OLEH Prof.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum.

dokumen-dokumen yang mirip
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

Pancasila sebagai Etika Bernegara

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

PENDIDIKAN PANCASILA

FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA.

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

NOVIA KENCANA, S.IP, MPA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Rule of Law. Negara Absolut. Doktrin Egalitarian

PANCASILA Sebagai Etika Politik

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

DIAZ RATNA DEWY EA32

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP. Nama : Musafak NPM :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

POLITIK HUKUM BAB V GARIS POLITIK HUKUM INDONESIA MENURUT KONSTITUSI OLEH: Prof. DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

14TEKNIK. Pendidikan Pancasila. Pancasila dan implementasinya dalam sila ke-4 dan ke-5. Yayah Salamah, SPd. MSi. Modul ke: Fakultas

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

PANCASILA SEBAGAI AKTUALISASI KEHIDUPAN

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB VI REALISASI PANCASILA

Tugas UTS Skema Hubungan: Proklamasi-Pancasila-UUD NRI Tahun Pancasila

Ideologi terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Ideologi Tertutup 2. Ideologi Terbuka Ideologi dalam arti sempit atau ideologi tertutup adalah gagasan-gagasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANCASILA : LAHIR, HIDUP DAN BERTAHAN

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA

A. Pengertian Pancasila

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUN DI BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN

PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

MODUL 8 PANCASILA SEBAGAI ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DISUSUN OLEH: GUSPI AKHBAR PUTRA RIZKI SAHPUTRA M. FAJAR MAULANA RYAN ANDRYAN PUTRA RANGGA FERNANDO

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

BAHAN TAYANG MODUL 9

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

BUKU PANDUAN KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI. Karangan Dr.Ganjar M. Ganeswara, M.Pd ; Dra.Wilodati, M.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA

Transkripsi:

OLEH Prof.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum.

Sebagai Basis Ideologis yaitu: Politik Hukum hadir, dititik perjumpaan antara realisme hidup dengan tuntutan idealisme. Ia mengoreksi keadaan yang kurang ideal, dan serentak menghadirkan yang seharusnya. Sebab, bila yang ada itu sudah baik, maka memang politik hukum tidak lagi diperlukan. Tentu, apa yang seharusnya mesti punya sumber. Sumberitulah yang saya maksud, adalah menyangkut nilai-nilai yang paling sentral dan hakiki, dan atas dasar itu kita mengadakan penilaian dan perbaikan atas segala sesuatu yang lain dalam kehidupan kita

Sesuatu yang dipandang cukup mulia untuk diperhatikan, dan menuntut kesetiaan dan ketaatan kita, menyebabkan ideologi berfungsi sebagai suatu sistem makna. Menurut Weber, disadari ataupun tidak, tingkah laku dan tindak tanduk manusia senantiasa berorientasi pada makna. Dan makna dimaksud (ideologi), tidak lain dari nilai-nilai, konsep-konsep, dan gagasangagasan melalui makna dan dengan apa sekelompok manusia memahami diri mereka dan dunia dimana mereka hidup.

Karena Ia berfungsi sebagai leitstern (bintang pemandu) bagi terwujudnya visi yang ingin diraih. Isi dan arah politik hukum dalam sebuah negara atau masyarakat, ditentukan oleh ideologi yang mendasarinya.

Sesuatu yang apriori sifatnya. Ia berupa Visi dan Cita-Cita. Dan karena merupakan Visi dan Cita-Cita, maka Ia bersifat normatif sekaligus konstituitif. Normatif artinya: Ia berfungsi sebagai prasyarat trasedental yang mendasari tiap keputusan ataupun kebijakan. Ia menjadi landasan sekaligus tolak ukur segala tindakan.

Ideologi berfungsi mengarahkan segala kebijakan pada tujuan yang akan di capai Dengan demikian, Ideologi berfungsi sebagai guiding principle, norma kritik, dan nilai yang memotivasi tiap tindakan dan pilihan yang akan diambil.

Perbedaan klaim nilai-nilai yang dianggap sentral dan hakiki (idelogi) dibalik tiap sistem, memunculkan perbedaan, tidak saja tataran isi norma hukum, tetapi juga pada content asas dan tujuan dari suatu sistem hukum

Kita ambil contoh socialist legality misalnya, arah politik hukum yang dituju adalah antara lain: Memberi kebahagiaan yang merata dan sebesar-besarnya bagi setiap manusia, menjamin setiap warga untuk memiliki m a t a p e n c a h a r i a n y a n g l a y a k, pemerataan rejeki yang layak bagi setiap orang, serta penguasaan negara atas semua alat produksi dan distribusi yang penting dan menguasai hayat hidup orang banyak.

Hukum liberal lebih concern, misalnya pada upaya menjamin kebahagiaan tiap orang sesuai kemampuan dan prestasi masingmasing, mendorong gerak hidup liberal dan persaingan bebas, prefensi pada persaingan bebas dan perekonomian bebas.

Kita memiliki Pancasila; Sila Pertama misalnya, menyajikan kerangka ontologis manusia Indonesia, bahwa keberadaan kita kait mengait dengan Tuhan YME yang diyakini sebagai sumber nilai, sumber kebenaran, dan sumber makna.nilai, makna, dan kebenaran. Konsekuensinya,manusia Indonesia dituntut hidup beradab adil, dan berprikemanusiaan.

Sila Ke Dua Pancasila menjadi kerangka normatif (manusia) Indonesia. Sila Ke Tiga menyodorkan tesis persatuan sebagai kerangka operasional dalam kehidupan berbangsa. Sila Ke Empat memberi tesis kerakyatan sebagai kerangka operasional dalam hidup bernegara Sila Ke Lima mematok tesis keadilan sosial sebagai kerangka operasioanl dalam ranah hidup bermasyarakat.

Bahwa kita memiliki basis ideologis dalam merancang-bangun politik hukum di Indonesia yaitu: BASIS NORMATIF Bahwa politik hukum bertugas menilai kenyataan sekaligus merubahnya ke arah yang benar, baik dan adil. Oleh karena itu, ia butuh kerangka normatif tentang apa yang benar, apa yang baik, dan apa yang adil- yang mesti diperjuangkan dan diwujudkan itu

Kerangka Normatif bagi politik hukum itu mutlak perlu. Sebab kalau tidak, keputusan dan kebijakan yang diambil bisa saja meleset dan bergeser jauh dari spirit ideologinya. Kemungkinan itu sangat terbuka, mengingat ideologi pada umumnya hanya terdiri dari prinsip-prinsip yang sangat umum sifatnya. Karena itu, ketersediaan kerangka normatif yang merupakan derivasi dari prinsip-prinsip dimaksud, menjadi sangat menentukan bagi keperluan praksis.

Immanuel Kant berbicara mengenai patokan tentang yang benar, menurut Dia ada dua patokan mengenai yang Benar: 1. Benar, jika apa yang kita lakukan itu dapat berlaku sebagai hukum yang bersifat Universal. Artinya, apa yang kita lakukan itu Benar apabila dimanapun dan kapanpun adalah yang seharusnya dilakukan oleh siapapun. Tegakkan hukum meskipun langit runtuh. Ini salah satu contoh tentang tindakan yang benar.

Kedua, apa yang benar adalah apabila anda memperlakukan manusia, baik itu orang lain atau diri kita sendiri, di dalam setiap hal, sebagai tujuan, dan bukan sekedar sebagai alat. Artinya, suatu tindakan itu pasti salah, apabila ia memperlakukan manusia sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang penuh sebagai manusia. Pendeknya, menurut Kant, bertindak menurut hukum, prinsip, atau norma obyektif, adalah benar. Menaati prinsip, berarti benar. Melanggar Prinsip, berarti salah.

Inti hidup manusia adalah keluhuran jiwa bukan keutamaan materi. Sebelum mengejar kebijaksanaan dan kebenaran, janganlah dulu berpikir tentang uang atau kemasyhuran atau prestise jasmani. Kebahagiaan tidak muncul dari uang atau materi. Orang-orang yang menghabiskan hidupnya demi mengejar k e k u a s a a n, g e n g s i, a t a u k e k a y a a n, sesungguhnya menunjukkan bahwa mereka tidak tahu apa yang baik bagi hidup.

O l e h k a re n a i t u, u k u r a n perbuatan yang baik adalah perbuatan yang mengarah pada kebajikan sosial, kemanusiaan, kemurahan hati, kedermawanan. Kesantunan, toleransi, welas asih, dan sikap tidak berlebihan tersebut.

Maka harus bisa dijamin bahwa setiap kebijakan atau tindakan dapat memberi manfaat yang paling besar. Jadi ukuran tindakan atau perbuatan yang baik adalah tindakan yang memberi manfaat bagi mereka yang paling tidak beruntung dalam struktur sosial.

Banyak Ahli mengajukan gagasannya, misalnya Socrates, adil, jika anda menunaikan kewajiban sebagai warga negara, yaitu menaati hukum negara. Dengan menaati hukum negara, bukan saja kita telah membahas jasa negara yang melindungi kita, tetapi juga telah ikut merawat kehidupan bersama yang aman dan lestari.

Aristoteles melihat keadilan sebagai kesamaan. Namun ia membagi kesamaan numerik dan kesamaan proposional. Kesamaan numerik melahirkan prinsip: Semua orang sederajat didepan hukum. Sedangkan kesamaan proposional melahirkan prinsip: memberi tiap orang apa yang menjadi haknya.

Selain keadilan berbasis kesamaan, Aristoteles juga mengajukan model keadilan lain, yakni keadilan distributif dan keadilan korektif. Keadilan distributif identik dengan keadilan atas dasar kesamaan proporsional. Sedangkan keadilan korektif (remedial), berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu perjanjian dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berupaya memberi kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan. Jika suatu kejahatan dilakukan, maka hukuman yg sepantasnya perlu diberikan pada si pelaku.

Basis Konstitusional bagi politik hukum itu perlu, karena konstitusi merupakan hukum dasar. Meski sebenarnya, konstitusi bisa menjadi sasaran politik, dalam arti memberi arah dan isi sesuai spirit ideologi, namun untuk kepentingan karya ini, fokus kita bukan pada soal itu.

Konstitusi adalah pada hakekat idealnya sebagai hukum dasar, yang di satu pihak mengatur dan membatasi kekuasaan, dan di pihak lainserentak menjamin hak dan kepentingan warga negara/rakyat. Dalam konstitusi pula, secara teoritis, memuat tujuan-tujuan bersama yang hendak dicapai dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Maka idealnya politik hukum harus juga berbasis pada konstitusi (yang secara teoritis merupakan derivasi spirit ideologis dan kerangka normatif yang diturunkan dari ideologi itu). Inilah alasan mengapa basis konstitusional penting bagi politik hukum.

Legitimasi konstitusi sebagai hukum dasar ditentukan oleh prinsip kedaulatan yang dianut sebuah negara. Jika negara itu menganut kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu sudah adalah rakyat. Jika yang dianut adalah faham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya konstitusi tersebut. Penentu legitimasi (entah rakyat, raja, atau yang lainnya) itulah yang oleh para ahli disebut sebagai constituent power

Secara teoritis, terdapat sejumlah motif yang dapat dipandang sebagai dasar perlunya konstitusi. Salah satu yang sangat menonjol adalah keinginan untuk menjamin hak-hak asasi rakyat dan mengendalikan kekuasaan negara. Konstitusionalisme pada dasarnya, beranjak dari pengandaian tersebut. Sebagai sebuah doktrin. Dalam logika konstitusionalisme, konstitusi yang baik, karena itu, harus menyediakan mekanisme saling kontrol antar dan atau kepada institusi kekuasaan negara yang ada.

1. Supremacy of law yang mengajarkan bahwa otoritas hukum secara universal mengatasi otoritas politik. 2. Konsep demokrasi dan HAM mengajarkan kebebasan sebagai hak kodrati manusia yang tidak bisa diambil-alih kapanpun oleh kekuasaan di m a n a p u n d a l a m k e h i d u p a n b e r n e g a r a (inalienable), serta pula harus dijaga dan dipertahankan eksistensinya agar tetap utuh, tak tercatat cela karena terjadi pelanggaran terhadapnya (inviolable)

Basis moral, perlu dalam politik hukum, karena kebijakan yang mutu dan berorientasi pada perubahan bagi kepentingan orang banyak, hanya bisa lahir dari lembaga/pengambil keputusan yang memiliki tingkat kesadaran moral. Para decision maker, harus punya modal moralitas yang di satu sisi mampu mengalahkan naluri kepentingan diri dan kelompok, dan di pihak lain, mampu mendorong pengutamaan summum bonum dalam hidup bersama.

Realitas moral sosial sebenarnya sudah cukup menjelaskan mengapa misalnya penegakan hukum di negri ini tidak pernah maksimal, bahkan setiap kali menimbulkan kekecewaan yang begitu luas. Aturan begitu melimpah, bermacam-macam lembaga pengawasan dibentuk, tapi justru korupsi dan praktek mafia kian tambah subur. Kata kuncinya, karena kesadaran etis kita masih sangat rendah.

Politik Hukum butuh basis moralitas taat asas sebab dalam skema Kholberg, moralitas taat asas ini merupakan moralitas konvensional. Moralitas taat asas akan menjawab: kita harus merujuk pada suatu kepentingan atau hukum yang lebih tinggi. Yaitu hukum obyektif yang tidak hanya berlaku untuk satusatu kelompok saja, tapi hukum yang mempunyai keabsahan yang lebih luas.

Hukum yang lebih berdimensi lintas kelompok. Dalam konteks hukum, maka hukum dimaksud adalah hukum negara. Oleh karena hukum itu berlaku secara lebih universal, maka orang yang bersangkutan akan menghargai dan memperhitungkan hak dan kepentingan, bukan saja orang-orang sekelompoknya, tetapi juga orang-orang yang tidak dikenalnya.

Kata kunci di sini adalah kewajiban. Kita melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, bukan hanya agar kita diterima oleh orang lain, tapi oleh karena kita sadar bahwa itu adalah kewajiban kita sebagai warga negara

1. Akal, apabila menurut akal sehat kita, apa yang sudah menjadi ketetapan itu tidak bermoral, maka kita harus berusaha mengubahnya. 2.Dengan penuh pertimbangan, artinya perubahan itu tidak sembarangan, harus matang, fair dan toleran, benar benar terarah pada upaya sungguh-sungguh memperbaiki keadaan, bukan motif motif lain.

Demikian pula, kalau reformasi penegakan hukum ditujukan untuk meningkatakan pelayanan keadilan melalui proses hukum yang pasti dan benar, maka harus bisa dipastikan bahwa pengangkatan pimpinanpimpinan lembaga penegak hukum dilakukan berdasarkan kompetensi, prestasi, dan berintegritas tinggi.

Hanya dengan moralitas yang demikian itu saja, politik hukum benar-benar menjadi politik hukum yang hakiki. Politik hukum mendatangkan kebaikan bagi manusia.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.