I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK MELALUI PROGRAM KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

REMAJA GENRE: PELUANG MENUJU BONUS DEMOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Latar Belakang. Diwilayah Kecamatan Tarub dari Kantor Urusan Agama (KUA) diperoleh data sebagai berikut : TAHUN KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

POINTERS KEYNOTE SPEECH MENTERI KESEHATAN RI PADA RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 2 LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung mencapai jumlah 7.877.468 jiwa. Jumlah penduduk yang besar di Lampung berpengaruh pada Total Fertility Rate (TFR) yakni sebesar 2,7 menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Angka ini masih jauh dari target TFR yaitu 2,1 di tahun 2015. Sementara laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,5% di mana angka idealnya adalah di bawah 1% pada tahun 2015 (BKKBN, 2013: 1). Menurut Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKR BKKBN) pada Sensus Penduduk 2010 menunjukkan sekitar 64 juta penduduk Indonesia atau 27,6% adalah remaja. Menurut BKR BKKBN (2012: 1), jumlah remaja yang besar bisa menjadi aset bangsa sekaligus juga masalah bila tidak dilakukan pembinaan dengan baik. Ditambah lagi arus informasi yang tidak terkendali akan juga berdampak positif dan negatif bagi remaja.

2 Menurut Bank Dunia (2007) dalam BKR BKKBN (2012: 5), masa transisi kehidupan remaja dibagi menjadi 5 transisi kehidupan (Youth Five Life Transitions), antara lain: a. Melanjutkan sekolah (continue learning) b. Mencari pekerjaan (start working) c. Memulai kehidupan berkeluarga (form families) d. Menjadi anggota masyarakat (exercise citizenship) e. Mempraktikkan hidup sehat (practice healthy life). Remaja memiliki rentang usia 10-24 tahun menurut Youth Manifesto (1998) dalam Tafal (2013: 7). Menurut definisi WHO dalam Outlook Vol. 16 (1998: 1), remaja ( adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebutkan anak muda (youth) berusia 15-24 tahun, kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda ( young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Jadi, usia 10-24 tahun merupakan usia di mana laki-laki ataupun perempuan mengalami perubahan-perubahan psikis dan fisik manusia termasuk mahasiswa. Mahasiswa merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang mempunyai predikat baik dan bertanggung jawab dalam segala hal yang dilakukan. Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun (Sebayang, 2012: 1). Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa, pada tahap tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya. Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh mahasiswa sebagai masa dewasa awal menurut Santrock (2002: 74) adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup.

3 Besarnya arus globalisasi informasi yang tidak terkendali akan berdampak positif dan negatif bagi mahasiswa sehingga mengakibatkan perilaku hidup tidak sehat dan tidak berakhlak. Perilaku mahasiswa seperti ini mempengaruhi program keluarga kecil, bahagia dan sejahtera serta kualitas bangsa 10-20 tahun ke depan. Sebagai mahasiswa yang tidak hanya belajar mengenai bumi dan alam sekitarnya, mahasiswa Pendidikan Geografi yang juga belajar mengenai kependudukan diharapkan persepsi dan perilaku mengenai kehidupan berkeluarga dapat menjadi faktor yang mendukung program keluarga kecil, bahagia, sejahtera dan berkualitas di Indonesia. Jumlah mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung tahun akademik 2010/2011 hingga 2013/2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung Tahun Akademik 2010/2011 s/d 2013/2014. Jumlah Jumlah Mahasiswa Tahun (orang) (orang) No Akademik Frekuensi L % P % % (f) 1 2013/2014 31 8,8 87 24,7 118 33,5 2 2012/2013 29 8,2 55 15,7 84 23,9 3 2011/2012 29 8,2 48 13,7 77 21,9 4 2010/2011 26 7,5 47 13,2 73 20,7 Jumlah 115 32,7 237 67,3 352 100,0 Sumber: Nurmansyah Populasi Mahasiswa 2013. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung dari tahun akademik 2010/2011 s/d 2013/2014 berjumlah 352 orang. Mahasiswa Pendidikan Geografi

4 yang belajar mengenai kependudukan dalam mata kuliah Geografi Penduduk, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) serta Demografi Sosial dan Teknologi diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang bertanggung jawab dan menjadi pelaku pembangunan di masa yang akan datang. Selain itu, jumlah 352 orang mahasiswa Pendidikan Geografi akan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya fertilitas Indonesia ke depannya. Fokus pembangunan mahasiswa sebagai agent of change bukan hanya karena peran strategis mahasiswa pada masa mendatang, melainkan juga disebabkan oleh proporsi penduduk usia muda yang relatif besar dalam struktur umur penduduk. Posisi mahasiswa sebagai agent of change ini dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai kaum akademis, tetapi di luar itu wajib memikirkan memulai kehidupan berkeluarga (form families) dan menjadi anggota masyarakat ( exercise citizenship) sesuai dengan masa transisi kehidupan remaja. Dalam hal ini persiapan diri remaja menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik, menyiapkan pribadi yang matang dalam membangun keluarga, serta memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk keharmonisan keluarga. Pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, pasal 48 ayat 1 (b) mengatakan, peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. Pemerintah melakukan berbagai program dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas remaja/mahasiswa melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

5 Kesejahteraan keluarga akan terwujud jika pertumbuhan penduduk dapat seimbang. Menurut Rudiyansyah (2014: 1), Provinsi Lampung saat ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan berbagai faktor yang melatarbelakanginya, salah satu faktor tersebut adalah pernikahan dini di Lampung yang masih tinggi sekitar 20% remaja di bawah 20 tahun sudah berkeluarga. Hal ini tidak sesuai dengan BKKBN (2007: 62) yang menyatakan bahwa usia ideal perkawinan untuk anak laki-laki adalah minimal 25 tahun dan minimal 21 tahun bagi perempuan. Selain itu, masih adanya pemahaman tentang nilai anak yang sempit. Nilai umumnya tidak mudah berubah, karena setiap individu telah disosialisasikan dengan nilai-nilai tersebut dari sejak dini hingga dewasa sehingga konsep-konsep nilai tersebut berakar dalam jiwanya. Nilai anak adalah bagian perwujudan dari nilai budaya suatu masyarakat. Dalam hal ini, nilai anak merupakan suatu penilaian individu atau masyarakat terhadap arti dan fungsi anak dalam keluarga. Umumnya, anak dianggap sebagai salah satu kebutuhan orang-tua, baik sebagai kebutuhan ekonomi sosial maupun psikologis. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya selain itu anak merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Anggapan banyak anak banyak rejeki membuat jumlah kelahiran meningkat dan tidak terkontrol sehingga menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk. Mengubah pola fikir banyak anak banyak rejeki untuk meminimalisir kepadatan penduduk yang sudah tidak terbendung lagi adalah tugas bagi remaja/mahasiswa. Mengacu visi grand desain Program Pembinaan Ketahanan Remaja (PPKR), yaitu mencapai tegar remaja dalam rangka tegar keluarga untuk mewujudkan keluarga

6 kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2012: 11). Mahasiswa sebagai remaja atau generasi yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa harus sudah memikirkan kehidupan berkeluarga. Mahasiswa mulai memikirkan kehidupan berkeluarga (form families) dan menjadi anggota masyarakat ( exercise citizenship) harus mulai mengetahui family planning atau keluarga berencana (KB) untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera tanpa membebani orang lain. Merencanakan keluarga dalam hal ini termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan atau mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk mencegah kehamilan caranya antara lain menggunakan alat kontrasepsi yang biasa disebut alat KB. Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2012, 95% remaja wanita dan 93% remaja pria pernah mendengar setidaknya satu metode kontrasepsi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai hubungan persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung tentang nilai anak dan program keluarga berencana (KB) dengan jumlah anak yang diinginkan. B. Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan terarah dan mendapatkan hasil yang baik dan sesuai, maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya membahas mengenai hubungan persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas

7 Lampung tentang nilai anak dan program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan. C. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang nilai anak dengan jumlah anak yang diinginkan? 2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang nilai anak dan program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengkaji hubungan antara persepsi mahasiswa tentang nilai anak dengan jumlah anak yang diinginkan. 2. Untuk mengkaji hubungan antara persepsi mahasiswa tentang program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan. 3. Untuk mengkaji hubungan antara persepsi mahasiswa tentang nilai anak dan program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan. E. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.

8 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis di lokasi lain. 3. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan informasi bagi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atau instansi terkait maupun masyarakat untuk mengambil kebijakan dibidang kependudukan dalam kaitannya dengan usaha-usaha penurunan jumlah kelahiran anak (fertilitas) guna mencegah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup subjek adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila dari tahun akademik 2010/2011 s/d 2013/2014. 2. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah persepsi mahasiswa tentang nilai anak dan program keluarga berencana dengan jumlah anak yang diinginkan. 3. Ruang lingkup tempat peneitian adalah Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. 4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2014. 5. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah demografi. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahanperubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak te ritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status) hal ini diungkapkan oleh Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) dalam Mantra (2003: 2).