemberantasan a. Larvasida 73,5 BAIK b.manfaat larvasida 64,0 BAIK c. Manfaat fogging 76,0 BAIK 7 Kebiasaan nyamuk menggigit 64,0 BAIK 8 Pencegahan a. 3M 83,5 BAIK b. Pencegahan paling murah 60,0 BAIK Sikap Sikap responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan (pengawasan lingkungan, pencegahan penyakit, PSN, pemberantasan jentik dan melaksanakan program 3M), diketahui bahwa semua variabelnya sudah baik (Tabel 2.). Status sikap responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan secara umum adalah baik karena 161 orang responden (82,56%) bersikap baik. Kejadian kasus pada kelompok responden yang sikapnya BAIK adalah 22 kasus (66,67%) dan 11 orang (33,33%) pada kelompok responden yang sikapnya buruk. Tindakan Variabel tindakan dalam pencegahan dan pemberantasan, yang sudah BAIK adalah pemilihan tempat berobat (97%), pelaporan penderita (65,5%), pemilihan tempat pertolongan (70,5%), pencegahan gigitan nyamuk (99,0%), melakukan PSN (93,0%), frekuensi menguras tempat penampungan air/tpa (81,0%), dan penutupan TPA (61,5%); variabel lainnya buruk (Tabel 3.). Penjumlahan responden dengan status tindakan BAIK, menunjukkan bahwa tindakan responden dalam pencegahan dan pemberantasan adalah buruk karena 134 orang (66,72%) atau kurang dari 70% yang status tindakannya baik. Kejadian kesakitan periode tahun 2004 sampai selesainya penelitian, pada kelompok responden dengan tindakan BAIK adalah 20 kasus (60,61%) dan 13 orang (39,39%) pada responden yang tindakannya baik. 18

Gambaran Pengetahuan...(Mara Ipa, et al.) Tabel 2. Status Sikap Responden Terhadap Penanggulangan Demam Berdarah Dengue No Sikap Nilai Status 1 Pengawasan lingkungan 80 BAIK 2 Pencegahan penyakit 75 BAIK 3 PSN 80 BAIK 4 Pemberantasan jentik 80 BAIK 5 3 M 75 BAIK Tabel 3. Tindakan Responden Dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue No Tindakan Nilai (%) Status 1 Pemilihan tempat berobat 97,0 BAIK 2 Pelaporan penderita 65,5 BAIK 3 Pemilihan tempat pertolongan 70,5 BAIK 4 Pencegahan terhadap gigitan nyamuk 99,0 BAIK 5 Melakukan PSN 93,0 BAIK 6 Jenis kegiatan PSN 27,5 BURUK 7 Frekuensi pengurasan TPA 81,0 BAIK 8 Melakukan abatisasi 34,0 BURUK 9 Cara penggunaan abatisasi 3,0 BURUK 10 Penutupan TPA 61,5 BAIK Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Dengan Kasus. Untuk mengetahui hubungan PST dengan kasus, dilakukan analisis chi square antara masing-masing status variabel PST dengan kasus. Pada 0,05, diketahui tidak adanya hubungan bermakna antara sikap dengan kejadian kasus (P value 0,012). Pada variabel tindakan, kasus ada pada 20 dari dari 134 responden (14,93%) yang statusnya BAIK; sedangkan dari 61 responden dengan status BURUK, kasus ada 13 responden (21,31%). Hasil chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap responden dengan kejadian kasus karena menghasilkan P value 0,184 (Tabel 4.). PEMBAHASAN Perilaku meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), sikap dan psikomotor atau tindakan (3) yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (fisik dan non fisik), dan faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar yaitu motivasi, perhatian, pengamatan, persepsi, sugesti dsb. Faktor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain struktur sosial, pranata-pranata sosial dan permasalahan sosial lainnya (4). Meskipun masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam 19

Aspirator Vol. 1 No. 1 Tahun 2009 : 16-21 Tabel 4. Hubungan Variabel Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dengan Kejadian Kesakiatan Periode Tahun 2004 s.d. Tahun 2006 Variabel Jml BAIK BURUK Total Sakit Jml Sakit Jml Sakit Hubungan dg Kasus Ada/ P value Tidak Pengetahuan 124 15 71 18 195 33 0,016 Ada Sikap 161 22 34 11 195 33 0,012 Tidak Tindakan 134 20 61 13 195 33 0,184 Tidak KAP 142 19 53 14 195 33 0,029 Tidak upaya pencegahan, tapi tidak menyebabkan endemisitas menjadi rendah. Hal ini karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat endemisitas terutama faktor eksternal misalnya kondisi lingkungan dan sosial ekonomi penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan, meskipun tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun tidak diikuti dengan tindakan dalam pencegahan dan pengendalian, tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah kasus. Ini sesuai dengan hasil penelitian Koenraadt et al tentang pengaruh perilaku terhadap populasi Ae. aegypti di wilayah kamphaeng Phet, Thailand (5) yang menunjukkan meskipun penduduk sudah memiliki pengetahuan sikap dan tindakan yang baik terhadap pencegahan dan penularan, tingkat infestasi nyamuk masih sangat tinggi sehingga kemungkinan terjadinya kasus juga tinggi. Hasil ini menunjukkan hubungan yang lemah antara pengetahuan sikap dan tindakan terhadap kejadian. Pengetahuan sikap yang baik tidak selalu diikuti dengan tindakan pencegahan yang baik sehingga risiko terkena menjadi berkurang. Keadaan demikian tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Kasnodiharjo di Sumengen di Kodya Sukabumi dan Subdit Arbovirosis P2MPLP di 9 kota, yang menunjukkan perilaku masyarakat belum sepenuhnya mendukung upaya penanggulangan demam berdarah. Menurut L Green perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu predisposing (yang mempermudah terjadinya perilaku), faktor pemungkin (pendukung perilaku) dan faktor penguat (tokoh masyarakat, peraturan, UU, dsb) (4). Jadi meskipun pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penanggulangan sudah baik, tapi belum cukup untuk mengurangi jumlah kasus. Hal ini karena pengetahuan dan sikap, bisa bermakna terhadap penurunan kasus bila dibarengi dengan pelaksanaan pemberantasan, misalnya dengan melaksanakan 3M (menguras, menutup dan mengubur), abatisasi, dll. Dari uji statistik, variabel PST tidak berhubungan langsung dengan kejadian kasus pada keluarga responden. Hal ini dimungkinkan karena faktor yang dominan dalam kejadian adalah keberadaan nyamuk Aedes spp. yang infektif (12), sedangkan pengetahuan tidak serta merta bisa merubah faktor lingkungan yang berkaitan dengan keberadaan nyamuk Aedes spp (4). Selain itu, wilayah Pangandaran merupakan daerah wisata, sehingga mobilisasi orang (baik yang datang maupun pergi) dari dan ke Pangandaran, cukup tinggi. Karena itu, faktor mobilisasi penduduk akan berpengaruh terhadap kejadian kasus di Pangan- 20

Gambaran Pengetahuan...(Mara Ipa, et al.) daran karena termasuk penyakit yang mudah menular berkaitan dengan mobilisasi manusia (1) yang salah satunya dipengaruhi semakin baiknya transportasi dari suatu daerah ke daerah lainnya (6). KESIMPULAN Disimpulkan, bahwa pengetahuan dan sikap responden yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue, sudah baik tapi tindakannya masih buruk. Dari analisa statistik; status pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tersebut, tidak ada hubungannya dengan kejadian kasus. UCAPAN TERIMAKASIH Atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan, kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Terutama, kami sampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis beserta staf, Kepala Puskesmas Pangandaran, Kepala dan masyarakat Desa Pananjung dan Desa Pangandaran, Prof. Dr. M. Sudomo, Bapak Anwar Musadad dan semua pihak yang belum kami sebutkan namanya satu per satu. 5. Anonim. Register Kasus. Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis. Pangandaran. 2006. 6. Kresno S. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2005. 7. Notoatmojo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta. 1993. 8. Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 2003. 9. Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Rineka Cipta. Jakarta. 2005. 10. Koenradt C.J.M., Tuiten W., Sithiprasasna R., Kijchalao U., Jones J.W., Scott, T.W. Dengue Knowledge and Practice and Their Impact on Aedes aegypti Population in Kamphaeng Phet, Thailand. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 2006 : 74(4), mpp. 692-700. 11. Aninim. Waspadai Demam Berdarah. http// www.depkes.go.id. 12. Gubler D.J. and Trent D.W. Emergence of epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as public health problem. Infectious Agent Diseases. 1994. 2: 383-393). DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. Pencegahan dan Penanggulangan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. WHO dan Depkes RI. Jakarta. 2003. 2. Anoim. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2005. 3. Anonim. Situasi P2 Provinsi Jawa Barat tahun 2003-2004. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung. 2005. 4. Anonim. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2005. Dinkes Kabupaten Ciamis. Ciamis. 2006. 21