UJI ORGANOLEPTIK TELUR ASIN DENGAN KONSENTRASI GARAM DAN MASA PERAM YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

TELUR ASIN PENDAHULUAN

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Telur Asin Ayam Ras dan Telur Asin Itik Di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan jenis penelitian eksperimen faktorial (factorial design). Eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN UMUR TELUR TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TELUR ASIN.

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

NUTRIFIKASI TIWUL INSTAN DENGAN TEPUNG TELUR (KAJIAN DARI KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK) KARYA TULIS ILMIAH

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

Jurnal Pendidikan dan Keluarga Volume 9 Issue 1 Juni 2017 e-issn: p-issn:

HASIL DAN PEMBAHASAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

PENGARUH BERBAGAI METODE PENGASINAN TERHADAP KADAR NaCl, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PADA TELUR PUYUH ASIN

Unnes J Life Sci 1 (2) (2012) Unnes Journal of life science. Unnes J Life Sci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Sifat Fisikokimia dan Total Mikroba Telur Itik Asin Hasil Teknik Penggaraman dan Lama Penyimpanan yang Berbeda

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

Transkripsi:

UJI ORGANOLEPTIK TELUR ASIN DENGAN KONSENTRASI GARAM DAN MASA PERAM YANG BERBEDA Ivan Mambaul Munir dan Rina Sinta Wati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Raya Ciptayasa Km. 01, Serang ABSTRAK Telur itik pada umumnya diolah menjadi telur asin, karena memiliki karakteristik yang cocok untuk diolah menjadi telur asin yaitu memilik kadar air lebih rendah dan kandungan lemaknya lebih tinggi dibandingkan telur ayam. Kadar air yang rendah membuat putih telur itik menjadi lebih kenyal dan kandungan lemak yang tinggi membuat kuning telurnya lebih masir. Prinsip dari pembuatan telur asin adalah terjadinya proses ionisasi ion Na + dan Cl - yang berdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kerabang. Hasil penggaraman sangat tergantung pada konsentrasi garam yang diberikan dan kecepatan difusi garam ke dalam telur. Telur asin yang disukai adalah telur asin dengan putih telur yang tidak terlalu asin, tetapi kuning telurya masir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh masa peram telur dengan konsentrasi garam yang berbeda terhadap sifat organoleptik telur asin sehingga dapat menghasilkan telur asin yang baik memiliki karakter sifat organoleptik yang disukai oleh konsumen. Penelitian dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dengan mengasinkan telur itik pada konsentrasi garam dan masa peram yang berbeda dengan metode perendaman. Peubah yang diukur adalah sifat organoleptik telur asin. Penilaian organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil uji hedonik, respon panelis terhadap penampilan umum, rasa asin putih telur dan tekstur masir kuning telur pada seluruh perlakuan tidak menunjukkan hasil yang nyata. Rasa asin dari putih telur dan tekstur masir kuning telur pada konsentrasi garam 50% dengan masa peram 10 hari dan 15 hari nyata lebih disukai, dibandingkan rasa asin putih telur dan tekstur masir kuning telur pada konsentrasi garam 43% dan 50% dengan masa peram 10 hari dan 15 hari. Kata kunci : telur asin, konsentrasi garam, masa peram

Pendahuluan Telur adalah bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Telur merupakan produk dari unggas selain daging, yang bernilai gizi tinggi karena mengandung zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi. Salah satu pemanfaatan telur adalah dengan membuat telur asin. Telur asin di masyarakat pada umumnya masih memiliki permasalahan yaitu belum seragamnya rasa asin baik dari putih telur, kemasiran kuning telur serta daya terima masyarakat terhadap telur asin. Pada umumnya masyarakat membuat telur asin dengan cara yang sederhana yaitu dengan memeram telur ke dalam larutan garam. Namun permasalahan yang sering dijumpai dimasyarakat adalah kadar konsentrasi larutan garam yang digunakan tidak menggunakan ukuran (hanya menggunakan perkiraan). Sehingga sering dijumpai rasa telur asin yang terlalu asin dan ada juga yang kurang asin, ada yang kuning telur yang masir dan ada juga kuning trelur yang kurang masir. Hal ini disebabkan pembuatan larutan garam yang tidak terukur dan perbedaan lama masa pemeraman telur. Prinsip pengasinan menurut Damayanthi dan Mudjajanto (1995) adalah (1) memecahkan (plasmolisis) membran sel mikroba, (2) garam mempunyai sifat higroskopis sehingga akan menarik air keluar jaringan yang menyebabkan a w akan menjadi rendah, (3) garam yang berbentuk larutan dapat mengurangi oksigen terlarut, dan (4) ion Cl dari garam bersifat racun bagi mikroorganisme. Gaman dan Sherrington (1992) menjelaskan bahwa klorin digunakan sebagai desinfektan yang mampu membunuh bakteri dengan reaksi sebagai berikut: Cl 2 + H 2 O HCl + HOCl. Asam hipoklorat (HOCl) yang terbentuk akan membunuh bakteri dengan cara oksidasi dan kemudian berubah menjadi asam klorida. Pemberian garam menurut Belitz dan Grosch (2009) menimbulkan pengaruh pada kelarutan protein. Pemberian yang terlampau sedikit (konsentrasi rendah) akan meningkatkan kelarutan protein (efek salting in) dengan menekan interaksi proteinprotein elektrostatik, sedangkan pemberian garam yang terlampau banyak (konsentrasi tinggi) akan menurunkan kelarutan protein (efek salting out) sebagai hasil dari kecenderungan hidrasi ion garam. Pengasinan tidak hanya mempengaruhi karakteristik fisik, kimia maupun organoleptik dari telur asin, namun juga mempengaruhi nilai gizinya. Nilai gizi dari telur itik asin berbeda dengan telur itik segar (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Itik Segar dan Telur Itik Asin (Tiap 100 Gram Bahan) Bahan pangan Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Ca (mg) Vit A (SI) Kalori (kal) Telur Itik 70,8 13,1 14,3 0,8 56 1.230 189 Telur Itik asin 66,5 13,6 13,6 1,4 120 841 195 Poedjiadi dan Supriyanti (2005) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh masa peram telur dengan konsentrasi garam yang berbeda terhadap sifat organoleptik telur asin sehingga dapat menghasilkan telur asin yang baik dan disukai oleh konsumen. Penelitian dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dengan mengasinkan telur pada konsentrasi garam dan masa peram yang berbeda dengan metode perendaman. Peubah yang diukur adalah sifat organoleptik telur asin. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan penilaian organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik (Rahayu, 1998). Materi dan Metode Lokasi dan waktu Penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dari bulan September hingga Oktober 2012. Materi Bahan utama yang digunakan adalah telur itik yang berasal dari itik yang dipelihara di Kebun Percobaan BPTP Banten. Bahan yang digunakan dalam proses pengasinan adalah Telur itik, air dan garum dapur. Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah ember plastik, kompor atau alat pemanas, alat pengaduk, toples, wadah telur (eggtray).

Uji Organoleptik (Soekarto, 1981). Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan (hedonik). Panelis diberi formulir isian untuk memberikan penilaian terhadap sampel yang disajikan. Sampel yang diujikan pada panelis disajikan secara acak dengan cara pemberian kode tertentu yang masing-masing terdiri dari tiga angka. Panelis diarapkan dapat ditanggapi persepsi kesukaannya pada sampel yang meliputi nilai hedonik warna aroma dan konsistensi. Skala hedoniknya yaitu : (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; (3) agak tidak suka; (4) netral; (5) agak suka; dan (6) sangat suka. Penilaian dilakukan oleh lebih dari 50 orang panelis yang terlatih. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 2 dengan dua faktor perlakuan (A dan B). Faktor pertama (A) adalah masa peram telur yaitu peram 10 hari dan peram 15 hari. Faktor kedua (B) adalah konsentrasi garam yang terdiri dari 3 tingkat yaitu (25%, 43% dan 50%) dengan perbandingan garam dan air yaitu 1 : 3 ; 3 : 4 dan 1 : 1. Sebagai kelompok adalah waktu pengasinan yang berbeda. Peubah yang diukur adalah uji organoleptik telur asin (penampilan umum, warna, rasa, aroma, tekstur telur asin. Hasil penelitian Uji organoleptik dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Jika diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji banding rataan ranking (analisis variansi) dengan model rancangannya yaitu sebagai berikut : Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + E (ij)k Keterangan : Y ijk = observasi µ = rata rata populasi α i β j = efek perlakuan ke i = efek perlakuan ke-j (αβ) ij = efek interaksi AB E (ij)k = random error percobaan (Astuti, 2007)

Hasil dan Pembahasan Pengujian organoleptik telur asin dilakukan terhadap 84 orang panelis (pegawai Balai Pengkajian teknologi Pertanian Banten dan Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang) tidak terlatih. Skor kesukaan mulai dari nilai (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; (3) agak tidak suka; (4) netral; (5) agak suka; dan (6) sangat suka dengan parameter yang diuji meliputi penampakan umum, rasa asin putih telur dan rasa masir kuning telur. Hasil uji hedonik telur asin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat kesukaan panelis terhadap telur asin Peubah yang diamati Umur Peram Konsentrasi garam telur 25% 43% 50% Penampilan Umum 10 hari 4,57 + 1,38 4,78 + 1,28 5,57 + 0,91 Telur 15 hari 5,14 + 0,93 4,72 + 1,08 4,92 + 0,95 Rasa Asin Putih Telur 10 hari 4,78 + 1,08 4,36 + 1,43 4,21 + 1,42 15 hari 4,36 + 1,55 4,07 + 1,34 4,71 + 1,33 Tekstur Masir Kuning 10 hari 4,07 + 0,92 4,64 + 0,79 4,64 + 1,00 Telur 15 hari 4,43 + 0,77 4,71 + 1,2 5,00 + 0,90 Keterangan : 1 sangat tidak suka, 2. Tidak suka, 3. Agak tidak suka, 4. Netral/biasa, 5. Agak suka, 6. Sangat suka Penampilan Umum Telur Penampilan umum merupakan salah satu parameter pada pengujian hedonik yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Penampilan umum telur dinilai dari putih serta kuning telur. Penampilan umum telur menggambarkan keseluruhan dari telur setelah dibelah menjadi dua bagian. Penampilan umum telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu garam dan air yang masuk ke dalam putih dan kuning telur (proses difusi). Garam dan air yang masuk ke dalam putih telur atau disebut prses difusi akan mempengaruhi kekenyalan dari putih telur, sedangkan pada kuning telur akan mempengaruhi kemasiran. Proses difusi yang terjadi pada telur mengakibatkan penguapan gas CO2. Penguapan gas CO2 dapat mengakibatkan rusaknya protein musin. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), protein musin yang memberikan efek kekentalan pada putih telur menjadi lebih encer. Pengenceran ini terlihat lebih baik ketika direbus dan diamati oleh panelis. Penampilan umum telur asin akibat penggunaan konsentrasi garam dan umur peram telur yang berbeda berkisar 4,57-5,57. Kisaran tersebut termasuk dalam skala hedonik agak suka. Hasil statistik menunjukkan bahwa respon panelis terhadap penampilan umum telur asin tidak berbeda. Hal tersebut karena panelis belum mampu

membedakan penampilan telur asin akibat adanya penggunaan konsentrasi garam dan umur peram telur yang berbeda. Rasa Asin Putih Telur Rasa asin putih telur dipengaruhi oleh banyaknya garam yang masuk ke dalam putih telur setelah garam mengion menjadi ion Na + dan Cl -. Rasa asin menurut Soekarto (1985) berasal dari zat-zat anionik seperti Cl- dan kationik seperti Na+. Nilai rasa asin telur berkisar 4,07-4,78. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata dari respon panelis terhadap rasa asin telur akibat lama peram telur umur 10 hari dan 15 hari. Tekstur Masir Kuning Telur Tekstur menurut Fellow (2000) paling banyak ditentukan oleh kadar air, lemak, tipe dan jumlah karbohidrat, serta protein yang terdapat pada bahan makanan. Tekstur suatu bahan makanan menurut Lawless dan Heymann (1998) digunakan oleh konsumen sebagai indikator dari kualitas makanan (food quality) dan dapat diketahui melalui indra penglihatan, sentuhan, serta pendengaran. Tekstur masir kuning telur merupakan tekstur berpasir yang sangat khas dari telur asin yang disebabkan adanya reaksi antara lipoprotein yang terkandung dalam kuning telur dengan garam yang masuk ke dalam kuning telur. Menurut Chi dan Tseng (1998), tekstur masir disebabkan oleh membesarnya granula yang ada dalam kuning telur dan adanya dehidrasi air dari kuning telur selama proses pengasinan akan menyebabkan tejadinya pengerasan kuning telur. Masuknya garam ke kuning telur menyebabkan protein mengalami denaturasi, lama kelamaan akan terbentuk gel (koagulasi). Lebih lanjut Chi dan Tseng (1998) menyatakan bahwa garam yang masuk ke dalam kuning telur akau melepas ikatan lipoprotein yaitu kompleks antara lemak dan protein, sehingga lemaknya terpisah dari protein. Lemak yang terpisah dari protein pada granul akan menyebabkan proteinprotein tersebut saling menyatu, sehingga padatan grand polihedral semakin membesar dan menimbulkan tekstur masir. Tekstur masir kuning telur asin akibat penggunaan konsentrasi garam dan umur peram telur yang berbeda memiliki nilai rata-rata 4,07 5,00. Kisaran tersebut termasuk dalam skala hedonik agak suka tetapi secara statistik, perlakuan lama peram telur dan konsentrasi garam yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian panelis terhadap tekstur masir kuning telur. Hal ini menunjukkan bahwa panelis masih

memberikan penilaian sama, yaitu menyukai tekstur masir kuning telur dari semua perlakuan. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sifat organoleptik telur asin pada penelitian ini, konsentrasi garam dan masa peram yang dapat digunakan untuk menghasilkan telur asin yang disukai adalah dengan menggunakan konsentrasi garam 50% dengan masa peram 10 hari dan 15 hari. Pada konsentrasi garam dan masa peram tersebut, dihasilkan rasa asin putih telur yang tidak terlalu asin dan tekstur masir kuning telur yang khas disukai oleh kebanyakan orang.

Daftar Pustaka Astuti, M., 2007. Pengantar Ilmu Statistik untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan. Binasti. Bogor. Belitz, H. D. & W. Grosch. 2009. Food Chemistry. Fourth Edition. Springer, Germany. Chi, S. P. and K. H. Tseng. 1998. Physicochemical properties of salted picled yolk from duck and chicken eggs. J. Food Sci. 63 : 27-30. Damayanthi, E. & E. S. Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Fellow, P. 2000. Food Processing Technology. 2nd Ed. CRC Press, USA. Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Lawless, H. T. & H. Heymann. 1998. Sensory Evaluation of Food: Principles and Practices. Plenum Publishers, New York. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Poedjiadi, A. & F. M. T. Supriyanti. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Universitas Indonesia-Press, Jakarta. Rahayu, W.P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Soekarto, S.T. 1981. Penelitian Organoleptik. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian Bogor, Bogor.