BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada proses pembelajaran di dalamnya, proses pembelajaran meliputi

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sejalan dengan pernyataan. tranksaksional juga terjadi antara siswa dan siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cerminan dari kemajuan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. hasil yang optimal dalam menciptakan lulusan-lulusan. menempatkan siswa sebagai pusat pelaksanaan pembelajaran di kelas.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan, maka tidak salah jika pemerintah senantiasa selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap anak didik untuk dapat mengembangkan secara aktif potensi yang ada pada dirinya agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat. Tanpa pendidikan orang tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada manusia. Pendidikan bearti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan. 1 Sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Asa Mandiri). 1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 30. 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: 1

2 Dalam proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan peserta didik. Dengan demikian, guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya dituntut agar mampu menyampaikan materi pelajaran tetapi harus dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, menuju peningkatan hasil belajar. Belajar atau menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi manusia terutama bagi umat Islam. Firman Allah dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 berbunyi: Artinya: 1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan belajar, seseorang yang awalnya tidak tau akan menjadi tau terhadap ilmu pengetahuan. Artinya, belajar dapat menambah pengetahuan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al- Baqarah (2) ayat 151:

3 Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Pembelajaran merupakan pembentukan kompetensi yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada siswa dan bagaimana tujuan belajar direalisasikan. 3 Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar, diantaranya ialah guru sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh semangat, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Selain itu, guru juga berperan sebagai motivator dimana guru harus tampil sebagai motivator yang akan menggerakkan dan memberikan dorongan positif kepada peserta didik agar belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya. Kemudian guru sebagai demonstrator, dimana guru senantiasa harus menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik di kelas. Guru harus memperkaya dirinya dengan pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demosntrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya 2008), h. 256. 3 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

4 kepada peserta didik. Peran guru yang terakhir adalah guru sebagai evaluator. Evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan semula kemudian melakukan penilaian. 4 Dalam kaitan itu, guru tentunya mengkondisikan lingkungan belajar yang kondusif agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik, artinya guru berperan penting dalam proses belajar mengajar. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Menganalisis proses belajar mengajar pada intinya tetuju pada persoalan, yaitu bagaimana kreatifitas guru sehingga dapat memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan belajar itu ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. 5 Peran guru sangat penting dan diharapkan guru harus memiliki cara atau model mengajar yang baik dan mampu memilih model yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan, diantaranya melalui permainan. Terkait dengan hal di atas, guru harus menguasai banyak disiplin ilmu yang akan diajarkan kepada siswanya, Terutama guru sekolah dasar yang harus lebih banyak menguasai disiplin ilmu. Diantara disiplin ilmu yang wajib dikuasai oleh guru sekolah dasaradalah ilmu tentang fenomena 4 Mardia Hayati, Desain Pembelajaran Berbasis Karakter, (Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2012), h. 5-6. 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bumi Aksara: 2001), h. 135.

5 sosial, ilmu tentang berhitung, ilmu tentang bahasa, ilmu tentang fenomena-fenomena alam, dan ilmu tentang nilai-nilai kewarganegaraan, yang merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang ilmu fenomena sosial adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS adalah ilmu pengetahuan yang merupakan paduan atau fusi dari beberapa cabang ilmu-ilmu sosial. Secara konseptual IPS adalah ilmu yang diperoleh dari proses generalisasi dari fenomena, fakta, dan konsep menjadi sebuah teori. IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dalam rangka mempersiapkan anak didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan mengembangkan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar sehingga ia mampu mengembangkan kemampuan lebih lanjut secara sosial maupun secara formal dalam jenjang pendidikan. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari. 6 Pembelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 7 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 6 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013). h. 138. 7 Sukma Erni, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (ips), (Pekanbaru: Benteng Media, 2009), h. 25.

6 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, dan keterapilan dalam kehidupan sosial, 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Idealnya IPS diajarkan di sekolah dasar (SD) adalah dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami kehidupan sosial melalui proses menemukan sendiri, hal ini akan membuat siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Penggunaan media dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat membangun pengetahuan siswa sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang ideal sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya, jelas dibandingkan dengan sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian yang penulis amati pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 012 Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan proses pembelajaran yang berlangsung ada perbedaan, seperti masih berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan untuk menggali informasi sendiri. Guru pada proses pembelajaran hanya terpaku pada buku paket dan menyampaikan lembar demi lembar informasi yang diberikan kepada siswa. Kemudian pengelolaan guru dalam menggunakan strategi atau cara belajar kurang bervariasi. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah saat menerangkan materi kepada siswa, akibatnya, proses pembelajaran menjadi monoton. Dampak

7 lainnya juga selama proses pembelajaran siswa kurang dilibatkan untuk menggali informasi sendiri atau mencari sumber belajar lain selaian yang diberikan oleh guru, sehingga hal ini berdampak juga pada rendahnya hasil belajar siswa. Dengan kata lain penulis membahas melalui gejala-gejala sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian dari 36 orang siswa, hanya 16 orang ( 44,44%) yang memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75, sedangkan 20 orang (55,55%) belum mencapai KKM atau belum tergolong tuntas. 2. Dari 36 orang siswa, hanya 17 orang ( 47,22%) yang dapat mengerjakan latihan dengan benar. 3. Dari 36 orang siswa, hanya 17 orang (47,22%) yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan benar. 4. Pembelajaran lebih banyak menggunakan strategi ekspositori yang menekankan penyampaian materi dari guru kepada siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal dan belum pernah menerapkan permainan miskin. Usaha yang dilakukan selama ini untuk memperbaiki hasil belajar IPS seperti membuat tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di sekolah dan di rumah, namun belum memberikan hasil yang optimal. Upaya yang dilakukan belum mampu mencipakan suasana belajar yang kondusif, aktif,

8 kreatif. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberikan alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan permainan miskin. Permainan miskin ini bertujuan untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan. Permainan ini akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di dalam proses pembelajaran karena melalui permainaini, siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir serta memacu ingatannya untuk menjawab pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Selain itu, permainan ini juga akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul Penerapan Metode Permainan Miskin Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 012 Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. B. Definisi Istilah 1. Metode Permainan Miskin adalah suatu permainan dimana siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Apabila jawaban mereka benar, mereka diperbolehkan mengambil kartu yang terdapat di dalam kardus. Dimana kartu tersebut berisi jumlah point dari jawaban mereka.

9 Namun, apabila ada kelompok yang mendapatkan kartu bertulisan Miskin, maka semua nilai yang diperoleh akan hangus. 2. Hasil Belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. 8 Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang diperoleh dari hasil tes berupa angka atau nilai. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah Penerapan Metode Permainan Miskin dapat Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 012 Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 012 Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan melalui metode permainan miskin. 8 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h. 46.

10 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagain berikut: a. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 012 Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. b. Bagi Guru, dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. c. Bagi Sekolah, diharapkan penggunaan permainan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri 012 Lalang Kabung. d. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan berpijak bagi penelitian berikutnya.