BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan social. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik. yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan. Hal ini tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa metode dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek. Pendidikan kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, objektif, dan logis. Sehingga masih banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat pula meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang berkualitas. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa maju tidaknya suatu negara bergantung pada kondisi pendidikan yang terjadi pada 1

2 negara tersebut. Mengingat setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sebagaimana tercantum dalam Sistem Pendidikan Nasional. 1 Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dijelaskan bahwa pendidikan di Indonesia menganut sistem pendidikan seumur hidup dan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Dalam hal ini yang dimaksud manusia yang memiliki keseimbangan, keserasian, dan keselarasan seumur hidup yaitu antara kehidupan jasmani dan rohani. 2 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3 Dalam hal ini di dunia pendidikan terdapat beraneka ragam kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya. Kegiatan pendidikan itu amat banyak macamnya, antara lain disebabkan beraneka ragamnya segi kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan. Maka dapat dijelaskan pendidikan adalah suatu usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. 4 1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 50. 2 Tim Dosen FIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hal. 42 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 3 4 Achmad Patoni, Metodologi pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), hal. 12.

3 Pada dasarnya pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Untuk mewujudkan hal ini, maka proses pendidikan selalu berkaitan erat dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. 5 Dijelaskan juga bahwa pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. 6 Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan adalah terbentuknya kecerdasan dan keterampilan seseorang yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya masa depan bangsa dan negara ditentukan sejauh mana pendidikan bangsa Indonesia dan seberapa kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk dapat membangun negaranya agar mampu dan berkembang. Oleh sebab itulah berkembangnya suatu pendidikan sangat berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang sukses dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan 61. 5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 57. 6 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV Alfabeta, 2005), hal.

4 tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar dan yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru sekolah dasar adalah pihak yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dipesatnya jaman perkembangan teknologi. Guru sekolah dasar dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkan semua. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang variatif masih kurang mendominasi dan guru cenderung menggunakan model yang monoton pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru profesional. Oleh sebab itulah dalam suatu proses pembelajaran diperlukan guru profesional agar tujuan dalam pembelajaran sesuai dengan apa yang diinginkan. Guru profesional adalah guru yang mempunyai keahlian khusus sehingga dapat mengembangkan keahliannya tersebut disertai dengan visi

5 yang tepat dan diiringi dengan inovasi. 7 Guru profesional harus dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran yang diberikan serta menggunakan model yang bervariasi. Profesionalisme seorang guru juga merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan pengembangan manusia termasuk gaya belajar. 8 Berdasarkan pengertian di atas bahwa guru profesional harus mampu memberikan motivasi, inovasi serta dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri sehingga bertujuan untuk mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan. Selain itu dapat diketahui bahwa keberhasilan pelaksanaan program pengajaran di sekolah berhubungan erat dengan sikap profesionalisme guru. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam usaha meningkatkan prestasi siswanya. Dalam hal belajar, sikap profesionalisme guru sangat penting dan merupakan syarat mutlak untuk guru. Dengan adanya guru profesional seperti ini, maka dapat diharapkan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti halnya pada mata pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang 7 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), hal. 6. 8 Ibid., hal. 18.

6 berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. 9 Dengan demikian mata pelajaran IPS harus mampu membawa kemajuan sesuai yang diharapkan, tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan, salah satu pelajaran yang kurang disenangi oleh siswa adalah IPS. Hal tersebut disebabkan karena materimateri IPS membosankan dan bersifat abstrak sehingga siswa sulit memahami. Selain itu perlu diingat bahwa peranan metode mengajar sangat penting bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Saat ini berhasil tidaknya siswa dan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata pelajaran IPS kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan adalah 7,0, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS masih di bawah KKM. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran 9 Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 194.

7 selama ini metode mengajar yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah yang monoton. Dalam metode ceramah siswa hanya belajar di kelas, menerima materi yang diberikan guru dan siswa cukup mendengarkan materi sehingga pembelajaran hanya berjalan satu arah. Selain itu dalam metode ceramah ini siswa dituntut untuk menghafal definisinya dan mengingat penggunaanya untuk menyelesaikan soal. Padahal siswa yang selalu dijejali dengan konsepkonsep dalam materi tersebut belum tentu akan dapat mengingatnya terus. Mereka memiliki pengalaman nyata dan tidak dapat menangkap makna pengertian yang terkandung dalam definisi konsep tersebut. Kreativitas siswa pun tidak berkembang. Metode ceramah memang cukup praktis dan tidak membutuhkan biaya yang mahal hanya mengandalkan kemampuan lisan seorang guru. Metode ceramah juga cenderung membuat siswa bosan dan jenuh menerima pelajaran di kelas, siswa menjadi pasif karena siswa hanya menerima materi pelajaran dari guru dan siswa tidak terlalu banyak terlibat dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh sebab itu guru kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan merasakan bahwa ketika melakukan pembelajaran kepada siswa tentang materi tersebut siswa hampir semuanya memahami materi, namun ketika dilakukan tes ternyata masih banyak siswa yang mengalami ketidaktuntasan dalam materi ini. Berdasarkan masalah yang seperti itulah, maka guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan membuat rancangan

8 pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Oleh karena itu diharapkan adanya perubahan cara belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS yakni dengan adanya pembelajaran kooperatif sebagai alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan ketuntasan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar dan bekerja sama dengan anggota lainnya. 10 Pembelajaran kooperatif ini mengenal berbagai macam tipe, salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan akademik adalah tipe Think-Pair-Share (TPS). Tipe ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. 11 Think-Pair-Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan suatu cara efektif untuk membentuk variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi 10 Rusman, Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:PT Rajagrafindo persada. 2011), hal. 203. 11 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta:PT Rajagrafindo persada. 2007), hal. 367.

9 membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair and Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir untuk merespon dan saling membantu. Pembelajaran model ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159 yang berbunyi: Yang artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-nya. 12 Maksudnya, musyawarah merupakan upaya memecahkan masalah bersama untuk menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama yang secara bulat disepakati. Maka setelah kesepakatan usai harus dilakukan dengan penuh tawakkal. Jadi dalam pembelajaran model kooperatif tipe Think Pair and Share terjadi proses diskusi atau bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Sedangkan guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa hanya membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah 2004), hal. 64 12 Departemen Agama RI, Alqur andanterjemahanjuz 1-30, (Surabaya: Mekar Surabaya,

10 dijelaskan dan dialami. 13 Dalam pembelajaran ini siswa dikelompokkan secara berpasangan masing-masing memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk memberikan waktu yang lebih banyak pada siswa untuk berpikir serta merespon sehingga dapat pembelajaran. Alasan peneliti mengambil penelitian pada kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung dengan materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA), dikarenakan pada waktu observasi peneliti mendapatkan materi sesuai dengan jadwal kurikulum yang ada pada sekolah dan diperoleh informasi dari guru bidang studi IPS kelas IV bahwa materi ini sulit bagi siswa untuk dipahami dan membosankan maka dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada MI Thoriqul Huda Kromasan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pembelajaran di sana sudah menerapkan sistem belajar kelompok akan tetapi dalam dalam satu kelompok berjumlah antara 4 sampai 5 siswa. Ada juga yang satu kelompok berjumlah 2 siswa tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah dalam Think Piar and Share. Belajar kelompok dengan berpasangan akan lebih efektif dan bermanfaat dikarenakan siswa pasti akan lebih aktif dalam mengerjakan tugas belajar yang diberikan guru. Sedangkan belajar kelompok yang berjumlah 4 sampai 5 siswa biasanya hanya sebagian siswa saja yang aktif dan kadang-kadang waktu belajar kelompok mereka lebih memanfaatkan diskusi dengan hal lain daripada mengerjakan tugas dari guru. Jadi model 13 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007), hal. 61

11 pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini mudah diterapkan di kelas dan waktu yang digunakan sangat efektif. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

12 1. Untuk mendiskripsikan proses penerapan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2013/2014. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan penerapan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada mata pelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2013/2014. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, bahwa manfaat penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1. Secara Teoritisis Hasil dari penelitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkarya khazanah ilmiah, khususnya tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) di kelas. 2. Secara Praktis a. Bagi Kepala MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijaksanaan dalam hal proses belajar mengajar dan sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan langkah-

13 langkah penggunaan model pembelajaran mata pelajaran IPS khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. Terlebih madrasah ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon generasi penerus bangsa masa depan. b. Bagi para Guru MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk upaya meningkatkan prestasi belajar dan efektivitas pembelajaran di kelas, terutama dalam hal model pembelajaran. c. Bagi siswa MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. d. Bagi peneliti selanjutnya Bagi penulis yang mengadakan penelitian sejenis, dalam hasil penelitiannya dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dalam pembelajaran di madrasah dan menjadikan bekal bagi guru yang profesional kelak. e. Bagi perpustakaan IAIN Tulungagung Sebagai bahan koleksi dan refrensi supaya dapat digunakan sebagai sumber belajar atau sumber baca mahasiswa lainnya. Selain itu sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang sistem pembelajaran di

14 sekolah khususnya di tingkat Madrasah Ibtidaiyah serta dapat digunakan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sehingga dapat bermanfaat sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu. E. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun nantinya, maka peneliti memandang perlu mengemukakan sistematika pembahasan skripsi. Skripsi ini nanti terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari : sampul (sampul luar), halaman kosong, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-sub bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka terdiri dari : tinjauan tentang model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), tinjauan tentang belajar, tinjauan hasil belajar, Ilmu

15 Pengetahuan Sosial (IPS), peneliti terdahulu, hipotesis tindakan, dan kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian, meliputi : jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, indikator keberhasilan, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV Laporan hasil penelitian, yang berisi : deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup yang terdiri dari: simpulan dan saran-saran. Bagian akhir terdiri dari : daftar pustaka dan lampiran-lampiran.