FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Zona Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo Di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI PULAU MAITARA KOTA TIDORE KEPULAUAN. Oleh: Henny Haerani G

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG

Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI...

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi. Oleh: ISMAN HANAFI

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER Cinditya Estuning Pitrayu Nastiti 1, Ema Umilia 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email: ema_umilia@urplan.its.ac.id Abstrak Di setiap wilayah yang sedang berkembang pasti memiliki suatu permasalahan yang dapat menghambat proses perkembangan itu sendiri. Kabupaten Jember yang saat ini memiliki banyak potensi dari keindahan alamnya, namun belum dikembangkan secara maksimal, khususnya pada kawasan bahari yang masih belum terkemas. Hal ini menunjukkan bahwa pengemasan DTW satu dengan yang lainnya tidak dilakukan secara merata. Oleh sebab itu perlu ditemukannya faktor pengembangan untuk kawasan bahari di Kabupaten Jember agar perkembangannya dapat dilakukan secara merata. Dalam penentuan faktor pengembangan akan digunakan teknik analisa Delphi dengan melibatkan para stakeholder sebagai responden. Teknik analisa ini dilakukan dengan dua tahap karena pada tahap pertama ditemukan satu faktor yang perlu di iterasi sehingga perlu dilakukan anlaisa Delphi tahap dua. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sepuluh faktor pengembangan yaitu daya tarik, prasarana dan sarana, partisipasi, kelembagaan, kualitas, kesempatan, perlindungan sumberdaya, kebijakan dan pemasaran. Diharapkan dengan ditemukannya faktor pengembangan ini pengembangan bahari di Kabupaten Jember dapat dilakukan secara merata. Kata Kunci : bahari, faktor pengembangan I. PENDAHULUAN sebagian besar wilayah di Indonesia terdiri atas lautan yang memiliki peran penting sebagai kebutuhan dasar manusianya. Wilayah pesisir yang bersinggungan langsung dengan laut memiliki sumberdaya yang cukup potensial yang didukung dengan adanya garis pantai sekitar 81.000 Km yang diungkapkan oleh penelitian terdahulu (Dahuri dalam Yuniarti 2007). Dalam pengembangan suatu wilayah dibutuhkan berbagai aspek yang memiliki peran penting terlebih untuk pendapatan daerah. Kemajuan pendapatan daerah pada wilayah pesisir, mengacu pada sektor pari.[8] Saat ini yang banyak diminati oleh baik lokal maupun non local yakni yang mengarah ke alam. Salah satu jenis alam yang sekarang ini banyak menghasilkan wan lokal maupun asing yaitu bahari. Dapat diartikan bahari adalah salah satu jenis pari yang memiliki objek sajian meliputi alam dan berhubungan dengan sumberdaya air. Bisa juga dijelaskan bahwa bahari berarti kegiatan berpergian yang bertujuan untuk menikmati alam laut. Wilayah Jember yang bersinggungan langsung dengan laut ternyata memiliki banyak potensi yang cukup besar (Jember Post, 2009). [9] Pada dasarnya setiap wilayah pasti memiliki kendala dalam meningkatkan potensi wilayahnya dari berbagai aspek. Kendala yang dialami oleh Kabupaten Jember yaitu kurangnya pengemasan objek bahari secara merata. Selain itu ditemukan juga kurangnya penyediaan infrastruktur yang cukup untuk mengkaitkan antara satu ODTW dengan ODTW yang lainnya (RTRW Kabupaten Jember, 20082028). Dalam hal ini perlu adanya penelitian terkait faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan berbagai kendala yang dapat menghambat pengembangan objek bahari di Kabupaten Jember. II. METODE PENELITIAN II.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner, pengamatan lapangan dan melakukan wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan terhadap delapan responden. Sedangkan untuk survey sekunder dilakukan melalui survey instansional dan tinjauan media, yaitu mengkoleksi datadata yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan. II.2 Metode Analisis Untuk menentukan faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember dilakukan dengan analisis delphi. Awalnya perlu dilakukan perumusan faktor terlebih dahulu yang diperoleh dari indikator pada tinjauan pustaka. dari langkahlangkah berikut :

2 A. Identifikasi Komponen Pari Identifikasi Komponen Pari dilakukan dengan analisa deskriptif dari beberapa teori yang berpengaruh terhadap komponen pari dari tinjauan pustaka. Dalam analisa ini, teoriteori yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan bahari yaitu teori komponen bahari yaitu: Tabel 1 Indikato r Daya Tarik Sarana dan prasaran a Kajian Komponen dalam Pari Intosh Inskeep Musenaf (1995) (1995) (1991) S.D. Alami Atraksi Kondisi S.D. Atraksi budaya Akomodasi pelayanan Sarana Prasarana dasar Infrastruktur Aksesibilitas Moda Transportasi Aksesibilitas Partisipa si Aktivitas Masyara kat Kelemba gaan Lembaga pengelola Sumber: Hasil kajian dari berbagai sumber,penulis,2013 sehingga diperoleh indikator yang menghasilkan variabel sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Sintesa Indikator dan Variabel Komponen Kawasan Wisata Bahari Indikator Variabel Sumber daya Alam Keberadaan sumberdaya laut / ekosistem laut Kondisi ekosistem laut Kebudayaan hidup Keberadaan kebudayaan hidup Keunikan kebudayaan hidup Keberadaan pertunjukan Sarana prasarana Utilitas Akomodasi pelayanan bahari Aksesibilitas Ketersediaan sarana transportasi Jaringan jalan Partisipasi Aktivitas sekitar yang berhubungan dengan kegiatan Kelembagaan Adanya suatu lembaga dalam pengelolaan Dari analisa yang dihasilkan yaitu indikator dan variabel komponen pari akan di gunakan juga kedalam kajian pengembangan pari untuk menemukan faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. B. Identifikasi Pengembangan Pari Identifikasi Pengembangan Pari dilakukan dengan analisa deskriptif dari beberapa teori yang berpengaruh terhadap komponen pari dan pengembangan pari dari tinjauan pustaka. Dalam analisa ini, teoriteori yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan bahari yaitu teori komponen bahari dengan yaitu: Tabel 3 Kajian Pengembangan Kawasan Wisata Berdasarkan Studi Terkait Indikator Peningka tan kompone n Sumber daya manusia Utama (2006) Meningka tkan daya tarik, akses, fasilitas Meningka tkan permintaa n Arison (2006) Peningkatan kualitas sarpras meningkatkan kerjasama Peningkatan kualitas SDM Investasi Memberikan kesempatan lingkung an Perlindu ngan sumber daya Kebijaka n Sistem Pemasar an Sumber: Hasil kajian dari berbagai sumber,penulis,2013 Dari kajian teori komponen pari dan pengembangan pari yang telah dihasilkan, maka diperoleh sintesa indikator yang menghasilkan variabel sebagai berikut : Tabel 4 Hasil Sintesa Pustaka Indikator dan Variabel Pengembangan Kawasan Wisata Indikator Variabel Peningkatan Daya tarik komponen Sarana prasarana Transportasi Partisipasi Kelembagaan Investasi Kesempatan Marpaung (2002) Maping Pengembang an Obyek Selatan Jember (2009) Peningkatan Memperhatik daya tarik, an kebutuhan fasilitas pengunjung (akomodasi, akan sarpras penginapan, usaha makanan), hiburan Kemudahan akses ke tempat Menjaga Konservasi Adanya kebijakan Peningkatan strategi pemasaran yang berpengaruh terhadap daya saing jumlah wan

3 Indikator Variabel Peningkatan Perlindungan Konservasi Pelestarian ekosistem Kebijakan kebijakan Pemasaran Strategi pemasaran obyek Dari tinjauan dua teori di atas, maka dapat dirumuskan indikator dan variabel yang digunakan sebagai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember yaitu: Tabel 5 Inventarisasi Indikator dan Variabel dalam Penelitian Pustaka Indikator Variabel Komponen Daya tarik Keberadaan Pari dan dan kondisi alam Keberadaan kebudayaan Sarana Utilitas prasarana Akomodasi pelayanan Pengembangan bahari Aksesibilitas Ketersediaan sarana transportasi Jaringan jalan Partisipasi Jenis aktivitas Kelembagaan Adanya peran lembaga dalam pengelolaan Peningkatan Daya tarik komponen Sarana prasarana Transportasi Partisipasi Kelembagaan Investasi Kesempatan Perlindungan Peningkatan Konservasi Kebijakan kebijakan Pustaka Indikator Variabel Pemasaran Strategi pemasaran Berdasarkan indikator dan variabel dari teori pengembangan pari, maka akan digunakan hasil indikator sebagai acuan perumusan faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember menggunakan teknik analisa Delphi dengan menyebarkan kuesioner kepada para stakeholder. III. HASIL DAN DISKUSI III.1 Identifikasi Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Kabupaten Jember Untuk mengidentifikasi faktor pengembangan kawasan bahari dilakukan dengan menggunakan teknik analisa Delphi dan melibatkan responden, yang diterapkan dalam analisa stake holder sebelumnya. Para responden mengeluarkan pendapat mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap kebutuhan faktor pengembangan yang telah dirumuskan untuk pengembangan kawasan bahari yang terintegrasi di Kabupaten Jember. A. Analisa Delphi Tahap 1 Berikut merupakan hasil eksplorasi pendapat dari responden mengenai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Dari hasil eksplorasi Delphi tahap 1 diperoleh pendapat dari para responden mengenai kebutuhan faktor pengembangan bahari di Kabupaten Jember. Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan uraian mengenai hasil eksplorasi para responden : 1. Pembentuk daya tarik Semua responden setuju bahwa daya tarik suatu kawasan yang terkait dengan keberadaan serta kondisi dari sumberdaya alam dan sumberdaya budaya untuk diadakan. Kebanyakan, para responden memiliki pemahaman yang sama bahwa daya tarik merupakan sebuah poin penting yang harus dimiliki oleh setiap kawasan bahari agar dapat menarik minat para wan untuk mengunjungi kawasan bahari di Kabupaten Jember. 2. Ketersediaan prasarana Seluruh responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan prasarana dalam suatu kawasan perlu dijadikan sebagai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Alasan yang diungkapkan oleh para responden juga cukup memperlihatkan bahwa kondisi prasarana bahari di Kabupaten Jember tidak layak bahkan tidak semua kawasan terfasilitasi dengan prasarana yang cukup.

4 3. Ketersediaan sarana Ketersediaan sarana disini berkaitan dengan adanya fasilitas penunjang dan fasilitas seperti akomodasi, aksesibilitas dan galerigaleri yang berisikan cirri khas dari masingmasing kawasan. Dari ke delapan responden mengungkapkan kesetujuannya mengenai ketersediaan sarana tersebut. Selain dapat mempermudah akses para wan dengan tersedianya transportasi umum, dikarenakan juga akses transportasi menuju ke kawasan bahari di Kabupaten Jember yang menggunakan kendaraan pribadi. Untuk akomodasi seperti penginapan dan rumah makan tidak semua tempat memilikinya. 4. Partisipasi Dari delapan responden di atas menyatakan setuju dengan adanya partisipasi yang mendukung kegiatan di kawasan bahari. Mereka menjelaskan bahwa partisipasi sangat menguntungkan baik untuk pengelola, pengunjung, pemerintah hingga kepada msyarakatnya sendiri. Dengan bergabungnya ke dalam kegiatan tersebut, juga akan mendapatkan penghasilan dari kebudayaan lokal yang ada di kawasan yang bisa ditunjukkan oleh sekitar kawasan. Bisa dengan mempertunjukkan adat istiadat seharihari di daerah masingmasing. 5. Kelembagaan Satu dari delapan responden menyatakan tidak setuju dengan adanya peran serta suatu lembaga sebagai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Salah satu responden yang menyatakan tidak setuju menjelaskan bahwa sebaiknya untuk peningkatan, pengelolaan dan pengembangan di kawasan cukup dipegang dan dikendalikan oleh satu badan pengelola saja. Di sisi lain, tujuh responden yang setuju menyatakan bahwa peran serta suatu lembaga sangat dibutuhkan dalam pengembangan kawasan bahari. 6. Kesempatan Seluruh responden menyatakan setuju bahwa diperlukan adanya kesempatan para investor yang ingin mengembangkan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Selain dapat menunjang pengembangan dan pengelolaan kawasan, segala kendala dalam pembiayaan juga dengan mudah dapat teratasi dalam pengembangannya. 7. disini terkait dengan yang ada di kawasan seperti penurunan jumlah sampah dan penjagaan keasrian kawasan. Dari delapan responden di atas, mereka semua menyatakan setuju jika kualitas di masukkan ke dalam faktor pengembangan kawasan, mereka beralasan bahwa faktor utama yang menjadikan wan ingin kembali adalah kenyamanan, keindahan, dan kawasan. 8. Perlindungan sumberdaya Semua responden setuju jika perlindungan sumberdaya dijadikan sebagai faktor pengembangan. Hal ini karena sumberdaya yang ada di kawasan bahari merupakan aset utama kawasan tersebut yang berhubungan dengan daya tarik bagi para wan untuk berkunjung. 9. Kebijakan Kebijakan yang dimaksud disini yaitu peraturan dari pemerintah daerah yang mendukung pengembangan kawasan bahari. Semua responden menyatakan setuju dengan adanya kebijakan dari pemerintah terkait pengembangan kawasan. 10. Pemasaran Seluruh responden mengungkapkan bahwa mereka setuju dengan adanya pemasaran yang digunakan sebagai faktor pengembangan. Hal ini dikarenakan pemasaran yang ada saat ini hanya di prioritaskan kepada satu kawasan bahari saja sehingga tidak adanya pemerataan dalam hal pemasaran. Berdasarkan penjabaran hasil kuesioner tahap 1 mengenai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember dapat disimpulkan bahwa satu dari sepuluh faktor pengembangan tidak disetujui oleh salah satu responden sebagai arahan pengembangan kawasan bahari yang terintegrasi di Kabupaten Jember. Dari hasil tersebut maka diperlukan iterasi atau pengulangan kembali kuesioner tahap 2. B. Analisa Delphi Tahap 2 Untuk mendapatkan kesepakatan dari responden mengenai faktor pengembangan yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan di kawasan bahari di Kabupaten Jember, dilakukan kuesioner tahap 2. Berikut merupakan hasil eksplorasi pendapat dari responden mengenai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember tahap 2. Dari hasil kuesioner tahap kedua akhirnya didapatkan kesepakatan dari seluruh responden mengenai faktor pengembangan yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan di

5 kawasan bahari di Kabupaten Jember. Alasan responden yang mengubah pilihan dari kuesioner 1 ke kuesioner 2 yaitu responden yang pada awalnya menyatakan tidak setuju kemudian mengubah pernyataan menjadi setuju disebabkan karena alas an yang diungkapkan pada kuesioner sebelumnya bukan bermaksud untuk mengungkapkan ketidak setujuan melainkan kesetujuan namun dengan maksud agar kelembagaan untuk peningkatan, pengelolaan dan pengembangan di kawasan cukup dipegang dan dikendalikan oleh satu badan pengelola saja. Berdasarkan hasil iterasi kedua didapatkan kesepakatan dari responden bahwa faktor kelembagaan dibutuhkan sebagai faktor pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. IV.KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Jember memiliki potensi bahari yang menonjol, namun pengembangan pada tiap DTW tidak merata dan kurangnya penyediaan infrastruktur yang membuat pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember terhambat. Untuk itu terdapat sepuluh faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan bahari di Kabupaten Jember. Faktor tersebut meliputi daya tarik, prasarana dan sarana, partisipasi, kelembagaan, kualitas, kesempatan, perlindungan sumberdaya, kebijakan dan pemasaran. Diharapkan dari sepuluh faktor ini dapat digunakan untuk rencana pengembangan bahari di Kabupaten Jember. [3] Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning: An Integrated Sustainable Development [4] Mc. Intosh. (1995). Tourism Principles, Practices, Philosophies [5] Musenaf,Drs. (1995). Manajemen usaha pari Indonesia,jakarta : Penerbit PT. Toko Gunung Agung [6] Pendit, I Nyoman, S. (1999). Ilmu Pari, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita, cetakan keenam (edisi revisi) [7] Kantor Pari dan Kebudayaan Kabupaten Jember. 2009. Mapping Pengembangan Obyek Wisata Kawasan Selatan Kabupaten Jember [8] Yuniarti (2007). Karya Tulis Ilmiah: Pengelolaan Wilayah Pesisir Di Indonesia (Studi Kasus: Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau). Jatinangor: Universitas Padjadjaran [9] JemberPost.com (2009). Bupati Djalal:Masyarakat Harus Punya Rasa Memiliki. Diunduh tanggal 22 Oktober 2012, dari: http://bupati%20djalal%20%20%20masyarakat%20 Harus%20Punya%20Rasa%20Memiliki%20_%20Port al%20berita%20jember%20terkini.htm UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, karunia dan tuntunannya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Di Kabupaten Jember ini dapat terselesaikan. Dengan terselesaikannya laporan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pari Kabupaten Jember serta para responden yang telah memberikan bantuan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten jember (2008) Direktori Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Jember 20082028 [2] Arison, Akhmad. (2006). Pengembangan Pari (Belajar dari Kamboja). Disampaikan pada Semiloka Transportasi IndonesiaKamboja WorkshopSeminar Transportation between IndonesiaCambodia