BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011). Retardasi mental juga memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak berkelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bidan merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mencapai tugas perkembangannya. Menerangkan gambar dan tulisan

BAB I PENDAHULUAN. atau mengalami hambatan perkembangan, contohnya anak dengan retardasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah individu yang tergantung dengan orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi merupakan individu unik yang memiliki kebutuhan spesifik yang berbeda dengan orang dewasa (Supartini, 2004). Mempunyai anak adalah suatu titipan Tuhan, tidak semua anak terlahir dengan keadaan yang sempuna. Adapula anak yang terlahir dengan kekurangan dan mempunyai kebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya (Hadojo, 2003). Anak yang lahir dengan banyak kekurangan akan membutuhkan banyak perawatan khusus dan termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembngan baik fisik maupun motorik. Kelainan anak dengan suatu perawatan yang khusus salah satunya adalah anak dengan retardasi mental. Anak dengan retardasi mental memiliki berbagai keterbatasan, khususnya dalam cara berkomunikasi, perawatan diri, serta dalam kemampuan sosial. Keterbatasan ini karena anak belajar dan berkembang jauh lebih lambat dari anak-anak seusianya. Anak-anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara, berjalan, 1

2 atau melakukan hal-hal sederhana semisal mengenakan pakaian (Soetjiningsih, 1998). Menurut Murphy (1998), angka kelainan perkembangan yang cukup sering ditemukan yaitu sebanyak 3% adalah Retardasi Mental (RM). RM bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu keadaan individu yang menunjukan gangguan fungsi intelektual yang dimulai pada masa perkembangan termanifestasi pada gangguan belajar dan gangguan penyesuaian diri dengan lingkungannya (Tramer, 2001). RM merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian RM berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai intelegensi dibawah 70. Retardasi mental sulit diketahui karena kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10-14 tahun. RM mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (medical store Retardasi mental, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi DIY tahun 2004 ada sekitar 1100 anak RM dan th 2005 sebanyak 1125 anak dan pada th 2006, total jumplah anak retardasi mental di Yogyakarta sebanyak 1256 anak (32,56%) yang merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jumlah kecacatan lainnya dari jumlah penduduk. Kasus retardasi mental dimasingmasing wilayah Provinsi DIY, sebagai berikut : Kota Yogyakarta 111 (8,84%), Kabupaten Bantul 265 anak (21,1%), Kabupaten Kulonprogo 216

3 anak (17,2%), Kabupaten Gunungkidul 377 anak (30,01%), dan Kabupaten Sleman 287 anak (22,85%). Besarnya angka penderita RM menunjukan besarnya permasalahan yang terjadi, permasalahan akan muncul ketika anak tidak mampu memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik maupun psikis karena kecacatan yang disandangnya. Kecacatan fisik, mental, maupun social yang disandang oleh seorang anak akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan pada kondisi psikologis maupun psikososialnya. Kondisi ini dapat menjadi hambatan yang berarti bagi anak tersebut dalam meniti tugas berkembangnya (Effendi, 2006). Reaksi orang tua yang mengetahui bahwa anaknya menderita suatui kelainan perkembangan yaitu RM diantaranya adalah menerima secara matang kenyataan yang ada, ataupun menyembunyikan keadaan, dan ada pula keluarga yang menolak atau tidak mampu menghadapi kenyataan (Smith, 1993). Kadang kala keluarga mersa sulit menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental (Kaplan dan sadock, 1994). Anak RM dapat lahir, berasal dari orang tua yang sehat tanpa ada riwayat keluarga dengan keadaan serupa, keluarga harmonis kaya dengan intelektual tinggi dan berpendidikan pun tanpa pandang bulu. Orang tua yang mempunyai anak RM akan merasa sangat terbebani secara fisik maupun mental saat harus merawat anak dengan retardasi mental. Orang tua kadang

4 mengalami stres sehingga perlu dibantu untuk mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi seperti ini (Yulius, 2000). Sampai saat ini belum ada perhatian yang lebih dari masyarakat umum mengenai retardasi mental, karena masyarakat luas tidak begitu memperhatikan mengenai ruang lingkup anak dengan kecacatan mental, ini dibuktikan dengan sebagaian lebih dari orang tua yang mempunyai anak retardasi mental yang kurang begitu mampu atau tidak dapat merawat anak retardasi mental tersebut. Permasalahan yang timbul dapat dikarenakan defisit intelektual dan yang lain timbul sebagai akibat reaksi timbal balik dalam interaksi antara anak dengan keluarga dan lingkungannya. Sering reaksi ini lebih memperburuk fungsi mental. Disadari bahwa tidak ada orang tua atau keluarga yang menghendaki anak dengan retardasi mental. Bahkan banyak yang baru diketahui kelainannya setelah usia empat-lima tahun atau setelah masuk sekolah, bahkan ada yang didapatkan setelah usia delapan-sepuluh tahun. Dalam permasalahan ini, faktor-faktor dari dalam diri orang tua sendiri ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun factor internalnya adalah psikologis atau keadaan mental orang tua, pengetahuan yang diketahui orang tua dalam merawat anak RM, tingkat ekonomi orang tua dalam membiayai semua keperluan anak RM, dan keyakinan dan keprcayaan. Untuk factor eksternalnaya adalah lingkungan

5 baik saudara, teman,maupun masyarakat sekitar terhadap anak RM, serta social dan budaya. Faktor internal paling penting yang berasal dari dalam diri orang tua sendiri adalah psikologis dan pengetahuan. Faktor psikologis adalah keadaan orang tua dalam menerima dan tidak menyalahkan Tuhan karenamempunyai anak yang mengalami retardasi mental, juga tidak menganggap anak RM sebagai beban mental dan pikiran, walaupun ini tidak sesuai yang diharapkan. Dan faktor pengetahuan adalah pengetahuan sebagai domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan antara lain know, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Reaksi penolakan tidak hanya diperhatikan oleh keluarga tetapi juga oleh masyarakat. Selain menolak, mereka juga mengejek, mencemooh, mencelakakan, dan nada labelisasi tersendiri kepada anak retardasi mental. Hal ini akan memberikan dampak negatif kepada perkembangan anak retardasi mental. Selain itu kebijakan pemerintah saat ini dalam mengatasi masalah retardasi mental masih belum cukup maksimal. Sehubungan dengan hal di atas peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak retardasi mental. Orang tua perlu diberikan informasi yang jelas mengenai keadaan anaknya yang mengenai retardasi mental. Disamping itu orang tua harus diberi penjelasan bagaimana menangani atau merawat anak dengan retardasi mental dirumah. Karena terdapat perbedaan merawat anak normal dengan anak retardasi mental.

6 Terdapat perbedaan kemampuan anak sehingga orang tua harus lebih paham bagaimana merawat anak retardasi mental (Soetjiningsih, 2009). SLB Negeri pembina merupakan suatu lembaga yang bergerak dibidang pendidikan bagi anak-anak yang cacat baik fisik maupun mental, yang terdiri dari TK, SD, SMP, SMU dan PELATIHAN. Berdasarkan studi pendahuluan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta melalui wawancara dengan guru kelas, guru BP, didapatkan informasi bahwa di SLB Negeri pembina Yogyakarta ada berbagai macam keluhan dari orang tua murid yang mengatakan mengalami kesulitan dalam merawat anak retardasi mental. Selanjutnya peneliti juga melakukan sedikit wawancara singkat kepada beberapa orang tua murid yang sedang menjemput anak mereka dan mendapatkan hasil bahwa ada hambatan dalam merawat anak dengan retardasi mental dibandingkan dengan merawat anak normal. Seperti dalam melakukan perawatan tubuh, menyuruh makan, meminta sesuatu harus di penuhi dan berbagai macam kendala yang mungkin tidak bisa di sebutkan semua. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan factor pengetahuan dan factor psikologis dengan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB Negeri pembina Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah dan penelitian ini adalah apakah ada hubungan factor pengetahuan dan faktor

7 psikologis dengan kemampuan orang tua dalam merawat anak Retardasi Mental di SLB negeri Pembina Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan faktor pengetahuan dan faktor psikologis dengan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB negeri Pembina Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk : a. Diketahuinya tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan anak dengan retardasi mental di SLB negeri Pembina Yogyakarta. b. Diketahuinya tingkat kesiapan psikologis orang tua di SLB negeri Pembina Yogyakarta. c. Diketahuinya kemampuan orang tua dalam merawat anak RM di SLB negeri Pembina Yogyakarta. d. Diketahuinya hubungan pengetahuan dan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB negeri Pembina Yogyakarta. e. Diketahuinya hubungan psikologis dan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB negeri Pembina Yogyakarta..

8 D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam ilmu keperawatan anak dan jiwa terutama mengenai kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. 2. Secara Praktis a. Bagi institusi SLB Negeri Pembina Yogyakarta Agar dapat lebih meningkatkan pendidikan dan perawatan terhadap anak retardasi mental b. Bagi masyarakat umum Agar masyarakat umum dapat mengerti bahwa pentingnya menjaga dan marawat anak retardasi mental c. Bagi dunia keperawatan Dapat memberikan pengetahuan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental sehingga dapat diaplikasikan pada saat konseling dan pengarahan pada masyarakat. 3. Ruang Lingkup Penelitian a. Lingkup Materi Penelitian membahas tentang Keperawatan anak dan Keperawatan jiwa yang meliputi keadaan anak abnormal, perawatan

9 anak retardasi mental, tingkat kemandirian anak abnormal, dan kemampuan orang tua dalam merawat anak dengan retardasi mental. b. Lingkup Subyek Penelitian Seluruh siswa SLB Negeri Pembina yang mengalami keterbelakangan mental. Alasan memilih respnden tersebut yaitu berdasarkan hasil pengamatan pada saat melakukan studi pendahuluan banyak orang tua yang tidak memperhatikan anaknya baik secara fisik maupun psikologis yang mengalami keterbelakangan mental. c. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 4. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan RM yang pernah dilakukan antara lain : a. Hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retadasi mental (Eka, 2004) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan agak rendah abtara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak RM. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional non eksperimen dengan metode analitik korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan kuesioner pola asuh orang tua dan wawancara mendalam dan melakukan observasi kemampuan sosialisasi anak RM. Subyek

10 penelitian sebanyak 42 orang tua dan anak RM yang bersekolah di SLB C 1 Gondomanan Yogyakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi product moment. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam variable penelitian, pengumpulan data dan teknik analisis data. Variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah factor pengetahuan dan factor psikologis sebagai variable bebas dan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental sebagai variable terikat. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan kuesioner untuk semua variable. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dan regresi linier berganda. b. Factor-faktor yang mempengaruhi penolakan orang tua terhadap anak retardasi mental di Yayasan Sosial Setya Darma Pendidikan Luar Biasa C Surakarta (Wijayanti, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi penolakan orang tua terhadap anak retardasi mental dalam penelitian ini adalah faktor psikologis, pendidikan, ekonomi, keyakinan dan kepercayaan akan kelahiran anak serta faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap penolakan orang tua. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadar penolakan orang tua. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling. Pengumpulan

11 data digunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam variable penelitian, teknik sampling, dan teknik analisis data. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah factor pengetahuan dan factor psikologis sebagai variable bebas dan kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental sebagai variable terikat. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dan regresi linier berganda.