BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. melihat prospek suatu perusahaan investor dapat menilainya dari harga saham. perusahaan yang baik dan menguntungkan di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, pasar modal memungkinkan pemilik dana memeproleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. tingkat perkembangan pasar modal menjadi tolok ukur kemajuan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal Indonesia. Menurut Sari dan Kaluge (2013) Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. mengalami ketidakberuntungan (misfortune) dalam menjalankan usaha akan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perkembangan dalam dunia usaha sekarang ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antarpemilik modal yang disebut pemodal (investor) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan industri consumer

BAB I PENDAHULUAN UKDW. laporan keuangan yang diterbitkan pada setiap periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber daya dasar (input), yang digabung lalu diproses untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya mengandalkan kepada satu sumber pendanaan saja, yaitu hutang karena

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham di pasar modal (go public). Pasar modal mempertemukan calon

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. Fungsi pajak sebagai sumber pendapatan utama bagi negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh bank, sedangkan perusahaan yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. Hermuningsih (2009) bagi perusahaan terbuka (go public) indikator nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Negara ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama menjadi sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Salah satu sektor yang memiliki peranan penting di pasar modal Indonesia adalah sektor pertanian. Perlu kita ketahui bahwa sektor pertanian merupakan bagian pokok dalam kehidupan sehari-hari manusia yang tentunya membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus dipenuhi. Sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan utama manusia dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Dalam sektor pertanian terdapat 4 subsektor, yaitu palawija/tanaman pangan, perkebunan, perternakan dan perikanan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal perkebunan meningkat dengan laju 2,6% per tahun pada 1

periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16.3 juta ha. Dari beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia (karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu), kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan diatas 5% per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut. (Sumber: http://www.ipard.com/art_perkebun/, diakses tanggal 21 April 2013) Menurut Data Kementerian Pertanian (Kemtan) menyebutkan, dari total lahan kelapa sawit yang ada di Indonesia sebesar 8,9 juta hektare (ha), investor asing menguasai 40 persen. Semula Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen Perkebunan Kelapa Sawit Atau CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia pada 2010. Ternyata mulai 2008 kita mampu merealisasikan prediksi tersebut dua tahun lebih cepat. Fakta tersebut cukup menarik. Rupanya, Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1 di dunia lebih cepat dari prediksi sebelumnya. Pada Data Sebelumnya Malaysia tercatat sebagai Negara penghasil CPO nomor satu dunia sebelum tahun 2008, Namun pada akhirnya Indonesia Mampu Bersaing dan menggeser posisi tersebut. (Sumber: http://infoinlowker.blogspot.com/perkebunan-kelapa-sawit-di-indonesia-, diakses tanggal 21 April 2013) Menurut laporan Kementerian Pertanian, subsektor Perkebunan masih menjadi andalan ekspor sektor pertanian dengan tren surplus perdagangan yang 2

meningkat. Sementara subsektor pertanian lainnya yakni, tanaman pangan, hortikultura dan pertenakan hingga 2012 masih mengalami defisit. Pada Sub sektor perkebunan, komoditas kelapa sawit (CPO), karet, teh, kopi dan kakao mesih menjadi komoditas andalan ekspor. Negara tujuan ekspor komdotas tersebut ialah Cina, AS, negera-negara di kawasan Eropa dan India. Dikatakan pihak Kementerian Pertanian, di 2013 diprediksi pertumbuhan neraca pertanian Indonesia tidak akan mengalami perubahan dibanding tahun 2012, dengan surplus perdagangan mencapai antara US$ 16,7 sampai US$ 22,8 miliar. (Sumber: http://www.infosawit.com/index.php/berita-lintas/167-subsektor-perkebunanmasih-jadi-andalan, diakses tanggal 21 April 2013) Fenomena mengenai perkembangan subsektor perkebunan yang dikatakan mengalami pertumbuhan yang paling baik ternyata tidak tercerminkan dalam pasar bursa. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam subsektor perkebunan dalam pasar bursa justru mengalami penurunan harga saham. Jika dalam sektor pertanian memang subsektor perkebunan dikatakan mengalami pertumbuhan yang paling baik bila dibandingkan dengan subsektor lainnya, maka seharusnya penilaian para pelaku pasar dalam pasar bursa terhadap perusahaan-perusahaan yang berada dalam subsektor perkebunan pun baik. Artinya harga saham perusahaan-perusahaan yang berada dalam subsektor perkebunan seharusnya naik karena banyak diminati seiring dengan perkembangan yang terjadi. Namun kenyataan yang terjadi pada pasar bursa, harga rata-rata saham perusahaan pada subsektor perkebunan justru mengalami penurunan. Bahkan bila 3

dibandingkan dengan subsektor lain, perkembangan harga rata-rata saham perusahaan pada subsektor perkebunan berbanding terbalik dengan subsektor perikanan yang justru mengalami peningkatan. Berikut ini adalah tabel perbandingan perkembangan rata-rata harga saham subsektor yang terdapat dalam sektor pertanian. Tabel 1.1 Perbandingan Perkembangan Harga Saham Subsektor pada Sektor Pertanian Tahun 2010-2012 (dalam rupiah) Subsektor Tahun Harga Saham Perubahan Harga Saham 2008 1972,14 2009 3911,25 1939 Perkebunan 2010 4924,125 1012,875 2011 3707,1-1217,025 2012 3201,18-505,92 2008 202 2009 243,333 41,333 Perikanan 2010 204,333-39 2011 391 186,67 2012 516 125 2008 1820 2009 1350-470 Perternakan 2010 1870 520 2011 910-440 2012 790-120 2008 1114,5 2009 2514,5 1400 Tanaman Pangan 2010 7789,5 5275 2011 6864,5-925 2012 6614-250.5 Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah kembali) Dari tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa rata-rata harga saham perusahaan masing-masing subsektor yang terdapat dalam sektor pertanian yang mengalami penurunan selama dua tahun terakhir adalah subsektor perternakan, 4

subsektor perkebunan dan subsektor tanaman pangan. Harga rata-rata saham pada subsektor perkebunan mengalami penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor perternakan dan subsektor tanaman pangan yaitu sebesar Rp 1217,025 pada tahun 2011 dan Rp 505,92 pada tahun 2012. Hal tersebut berbanding terbalik dengan harga rata-rata saham pada subsektor perikanan yang justru meningkat pada tiga tahun terakhir. Harga rata-rata saham pada subsektor perikanan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar Rp 186,67 dan Rp 125 pada tahun 2012. Berikut ini perbandingan perkembangan rata-rata harga saham subsektor yang terdapat dalam sektor pertanian pada grafik: 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Perkebunan 1972,14 3911,25 4924,125 3707,1 3201,18 Perikanan 202 243,333 204,333 391 516 Peternakan 1820 1350 1870 910 790 Tanaman Pangan 1114,5 2514,5 7789,5 6864,5 6614 Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah kembali) Grafik 1.1 Perbandingan Perkembangan Harga Saham Subsektor pada Sektor Pertanian Tahun 2010-2012 (dalam rupiah) Dari grafik 1.1 diatas dapat terlihat bahwa rata-rata harga saham perusahaan pada masing-masing subsektor dalam sektor pertanian yang 5

mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir adalah subsektor peternakan, subsektor perkebunan dan subsektor tanaman pangan. Subsektor perkebunan mengalami penurunan yang paling tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan ratarata harga saham perusahaan pada subsektor perikanan yang justru mengalami peningkatan. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh para pelaku pasar. Banyaknya permintaan pada suatu saham akan menyebabkan tingginya harga dari saham tersebut, begitupun sebaliknya. Berikut ini perkembangan rata-rata harga saham subsektor perkebunan yang disajikan dalam bentuk grafik: 6000 Perkebunan 5000 4000 3000 2000 1000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Perkebunan 1972,14 3911,25 4924,125 3707,1 3201,18 Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah kembali) Grafik 1.2 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Subsektor Perkebunan Tahun 2010-2012 (dalam rupiah) 6

Dari grafik 1.2 diatas dapat terlihat bahwa terjadi penurunan rata-rata harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan di tahun 2011 dan juga di tahun 2012. Penurunan harga saham tentu akan berdampak langsung dan dapat merugikan para pemilik saham, karena tujuan seorang investor membeli saham suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan dari pembagian deviden dan capital gain. Sementara bagi emiten, penurunan harga saham akan menurunkan citra perusahaan yang tentunya akan berdampak pada nilai perusahaan. Setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan saham yang dapat dimiliki oleh setiap investor, namun harga saham sangatlah fluktuatif dan dapat berubah-ubah. Para investor dituntut untuk pandai dan teliti dalam menganalisis harga saham. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Dalam harian Bisnis yang dikutip oleh Fahmi (2011:99) menyatakan bahwa, Dalam rangka memperkecil resiko likuiditas maka perusahaan harus memperkuat nilai rasio likuiditas. Karena perusahaan yang memiliki nilai rasio likuiditas yang tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung akan naik karena tingginya permintaan. Selanjutnya dalam kompas yang dikutip oleh Fahmi (2011:99) menambahkan bahwa, penguatan pada rasio likuiditas perusahaan akan menjadi good news yang selanjutnya dikaji secara pendeketan signaling theory bahwa ini cenderung akan memberi pengaruh pada kenaikan harga saham. 7

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk meghitung likuiditas. Diantaranya adalah current ratio dan quick ratio (Husnan dan Pudjiastuti, 2004:72). Menurut Agnes (2005:9) menyatakan bahwa, Current ratio yang rendah akan menyebabkan menurunnya harga pasar saham yang bersangkutan, namun current ratio yang tinggi belum tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut dapat menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam penilitian ini penulis menggunakan current ratio sebagai indikator untuk mengukur likuiditas. Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar (Harahap, 2011:301). Tabel dibawah ini akan menyajikan data rata-rata current ratio perusahaan pada subsektor perkebunan. Berikut ini adalah rata-rata current ratio subsektor perkebunan yang disajikan dalam bentuk grafik: 8

250 Current Ratio 200 150 100 50 0 2008 2009 2010 2011 2012 Current Ratio 220,688 169,688 153,732 175,278 123,675 Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah kembali) Grafik 1.3 Perkembangan Current Ratio Subsektor Perkebunan Tahun 2010-2012 (dalam persentase) Dari grafik 1.3 diatas dapat terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada nilai ratarata perkembangan current ratio perusahaan subsektor perkebunan. Meskipun sempat meningkat pada tahun 2011, terjadi penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2012. Berikutnya yang dianggap akan dapat mempengaruhi harga saham adalah profitabilitas. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:317, jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan profitabilitas akan meningkatkan harga saham. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menghitung profitabilitas. Diantaranya adalah gross profit margin, net profit margin, return on investment dan total asset turnover (Fahmi, 2011:69). 9

Menurut Purwanta dan Fakhrudin (2006:101), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu terdiri dari debt equity ratio, dividend per share, return on investment, net profit margin, return on equity dan earning per share. Dalam penelitian ini penulis menggunakan net profit margin sebagai indikator profitabilitas. Net profit margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak (Alexandri, 2008:200). Berikut ini adalah rata-rata net profit margin subsektor perkebunan yang disajikan dalam bentuk grafik: 80 Net Profit Margin 70 60 50 40 30 20 10 15,488 19,986 22,758 24,014 12,39 0 2008 2009 2010 2011 2012 Net Profit Margin 15,488 19,986 22,758 24,014 12,39 Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah kembali) Grafik 1.4 Perkembangan Net Profit Margin Subsektor Perkebunan Tahun 2010-2012 (dalam prosentase) 10

Dari grafik 1.4 di atas dapat terlihat bahwa perkembangan nilai rata-rata net profit margin perusahaan pada subsektor perkebunan mengalami penurunan pada tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan produktifitas kinerja perusahaan yang terdapat pada subsektor perkebunan. Dengan melihat menurunnya rata-rata harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti likuiditas yang diukur melalui current ratio dan profitabilitas yang diukur melalui net profit margin, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PADA SUBSEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah. Salah satu sektor yang memiliki peranan penting di pasar modal Indonesia adalah sektor pertanian. Dalam sektor pertanian terdapat empat subsektor, yaitu palawija/tanaman pangan, perkebunan, perternakan dan perikanan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal perkebunan meningkat dengan laju 2.6% per tahun pada periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16.3 juta ha. 11

Menurut laporan Kementerian Pertanian, subsektor perkebunan masih menjadi andalan ekspor sektor pertanian dengan tren surplus perdagangan yang meningkat. Sementara subsektor pertanian lainnya yakni, tanaman pangan, perikanan dan pertenakan hingga 2012 masih mengalami defisit. Prestasi subsektor perkebunan tersebut ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi dalam pasar modal, perkembangan harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan justru mengalami penurunan. Bahkan bila dibandingkan dengan subsektor lainnya yang masih termasuk dalam sektor pertanian pun seperti subsektor perikanan, perkembangan harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan berbanding terbalik dengan perkembangan harga saham subsektor perikanan yang justru mengalami peningkatan. Harga saham sangatlah fluktuatif dan dapat berubah-ubah. Para investor dituntut untuk pandai dan teliti dalam menganalisis harga saham. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Salah satunya adalah likuiditas Dalam kompas yang dikutip oleh Fahmi (2011:99) menyatakan bahwa, penguatan pada rasio likuiditas perusahaan akan menjadi good news yang selanjutnya dikaji secara pendeketan signaling theory bahwa ini cenderung akan memberi pengaruh pada kenaikan harga saham. Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator current ratio untuk mengukur likuiditas. Menurut Harahap (2011:301), current ratio merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Menurut Agnes (2005:9) menyatakan bahwa, Current ratio yang rendah akan menyebabkan menurunnya harga pasar saham yang bersangkutan, namun current ratio yang tinggi belum tentu 12

baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut dapat menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berikutnya yang dianggap akan dapat mempengaruhi harga saham adalah profitabilitas. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:317, jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan profitabilitas akan meningkatkan harga saham. Dalam penelitian ini penulis menggunakan net profit margin sebagai indikator profitabilitas. Net profit margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak (Alexandri 2008:200). Menurut Purwanta dan Fakhrudin (2006:101) menyatakan bahwa, faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham yaitu terdiri dari debt equity ratio, dividend per share, return on investment, net profit margin return on equity dan earning per share. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan berfokus pada pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 13

1. Bagaimana gambaran likuiditas perusahaan pada subsektor perkebunan? 2. Bagaimana gambaran profitabilitas perusahaan pada subsektor perkebunan? 3. Bagaimana gambaran harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan? 4. Bagaimana pengaruh likuiditas dan profitablitas terhadap harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui gambaran likuiditas perusahaan pada subsektor perkebunan 2. Mengetahui gambaran profitabilitas perusahaan pada subsektor perkebunan 3. Mengetahui gambaran harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan 4. Mengetahui pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan pada subsektor perkebunan 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan investor dalam menganalisis harga saham sebelum berinvestasi dengan melihat likuiditas melalui indikator current ratio dan profitabilitas melalui indikator net profit margin. 14

2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk menilai dan memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan agar dapat terlihat baik di mata investor sehingga harga saham menjadi tinggi karena banyaknya permintaan 3. Bagi Penulis dan Akademisi Penulis dapat mengetahui perbandingan antara teori dengan kenyataan yang terjadi pada perusahaan di pasar modal. Penulis lebih memahami pentingnya manajemen keuangan dan juga manajemen investasi. Untuk akademisi penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan ataupun harga saham. 15