BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

ANALISIS KANDUNGAN BORAKS DAN Escherichia coli PADA JAJANAN BAKSO SAPI YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan jajanan ini banyak di temui di mana-mana. Mulai dari pedagang bakso keliling sampai ke restoran mewah. Bakso biasanya di sajikan sebagai makanan bersama dengan mie, kuah kaldu serta sayur dan bumbu sebagai pelengkapnya. Sehingga dalam semangkuk mie bakso sudah terdapat karohidrat, dan vitamin. Dalam pengolahan makanan diharapkan agar makanan yang kita olah dapat menjadi makan yang disukai, baik serta aman untuk di konsumsi. Menurut KEPMENKES No. 942/Menkes/SK/VII/2003 Pasal 1 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang di olah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk di jual bagi umum selain disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Karena itu pada prosesnya seringkali di lakukan penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau Bahan Tambahan Pangan (BTP). Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif untuk masyarakat.

Penyimpangan dalam pemakaiannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda penerus bangsa. Di bidang pangan, kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman di konsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamananan pangan (food safety) dan pembangunan gizi nasional ( food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan bahan tambahan makanan (Cahyadi, 2009:275). Menurut KEPMENKES No. 942/Menkes/SK/VII/2003 Pasal 6 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Penggunaan bahan tambahan makananan dan bahan penolong yang digunakan dalam mengolah makanan jajanan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Saat ini BTP sulit kita hindari karena kerap terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari hari, khususnya pada pangan olahan. Apalagi penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang melebihi batas maksimum penggunaan dan bahan tambahan kimia yang di larang dan berbahaya sering menjadi isu yang hangat di masyarakat. Adapun bahan tambahan makanan yang biasa digunakan seperti bahan pengawet, pengenyal, pewarna dan lain lain. Beberapa bahan tambahan makanan yang sering disalahgunakan dalam pengolahan makanan jajanan karena bersifat toksis dan berbahaya bagi kesehatan seperti boraks, formalin, dan rhodamine B. Saat ini banyak penjual jajanan makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang di larang.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jansen Silalahi dkk 2010 yang berjudul Pemeriksaan Boraks didalam Bakso di Medan Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks. Kadar boraks yang ditemukan berkisar antara 0,08-0,29% dari berbagai lokasi yang diteliti. Pada dasarnya ada beberapa alasan mengapa produsen makanan menambahkan BTP dalam produk mereka. Misalnya, pengawetan akan menjadikan makanan dapat disimpan berhari hari, bahkan berbulan bulan. Dengan demikian sangat jelas menguntungkan para pedagang. Penggunaan BTP ini juga berfungsi sebagai daya tarik makanan itu sendiri sehingga menambah minat konsumen. Selain itu juga kedua bahan ini lebih mudah didapat dan harganya yang relatif murah di bandingkan bahan pengawet yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Boraks mempunyai efek toksik atau keracunan, gejalanya dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, rash erythematous, bahkan dapat menimbulkan shock. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram (Cahyadi, 2009: 253). Menurut PERMENKES NOMOR 033 TAHUN 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan Lampiran II asam borat dan senyawanya borid acid dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Bila sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam tubuh akan tersimpan secara akumulatif yang akhirnya dapat bersifat sebagai karsinogen.

Selain bahan tambahan pangan yang dilarang, yang saat ini menjadi isu hangat di masyarakat terdapat juga kontaminasi bakteri pada makanan. Sanitasi makanan yang buruk disebabkan faktor mikrobiologis karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut (Ricky, 2005:105). Salah satu kontaminan yang paling banyak ditemui pada makanan yaitu bakteri Coliform, Escherichia coli dan Faecal coliform. Makanan yang sering terkontaminasi biasanya adalah daging ayam, daging sapi dan makanan olahan daging, makanan hasil laut, telur dan produk olahan telur, sayuran, buah dan sari buah. Kontaminasi yang terjadi pada makanan diakibatkan oleh beberapa faktor seperti : kurangnya higyne sanitasi yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat serta peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan yang tidak bersih. Escherichia coli adalah spesies bakteri yang ditemukan dalam usus manusia dan hewan sehat dan diperlukan untuk membantu dalam pemecahan selulosa dan penyerapan vitamin K yang membantu pembekuan darah. Namun, bakteri ini seringkali juga menjadi penyebab diare dan sering digunakan sebagai mikroorganisme indikator sanitasi, terutama dalam pengujian kualitas air dan untuk menilai sanitasi pada industri pengolahan pangan. Sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI) No.7388:2009 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan khususnya dalam produk olahan daging yaitu Colifrom (<3/g).

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Susanna dan Budi Hartono, 2003 yang berjudul Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak Dan Gado-Gado Di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa 75% sampel yang diperiksa terkontaminasi dengan E. coli. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan (Ricky, 2005:104). Dari survey awal yang dilakukan jumlah penjual jajanan bakso dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo berjumlah 9 penjual jajanan bakso, yang terdiri dari 3 kantin, dan 6 gerobak pangsit. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ismiati Abdulah, 2008 yang berjudul hygiene sanitasi serta kandungan mikroba pada kecap manis yang digunakan di kantin yang ada di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa dari 10 kantin yang ada dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo ada 8 kantin yang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasinya. Data Surveilans Keamanan Pangan Badan POM RI tahun 2010 penyalahgunaan formalin sebesar 4,89%, dan boraks sebesar 8,80%. Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Badan POM Provinsi Gorontalo pada tahun 2011melakukan survey pada jajanan pangan anak sekolah BPOM provinsi gorontalo menemukan 198 sampel mengandung formalin, 42 sampel mengandung Rhodamine B, 120 sampel mengandung Methanil Yellow dan 226 sampel jajanan anak sekolah mengandung boraks. Pada tahun 2011 BPOM Provinsi Gorontalo menemukan 1 sampel bakso yang terkontaminasi coliform. Karena sampai sejauh ini belum ada data yang pasti mengenai kesehatan

makanan jajanan yang dijual di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo khususnya kandungan boraks dan kandungan E. coli. Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Boraks dan Keberadaan E. coli pada Jajanan Bakso yang Dijual Di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. 1.2. Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi identifikasi dari penelitian ini adalah : 1. Bakso merupakan salah satu jajanan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Meskipun bakso sangat memasyarakat, nyatanya pengetahuan masyarakat mengenai bakso yang aman dan baik dikonsumsi masih kurang. Buktinya, bakso yang mengandung boraks atau formalin masih banyak beredar dan tetap dikonsumsi. 2. Menurut PERMENKES NOMOR 033 TAHUN 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan asam borat dan senyawanya (Boric Acid) dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Batas Cemaran Mikroba Dalam Pangan khusunya dalam produk olahan daging yaitu (<3/g). 3. Pada tahun 2011 BPOM provinsi gorontalo menemukan 226 sampel jajanan pangan anak sekolah mengandung boraks. 4. Pada tahun 2011 BPOM Provinsi Gorontalo menemukan 1 sampel bakso yang terkontaminasi coliform.

5. Jumlah penjual jajanan bakso dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo berjumlah 9 penjual jajanan bakso, yang terdiri dari 3 kantin dan 6 gerobak pangsit. 1.3 Rumusan Masalah Dari uraian diatas adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu Apakah terdapat boraks dan kandungan E. coli pada Jajanan Bakso yang Dijual Di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengindetifikasi boraks dan kandungan E.coli pada jajanan bakso yang dijual di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui boraks pada jajanan bakso yang dijual di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. 2. Untuk mengetahui kandungan bakteri E. coli pada jajanan bakso yang dijual di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber pengetahuan atau tambahan informasi mengenai bahan tambahan pangan yang berbahaya dan dilarang PERMENKES NOMOR 033 TAHUN 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan dan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan SNI 7388:2009, khususnya dalam produk olahan daging. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi instansi terkait seperti BPOM Provinsi Gorontalo lebih meningkatkan pembinaan terhadap penjual makanan jajanan dan bahaya penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang dan lebih memperhatikan lagi kebersihan dalam pengolahan makanan. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahaya boraks pada kesehatan yang digunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan dan lebih teliti lagi dalam membeli makanan jajanan. 3. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan pangan yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan.