BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL. Yang Berjudul

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

PENDAHULUAN. SCIENTIA JOURNAL Vol.2 No.1 Mei 2013 STIKes PRIMA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. daerah kepala (Suriadi & Rita Yulaini, 2001). Salah satu faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pada kelompok umur tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 34

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

IGD RSUD CIBINONG MEMBERIKAN LAYANAN TRIASE SERDADU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan sekunder yang utama, akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya, mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor, dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang menimbulkan korban jiwa. Korban meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan korban luka-luka/cacat lebih dari 30 juta per tahun, 50 % diantaranya menderita cedera kepala. Sedangkan menurut Bararah & Jauhar (2013), kecelakaan dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 % dan 29,8 % per 100.000 populasi. Berdasarkan kajian Depkes (2005), di Indonesia kecelakaan kendaraan bermotor mencapai 13.339 kejadian yang mengakibatkan kematian 9.865 jiwa, luka berat 6.143 jiwa serta luka ringan 8.694 jiwa. Dari semua kasus kecelakaan kendaraan bermotor, 50 % adalah berupa cedera kepala. (dalam Susilawati, 2010). Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. Sampai saat ini penyebab utama cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, banyak penyebab lainnya, seperti kecelakaan pada waktu kerja, pada saat olahraga, kecelakaan karena kejatuhan benda tumpul, maupun kecelakaan karena seringnya 1

terjatuh atau membentur benda-benda keras. Semua ini bisa menyebabkan terjadinya cedera pada kepala, terutama pada bagian otak yang merupakan organ vital pengendali sistem tubuh. (Hernata, 2013) Pertimbangan paling penting pada cedera kepala manapun adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna. Sel-sel serebral membutuhkan suplai darah terus-menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih diakibatkan karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja, kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi (Smeltzer & Bare, 2013). Oleh karena itu, kecepatan waktu tanggap penanganan awal pasien dengan cedera kepala sangat mempengaruhi tingkat kerusakan otak. Menurut Susilawati (2010), kemampuan bertahan hidup pasien cedera kepala dapat ditingkatkan yaitu dengan melakukan penanganan awal yang tepat, mempercepat waktu prehospital, yaitu waktu dari terjadinya kecelakaan sampai dengan kedatangan di IGD dan dengan mencegah terjadinya hipotensi (tekanan sistolik 90 mmhg) yang merupakan akibat tambahan yang menyertai cedera kepala. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas 1.033 Rumah Sakit Umum (RSU) dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000. Sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 atau sebanyak 2

13,3 % dari total seluruh kunjungan di RSU. Dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12 % berasal dari pasien rujukan (Kepmenkes No.856, 2009). Sementara itu berdasarkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, prevalensi cedera nasional adalah sebanyak 8,2 % dimana hasil tersebut meningkat dari tahun 2007 yang prevalensinya 7,5 %. Sedangkan presentasi penyebab cedera karena kecelakaan transportasi darat berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup tinggi, dari sebelumnya pada tahun 2007 25,9 % menjadi 47,7 % pada tahun 2013. Pada provinsi Gorontalo sendiri prevalensi cedera sebanyak 9,0 % pada tahun 2013, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Bone Bolango yaitu sebanyak 11 %, diikuti oleh Kota Gorontalo sebanyak 10,8 %, dengan prevalensi penyebab cedera karena sepeda motor yaitu sebanyak 44,8 %. Data dari RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, cedera otak 3 tahun terakhir masuk 10 besar kasus terbanyak dengan rata-rata 204 kasus (materi semi nar Manajemen Neurologis Trauma Kapitis, 2014). Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data pasien yang mengalami cedera kepala yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe (RSAS) Kota Gorontalo dan RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango pada 10 bulan terakhir sebanyak 350 pasien, dengan rata-rata pasien cedera kepala per hari sebanyak ±3 pasien. Jumlah perawat yang bekerja di IGD Bedah RSAS sebanyak 15 dan IGD RSUD Toto sebanyak 17 perawat, yang semuanya sudah bersertifikasi pelatihan gawat darurat BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support). 3

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan IGD RSAS, beliau mengatakan bahwa instalasi gawat darurat RSAS sebagai pusat rujukan pasien di Kota Gorontalo, dengan pelayanan prima yang mempunyai waktu tanggap kurang dari 5 menit. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Maret 2015, didapatkan hasil, dari 5 pasien yang masuk ke IGD, 2 pasien dilayani dengan waktu tanggap kurang dari 5 menit dan 3 pasien dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit. Pasien yang dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit dikarenakan jumlah perawat saat itu kurang memadai untuk memberikan pelayanan pada pasien yang masuk secara berurutan. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Wa Ode Nur Isnah, dkk pada tahun 2012 didapatkan hasil faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap adalah ketersediaan stretcher dan petugas triase. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Vitrise Maatilu, dkk pada tahun 2014, didapatkan hasil faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap antara lain, usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, dan motivasi. Pentingnya waktu tanggap gawat darurat pasien dalam upaya mempertahankan keselamatan pasien yang datang di Instalasi Gawat Darurat (IGD) khususnya cedera kepala dan berdasarkan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo. 4

1.2 Identifikasi Masalah a. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. b. Korban meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan korban luka-luka/cacat lebih dari 30 juta per tahun, 50 % diantaranya menderita cedera kepala. c. Prevalensi cedera di Kota Gorontalo berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2013 sebanyak 10,8 %, dengan prevalensi penyebab cedera karena sepeda motor yaitu 44,8 %. d. Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe 3 tahun terakhir cedera otak masuk 10 besar kasus terbanyak dengan rata-rata 204 kasus. e. Berdasarkan hasil observasi awal di IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe didapatkan hasil dari 5 pasien yang datang ke IGD, 3 pasien dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan masalah : Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo? 5

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 1.4.2. Tujuan Khusus : 1. Megetahui gambaran waktu tanggap perawat dalam menangani pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 2. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 3. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 4. Mengetahui hubungan antara lama kerja dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan Rumah Sakit serta dapat menjadi evaluasi dalam pemberian pelayanan pasien berdasarkan waktu tanggap khususnya pada pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 6

2. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada perawat sehingga dapat meningkatkan pelayanan pasien yang masuk di IGD dengan meningkatkan waktu tanggap khususnya pada pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan sumber data untuk penelitian selanjutnya, dan sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai waktu tanggap pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 4. Bagi Peneliti Seluruh proses penelitian ini dijadikan sebagai proses dan pengalaman belajar serta menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di pendidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan mengenai waktu tanggap pasien cedera kepala di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo. 7