PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK SFE DALAM PEMBELAJARAN PKn G. Heru Sukmono Email: sukmonoheru@gmail.com SDN 02 Blimbingsari Rogojampi Banyuwangi Abstract The purpose of this study is to determine the effect of the Cooperative Learning method application in Increasing Student s activeness and learning result of class V SD Blimbingsari 02 Rogojampi at duties of PKN education, authority and responsibility of state agencies in government. This research method is with this classroom action research that s performed two cycles. The results showed that the activity of students and learning result improve from before action is only 50% (medium category), after action cycle I became 66%, and after action cycle II rose again be 94%. Based on the above finding we can conclude that the application of Cooperative Learning method in Increasing Student s activeness and learning result of class V SD Blimbingsari 02 Rogojampi. Keywords: Cooperative Learning, Student s Activeness, learning result. Masih banyak ditemukan dalam proses pembelajaran, seorang guru semata-mata hanya menggunakan metode ceramah yang sifatnya teksbook (book oriented) kepada siswa. Untuk itu guru harus mampu merangsang/memotivasi siswa agar mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan membangun jaringjaring komunikasi dan interaksi belajar yang bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa. Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa untuk belajar menggunakan strategistrategi mereka sendiri. Seorang guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Menurut ehi Nasution (1998 : 9) mengumukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi belajar bertambah. Motivasi adalah usaha guru untuk membangkitkan atau mendorong kemauan anak untuk belajar (Depdikbud : 1996 : 62). Guru dalam setiap pembelajaran diharapkan menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua. Atas dasar latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah Dengan Melakukan Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa dan 927
928 JPPI, Jilid 6, mor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020 hasil belajar siswa Kelas V SD Blimbingsari 02 Rogojampi dalam pelajaran PKn tugas, wewenang serta tanggungjawab lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan.? Tujuan penelitian ini adalah untuk memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran sehingga akan memperoleh hasil yang belajar yang terabaik. KAJIAN TEORI Dalam model pembelajaran Cooperative Learning model student facilitator and axplaining (SFE) siswa di harapkan mampu untuk dapat mengemukakan pendapatnya tentang materi yang diajarkan saat itu sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Adapun kelebihan dari model pembelajaran (SFE) adalah siswa diajak untuk menerangkan kepada siswa lain untuk dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di pikiranya sehingga diharapkan dapat lebih memahami materi yang diajarkan guru. Kelemahan dari metode ini yaitu adanya pendapat yang sama antara siswa satu dengan siswa yang lain sehingga hanya sebagian siswa saja yang tampil untuk menyampaikan pendapatnya hal ini menunjukkan kurang aktifnya pembelajaran di kelas jika hanya sebagian saja siswa yang dapat mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini guru harus selalu berusaha mengkondisikan kelas agar semua siswa dapat mengemukakan pendapatnya agar semua siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut selaras dengan pendapat Gardner bahwa setiap anak secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbedabeda. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan cara dan gayanya. Menurut Agus Suprijono (2011: 103 105) metode Cooperative Learning model SFE mempunyai langkah langkah: (a) Guru mencapaikan informasi yang akan dicapai. (b) Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi. (c) Memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan / peta konsep, (d) guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa. (e) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. (f) Penutup. Peningkatan hasil belajar PKn dilakukan dengan teknik pembelajaran Cooperative Learning teknik SFE sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan peluang untuk meningkatkan aktifitas belajar bagisiswa. Penulis dalam melaksanakan PTK menggunakan langkah-langkah pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning teknik SFE sebagai berikut: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai (Tugas lembagalembaga negara), (2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi, (3) memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang lainnya,
G. Heru Sukmono, Penerapan Metode Pembelajaran 929 (4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Blimbingsari 02 Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V pada SD N Blimbingsari 02 Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Perencanaan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain penelitian tindakan (action research) yang dirancang melalui dua siklus melalui dua prosedur: (1) perencanaan (planning). (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observasi), (4) refleksi (reflection) dalam tiaptiap siklus. Penelitian tindakan ini dilaksanakan terhitung 13 Maret 2008sampaidengan 27 Maret 2008 Adapun tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yang dilaksanakan dengan dua siklus adalah seperti diuraikan berikut ini. Siklus 1: (1) Perencanaan Tindakan: adapun yang dipersiapkan peneliti dalam perencanaan pembelajaran ini adalah: (a) Menentukan mata pelajaran penelitian. (b) Membuat rencana perbaikan pembelajaran. (c) Membuat media dan perangkat pembelajaran yang diperlukan. (d) Menentukan bahan evaluasi pembelajaran. (2) Pelaksanaan Tindakan (Action): Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada hari Jumat ttanggal 23 Maret 2008 (Perbaikan pembelajaran siklus I) dan tanggal 30 Maret 2008 (Perbaikan pembelajaran siklus II). (3) Pengamtan (Observation): Observasi sering disebut pengamatan yang meliputi kegiatan-kegiatan pemusatan perhatain terhadap suatu obyek dengan menggunakans eluruh alat indra. Dalam obervasi ini menggunakan observasi untuk mencoba mempelajari dan memahami perilaku orang-orang yang terlibat. (4) Refleksi (Reflektion): Pada akhir tiap siklus diadakanrefleksi berdasarkan data observasi, dengan refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan peneliti dapat melihat sejauh mana pemeblajaran yang dilakukan guru dapat meningkatkan keefektifan siswa dan hasil belajara siswa, kendala-kendala yang menghambat, faktor apa saja yang mendorong, dan alternatif pemecahannya. Sumber data yang diambil adalah dari guru kelas dan siswa-siswa kelas IV dan peneliti. Siklus II: Kegiatan tindakan pada siklus II didasarkan atas temuan-temuan hasil dari suklus I, adapun langkah-langkah tindakan yang dilakukan sama dengan pada siklus I. Tehnik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen pengumpulan data meliputi: (1) perubahan tingkah laku siswa, (2) hasil tes formatif siswa. Tehnik analisis terhadap data dalam penelitian ini adalah secara kualitatif, Tehnik analisis data dilakukan setelah data itu diperoleh. Dalam kegiatan ini, yang telah dilakukan peneliti adalah membaca dan mempelajari secara teliti seluruh data yang telah terkumpul, berupa dari hasil kegiatan wawancara, observasi, dan dokumen-dokemen. Pada tahapan ini peneliti mencatat
930 JPPI, Jilid 6, mor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020 semua hasil penelitian tanpa membuang sedikitpun, sekalipun ada data yang kurang relevan dengan tujuan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi awal siswa kelas IV pada SD Negeri Blimbingsari 02 Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi, dapat disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Presentase Perubahan Tingkah Laku Siswa Sebelum diadakan tindakan Perilaku Menyimpang Kondisi awal Siswa % 1 Siswa dapat menyebutkan dan menjawab pertanyaan tentang tugas dan wewenang lembaga-lembaga Negara 7 61 2 Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru 3 39 3 Siswa tidak aktif mendengarkan penjelasan guru 15 50 4 Siswa aktif dalam kegiatan diskusi 5 5 Siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi 13 61 Tabel 2. Nilai formatif sebelum tindakan AnalisisHasilEvaluasi Ketuntasan Kode Siswa Nilai Tuntas Balum 1 85 V 2 65 V 3 65 V 4 80 V 5 60 V 6 65 V 7 80 V 8 85 V 9 90 V 10 65 V 11 90 V 12 85 V 13 85 V 14 65 V 15 65 V 16 85 V 17 60 V 18 65 V 1340 RATA RATA 74 Ket
G. Heru Sukmono, Penerapan Metode Pembelajaran 931 Tabel 3 Presentase PerubahanTingkahLakuSiswaHasil tindakan siklus I Perilaku Menyimpang Kondisi awal Siswa % 1 Siswa dapat menyebutkan dan menjawab pertanyaan tentang tugas dan wewenang lembaga-lembaga Negara 11 61 2 Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru 13 72,2 3 Siswa tidak aktif mendengarkan penjelasan guru 5 27,8 4 Siswa aktif dalam kegiatan diskusi 13 72,2 5 Siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi 5 27,8 Tabel 4. Nilai formatif tindakan hasil tindakan siklus I Kode siswa Nilai AnalisisHasilEvaluasi Ketuntasan Tuntas Belum 1 75 V 2 65 V 3 85 V 4 80 V 5 80 V 6 65 V 7 80 V 8 85 V 9 90 V 10 65 V 11 90 V 12 85 V 13 85 V 14 65 V 15 65 V 16 85 V 17 60 V 18 80 V 1385 Rata Rata 76,95 Ket Dari tabel di atas terlihat bahwa perubahan tingkah laku siswa dan nilai formatif siswa meningkat setelah diadakan tindakan, hal ini terliahat perbandingan antara sebleum diadakan tindakan dengan setelah diadakan tindakan. Setelah diadakan tindakan dalam siklus II, maka dapat kami sajikan tabel sebagai berikut:
932 JPPI, Jilid 6, mor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020 Tabel 5. Presentase PerubahanTingkahLakuSiswaHasil tindakan siklus II Perilaku Menyimpang Kondisi awal Siswa % 1 Siswa dapat menyebutkan dan menjawab pertanyaan tentang tugas dan wewenang lembaga-lembaga Negara 18 100 2 Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru 17 94,4 3 Siswa tidak aktif mendengarkan penjelasan guru 1 5,6 4 Siswa aktif dalam kegiatan diskusi 17 94,4 5 Siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi 1 5,6 Tabel 6. Nilai formatif tindakan hasil tindakan siklus II AnalisisHasilEvaluasi Kode Siswa Ketuntasan Nilai Tuntas Balum 1 80 V 2 85 V 3 85 V 4 90 V 5 85 V 6 65 V 7 90 V 8 85 V 9 90 V 10 80 V 11 90 V 12 85 V 13 90 V 14 80 V 15 75 V 16 85 V 17 80 V 18 85 V 1505 Rata rata 84 Ket Dari tabel di atas terlihat perubahan tingkah laku siswa dan nilai formatif sisa memilki skor rata rata 84 ini berarti sudah mencapai ketuntasan dan sudah meningkat dibanding pada siklus I. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II sebagai berikut: keaktifan siswa sebelum tindakan hanya 39%, siklus I 72,2 %, siklus II 94,4%. Demikian juga nilai formatif ada peningkatan yang sangat signifikan yaitu nilai formatif sebelum tindakan rata-rata 74, Siklus I 76,95, Siklus II 84. Hasil penelitian Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa dan hasil belajar siswa Kelas V SD Blimbingsari 02 Rogojampi dalam pelajaran PKn tugas,
G. Heru Sukmono, Penerapan Metode Pembelajaran 933 wewenang serta tanggungjawab lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan Tim FKIP. 2009. Pemantapan kemampuan professional. Jakarta: Universitas Terbuka SIMPULAN Simpulan dari penelitian tindakan ini adalah Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa dan hasil belajar siswa Kelas V SD Blimbingsari 02 Rogojampi dalam pelajaran PKn tugas, wewenang serta tanggungjawab lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan ternyata dapat meningkatkan baik itu keaktifan siswa maupun nilai formatif siswa dalam pembelajaran. Winataputra, Udin, S, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Winataputra, Udin, S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahyudin, Dinn, dkk.2007. Pengantara Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Anggoro, Toha, M, dkk. 2008.Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem Jogjakarta:. Pustaka Pelajar. Suprayekti, dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.