INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

ANTARA MUTU DAN BIAYA DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pembiayaan Kesehatan (Health Financing) Universitas Esa Unggul Jakarta 6 Januari 2016 Sesi-13 Ekonomi Kesehatan Kelas 13

SISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

INDEKS. C Cash and Carry, 43 Cash-Flow, 161 Circular Flow, 61, 68-70, 75, 84-86, 109, 163, 165, 168, 172, 191

Contracting Out Pelayanan Kesehatan. Ignatius Praptoraharjo

KEKHAWATIRAN DAN HARAPAN RUMAH SAKIT PRIVAT TERHADAP PELAKSANAAN UU. SJSN/BPJS. Oleh: Mus Aida (Ketua ARSSI)

E O K N O O N M O I M KE K S E E S H E A H T A A T N

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting,

efektivitas-efisiensi. efisiensi.

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising. Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

KAJIAN PENERAPAN ILMU EKONOMI DALAM BIDANG KESEHATAN

KONSEP DASAR ILMU EKONOMI dan EKONOMI KESEHATAN. Definisi Ilmu Ekonomi Asal Kata Bahasa Yunani : Oikos = keluarga, Nomos = aturan atau hukum

ASURANSI KESEHATAN. Oleh : AEP NURUL HIDAYAH (RKM ) REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK TEDC BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dalam

Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari. sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYELENGGARAAN JPKM

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

Professional Development

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran pelaksanaan..., Devi Wirasanti, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19,

PENDAHULUAN. harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang

KONSEP ASURANSI KESEHATAN

Pemeliharaan Kesehatan. Masyarakat) & DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

DAFTAR ISI... PRAKATA...

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

Tarif Pelayanan Kesehatan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN APAKAH TEPAT ATAU TIDAK DITERAPKAN PADA PEMASARAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA (Manajemen Strategik Rumah Sakit)

PENGAWASAN MUTU DALAM SISTEM ASURANSI KESEHATAN. Oleh: SUNARTONO DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

Inovasi PERSI dalam Mutu Pelayanan Kesehatan di RS dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional

I. PENDAHULUAN. pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

Transkripsi:

INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN CIRI/KARAKTERISTIK PELAYANAN KESEHATAN Sektor Kesehatan/industri pelayanan kesehatan mempunyai beberapa karakteristik dibandingkan dengan sektor lainnya. Oleh sebab itu penerapan ilmu ekonomi di sektor kesehatan harus disesuaikan dengan karakteristik yang dimilki sektor kesehatan. Beberapa ciri/karakteristik sektor kesehatan : 1. Consumer s ignorance (ketidaktahuan konsumen) Konsumen pelayanan kesehatan tidak tahu apa yang harus dikonsumsi, jenis, barapa banyak barang/jasa yang harus dikonsumsi untuk mengatasi masalah kesehatannya. Sehingga konsumen sangat tergantung pada provider pelayanan kesehatan. Ciri ini sangat jelas pada pelayanan kuratif. Pasien datang ke dokter dalam kondisi tidak tahu apa penyakitnya dan bagaimana mengatasinya. 2. Supplier induced demand Provider pelayanan kesehatan bersifat dominan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Provider menyarankan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang harus dikonsumsi. Misalkan : jenis obat, berapa dosis yang harus diminum, dll. 3. Kejadian penyakit/masalah kesehatan tidak terduga Konsumen tidak bisa menduga kejadian penyakit/masalah kesehatan. Dan mereka mengkonsumsi pelayanan kesehatan karena terpaksa untuk mengatasi penyakitnya/masalah kesehatan. Oleh karena itu harus ada perencanaan dari segi biaya untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya melalui asuransi kesehatan. 4. Kesehatan bersifat konsumtif dan investasi Memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan konsumsi karena mengeluarkan sumber daya (tenaga, uang dan waktu) untuk mendapatkannya. Tetapi mengkonsumsi pelayanan kesehatan promotif dan preventif pada hakekatnya adalah investasi SDM di masa mendatang. 5. Ekternalitas Yaitu dampak positif/negatif yang diakibatkan oleh perbuatan orang lain. Misal : pemberian imunisasi bagi seseorang untuk mencegah penyakit menular akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya., tetapi polusi memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. Pemerintah perlu menjamin programprogram yang mempunyai eksternalitas tinggi, dimana manfaat sosialnya lebih tinggi dibanding manfaat individunya. 6. Non competitive Dalam kesehatan kompetisi dalam iklan secara iklan dianggap tidak patut. Akibatnya konsumen yang ignorance tidak memperoleh informasi tentang beda kualitas pelayanan dan beda tarif (harga) dari berbagai alternatif pelayanan kesehatan. 7. Non Profit motive Idealnya mencari untung/laba bukan merupakan tujuan utama bagi pelayanan kesehatan (seperti RS swasta), namun fungsi sosial yang harus diutamakan. Dalam prakteknya, memaksimumkan laba yang biasanya harus mengendalikan tarif dan 1

jumlah produksi sulit dilakukan oleh pelayanan kesehatan. Kunjungan pasien (cerminan morbiditas) sulit diprediksi dan dikendalikan sementara tarif tidak bisa leluasa dinaikkan. 8. Bersifat padat karya dan ada kesulitan untuk memasukinya Sangat banyak profesi kesehatan yang terlibat dalam industri pelayanan kesehatan, banyak profesi spesialis yang tidak bisa digantikan fungsinya misalnya : dokter, perawat, bidan, dll. Pola tenaga yang padat karya dan terspesialisasi, membuat pelayanan kesehatan menjadi kompleks dan rumit mengelolanya. PERAN SWASTA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN Definisi Swasta Semua organisasi dan individu yang dalam melaksanakan kegiatannya tidak langsung dikendalikan oleh pemerintah. Ini termasuk perusahaan swasta dan individu yang mencari untung (for profit) serta organisasi swasta yang tidak mencari untung (not for profit).(who, Mexico,1991). Jenis Swasta a. For profit b. Not for profit dengan subsidi dan tanpa subsidi c. Dengan izin resmi atau tanpa izin d. Jenis kegiatan : preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif 2

Matriks Peran Swasta dan Pemerintah Pelaksana Biaya Pemerintah Swasta Pemerintah - RS - Puskesmas - Pustu - Program Kesmas Pelayanan dikontrakkan ke swasta Mis : cleaning service, pemeliharaan alat Swasta - Paviliun swasta di RS Pemerintah - Yankes dari askes swasta ke yankes pemerintah - Fee for service masy. Ke yankes pemerintah - pasien/perusahaan swasta ke yankes swasta - Praktek swasta - Askes swasta ke yankes swasta Keterlibatan Swasta Jeffers,1990 ada 17 kriteria swasta, namun 7 yang utama adalah : 1. Pemerataan (equity) 2. Efisiensi operasional 3. Efisiensi alokatif 4. Acceptability oleh konsumen 5. Acceptability oleh penyelenggara pelayanan kesehatan 6. Kelayakan administrasi 7. Acceptability secara politik Dari ke-7 kriteria diatas, menunjukkan 7 peranan utama swasta : 1. Mengontrakkan kegiatan tertentu kepada swasta 2. Mendorong perkembangan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) 3. Menyesuaikan tarif untuk meningkatkan pendapatan 4. Membayar swasta sesuai dengan mutu pelayanan di fasilitas pemerintah 5. Otonomi RS Pemerintah ( : RS Unit Swadana) 6. Menegmbangkan asuransi kesehatan nasional 7. Swasta ikut menanggung biaya pendidikan tenaga Swastanisasi/Privatisasi Adalah strategi atau kebijakan pemerintah untuk mengalihkan pelaksanaan upaya dan pelayanan kesehatan serta pembiayaannya dari pemerintah kepada swasta. Total Selektif atau Terbatas Asumsi dan Ekspektasi 1. Mobilisasi Sumber Daya 3

Fakta : dana yang bersumber dari masyarakat dan swsta, jumlahnya cukup besar 35-65%. Dana yang besar ini diharapkan akan bisa membantu memikul tanggung jawab sosial secara langsung. Kesuksesan sektor swasta dalam memabntu memobilisasi dana tergantung pada kondisi : a. Jumlah tenaga kesehatan Dengan berkembangnya swasta, tenaga tramnpil yang jumlahnya terbatas di sektor pemerintah akan berkurang. (brain drain) b. Intervensi pemerintah Tidak adanya intersevnsi menyebabkan terjadinya kenaikan total biaya kesehatan, akan tetapi volume pelayanan masih tetap atau bahkan berkurang 2. Kompetisi dan Efisiensi Kenyataan : tidak selalu terjadi a. Mekanisme harga di pasar memerlukan informasi biaya produksi secara tepat dan cepat. Di negara maju, kebanyakan informasi ini sudah tersedia, tetapi di sebagian negara berkembang, informasi ini masih sangat terbatas. b. Persyaratan tersedianya supplier dalam jumlah banyak dan dapat masuk dan keluar dengan mudah. Dalam kenyataannya, sulit untuk masuk dan keluar dari sistem di sektor kesehatan. Sehingga yang terjadi bukan free competition tapi oligopoli, bahkan monopoli di daerah tertentu. c. Consumer choice. Kondisi pasar sempurna memungkinkan lonsumen untuk memilih yang terbaik dari banyaknya layanan kesehatan, sekaligus untuk mengetahui kualitas barang yang dibelinya. Untuk itu konsumen harus mengetahui variasi harga dan kualitas barang yang tersedia di pasar. Tetapi karena salah satu ciri sektor kesehatan adalah consumer ignorance, maka permintaan yang terjadi adalah permintaan yang diwakilkan oleh provider, sehingga terjadi mekanisme pasar tidak sempurna. 3. Keseimbangan Pasar Asumsi : Pasar terbentuk bila ada interaksi dinamis antara demand dan supply sehingga membentuk pareto optimum (dimana keuntungan yang diperoleh pihak tertentu adalah kerugian pihak lain sehingga terjadi pergeseran pasar dari titik keseimbangan) Namun, pemerataan sulit terjadi bila peranan swasta dominan P Demand Supply Keseimbangan pasar Kemampuan di bawah harga pasar Q 4

4. Kualitas Fakta : kualitas sektor pemerintah sangat rendah. KELuhan terdapat dalam layanan kesehatan, layanan penunjang medis, layanan administrasi, layanan transportasi, dan layanan lainnya. Harapan : peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Swasta menonjol (swastanisasi) kualitas pelayanan meningkat Kualitas lege artis (dari segi medis), harus dipenuhi tidak kurang dan tidak lebih (adekuat) Kualitas non medis meningkatkan pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas : a. Kualitas dari aspek medis harus adekuat (tidak lebih dan tidak kurang) Sementara peran swasta for profit ada kecenderungan untuk memberi layanan berlebihan (untuk pembayaran fee for service) atau kurang untuk kapitasi. b. Kualitas dari aspek non medis (convenience dan amenities) Meliputi : waktu tunggu, administrasi, kebersihan, keramahan, kenyamanan. Swasta lebih mudah menyesuaikan kualitas pelayanan. c. Kualitas dari Aspek Aksesibilitas For profit : target pada pangsa pasar dengan kemampuan tinggi Not for profit : untuk sosial/ekonomi rendah/miskin Motivasi dan Perilaku Swasta 1. Swasta Not For Profit Tujuan : social benefit maximum Jenis : subsidi (organisasi internasional/domestik) dan tanpa subsidi Sumber subsidi : Badan/organisasi internasional dan sumber dana domestik (jumlah sedikit) Subsidi mencakup : Seluruh/sebagian komponen biaya (investasi, operasional, dan pemeliharaan) Subsidi terbatas hanya pada investasi Peran pemerintah, adalah membantu dengan memberi subsidi, keringanan perijinan, bimbingan, pembangunan infrastruktur fisik Ciri-ciri : Tarif biasanya di bawah biaya satuan Tarif diatas biaya satuan digunakan untuk subsidi silang Sasaran pelayanan kesehatan adalah pemukiman kumuh dan daerah tertinggal 2. Swasta For Profit 5

Tujuan : maksimum return on investment, sehingga selalu memperhatikan jumlah, jenis dan lokasi layanan kesehatan. Sasaran : ekonomi menengah keatas, di kota dan selalu menginginkan kualitas pelayanan yang tinggi. Bersistem eksklusif dalam SDM, peralatan medis, dan pendukung serta tarif Supply induced Demand yaitu biaya investasi dan operasional beraal dari uang pinjaman bank, sehingga terdorong untuk melakukan un-necessary prosedure Praktek Tying (pemberian/penjualan suatu barang/jasa kepada konsumen yang menyebabkan konsumen terpaksa membelinya). Contoh : Di AS, satu diantara empat laboratorium adalah milik dokter, sehingga pasien cenderung patuh pada apa yang disarankan oleh dokternya. Tarif > unit cost sehingga berorientasi laba (profit), yang tidak hanya untuk meningkatkan pelayanan atau subsidi silang 6

Prospek Peranan Swasta 1. Pangsa Pasar Pada swasta for profit sangat tergantung pada out of pocket payment Ada keterbatasan pasar : 15% (27 juta) penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan 75% (135 juta) tinggal di pedesaan. Asumsi : 40-50 juta yang mampu membayar layanan PHC di swasta, tapi masih terbatas dalam penyediaan layanan sekunder dan tersier. Dapat juga dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal. Diestimasikan 8 juta bekerja di sektor formal, dimana termasuk 4 juta pegawai negeri, 4 juta (12 dengan keluarga). 2. Motivasi : Profit atau Not For Profit Terbatasnya dana pemerintah dan swasta non profit (organisasi domestik maupun internasional) menyebabkan motif swasta for profit menjadi semakin kuat. Profit : penetapan tarif diatas biaya satuan sehingga sisa keuntungan dapat dipakai baik untuk keperluan perluasan layanan maupun untuk investasi lain di luar sektor kesehatan. Pure profit merupakan profit maximization C & R TC TR defisit Profit Total Revenue Q1 Profit maximization Q2 Social Benefit maximizatin 7

3. Kendala Tenaga Medis Terbatasnya ketersediaan dan produksi tenaga medis., sehingga dokter pemerintah bekerja pada sektor swasta pada jam kerja resmi pemerintah. 4. Two Tiers Health System Terdapat 2 jalur layanan kesehatan yang terpisah : Swasta for profit yang memberikan layanan yang eksklusif skimming the cream (mengambil lemak / hanya pada masyarakat sosial ekonomi yang mampu) Pemerintah masyarakat yang tidak mampu Bila ini trejadi, maka motif sektor swasta untuk membantu pemerintah dalam meringankan biaya kesehatan akan sulit tercapai. Peran Pemerintah 1. Swasta yang bagaimana? Tidak dapat dihindari peranan sektor swasta akan bertambah besar, karena : a. Meningkatnya sosial ekonomi penduduk b. Jumlah penduduk yang dilayani bertambah c. Awareness akan kualitas layanan yang baik Peran swasta yang bagaimana yang cocok dengan norma, tujuan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan? a. Pasar Bebas (free competition dan consumer choice tidak berfungsi dalam mekanisme pasar, sehingga terjadi hidden monopoly) b. Re-regulasi (menjaga agar tujuan nasional, nilai dan norma pembangunan kesehatan tidak dilanggar oleh pelaku-pelaku pembangunan kesehatanl c. Deregulasi (penyederhanaan sistem untuk memudahkan sektor swasta masuk ke dalam industri pelayanan kesehatan melalui : mengurangi jalur perijinan, birokrasi, administrasi dan peraturan pemerintah) Kriteria pokok sistem layanan kesehatan yang diinginkan adalah : pemerataan, efisiensi, kualitas, akseptabilitas masyarakat dan politis. Yang belum banyak dibahas : a. Pengaturan tentang bentuk peran swasta b. Pengaturan agar subsidi pemerintah tidak ditujukan untuk sektor swsta for profit. Bentuk subisdi tersamar dapat terjadi dalam penempatan tenaga pemerintah di sektor swasta c. Kewajiban seluruh RS menjalankan Quality Assurance, sehingga kualitas dan efisiensi menjadi tolok ukur yang penting d. Peraturan Certificate of Needs untuk alat-alat canggih dan mahal. Menurut PPEKI, alat canggih pemanfaatannya hanya diperbolehkan sebanyak 35%. e. Pengaturan dalam praktek tying 8

2. Pengaturan Peran Swasta dalam UU Kesehatan Karena peran swasta akan besar di masa datang, maka kedudukannya perlu diperkuat dengan UU 3. Pengawasan dan Pengendalian Adanya pergeseran peran pemerintah ke swasta, seharusnya peran pemerintah berubah menjadi wasit, bukan sebagai pemain. Sehingga kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan pembangunan kesehatan tetap dapat dipertahankan. 4. Sistem Pembiayaan Walaupun sebagian besar pembiayaan kesehatan dibiayai oleh masyarakat tetapi posisi masyarakat sangat lemah dan tidak terorganisir dalam satu himpunan kekuatan. Dengan berkembangnya asuransi, diharapkan provider dapat mengikuti standar pelayanan. Peran pemerintah : mengawai dan menegur adanya inefisiensi, inequity dan pelayanan yang tidak berkualitas. Penjabaran : 1. Merumuskan dan mengatur bentuk-bentuk peran swasta dan pemerintah ( skema Jeffers ) 2. Subsidi bukan untuk swasta for profit. Untuk swasta institusional fee/overhead fee 3. Semua RS diharapkan menerapkan QA (Quality Assurance) 4. Pengadaan alat canggih membutuhkan certificate of need 5. Praktek tying dikurangi 6. Pajak bagi swasta for profit, digunakan untuk cross subsidy (untuk swasta for not profit). Dibutuhkan need assesment untuk for profit atau for not profit 7. Pengaturan peran swasta dalam UU kesehatan 8. Pengawasan dan pengendalian (wasdal) peran swasta 9. Pengembangan JPKM sebagai bargaining position bagi konsumen JPKM merupakan build in control untuk mencegah in-efisiensi, in-equity dan kualitas pelayanan yang rendah. 9