PENDEKATAN PER SE ILLEGAL DALAM PERJANJIAN PENETAPAN HARGA (PRICE FIXING) TERKAIT KASUS PT. EXCELCOMINDO PRATAMA, Tbk.

dokumen-dokumen yang mirip
KARTEL LAYANAN PESAN SINGKAT (SMS off-net Antar Operator) SEBAGAI BAGIAN PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. Oleh. Ikarini Dani Widiyanti,SH,MH

Oleh : Ida Ayu Wedha Arisanthi Ida Ayu Sukihana A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

PENERAPAN PENDEKATAN RULES OF REASON DALAM MENENTUKAN KEGIATAN PREDATORY PRICING YANG DAPAT MENGAKIBATKAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TANGGUNG JAWAB HUKUM OPERATOR TELEPON SELULER BAGI PENGGUNA LAYANAN JASA TELEKOMUNIKASI DALAM HAL PEMOTONGAN PULSA SECARA SEPIHAK DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Alasan Penulis memilih judul Penulis memilih judul: Unjust Enrichment

Oleh Agus Gede Santika Subawa Ni Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PRAKTIK JUAL RUGI (PREDATORY PRICING) PELAKU USAHA DALAM PERSPEKTIF PERSAINGAN USAHA

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PERSAINGAN USAHA ANTARA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DENGAN MINIMARKET

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfaatan

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP IKLAN YANG TIDAK MENGINFORMASIKAN BAHWA HARGA YANG DISAMPAIKAN DALAM IKLAN BELUM DITAMBAH DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

Kartel : Persaingan Tidak Sehat. Oleh Djoko Hanantijo Dosen PNS dpk Universitas Surakarta ABSTRAKSI

DAFTAR REFERENSI. Audah, Husain. Hak Cipta & Karya Cipta Musik. Bogor: PT. Pustaka Litera AntarNusa

SANKSI TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN PERIKLANAN SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN. Oleh: Dewa Gede Ari Yudha Brahmanta Anak Agung Sri Utari

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA TELEPON SELULAR TERKAIT PENYEDOTAN PULSA

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SINGLE ECONOMY ENTITY DOCTRINE DALAM PERKARA PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN SERVICE CHARGE DI RESTORAN

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang yang sampai saat ini masih terus

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang diselenggarakan terus menerus oleh masing-masing orang,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam dinamika kehidupan manusia, karena manusia selalu mempunyai

Pendekatan Perse Illegal & Dalam Hukum Persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB II PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK BERDASARKAN PASAL 4 UNDANG-

PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENJUALAN OBAT-OBATAN MELALUI INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB III KARTEL DAN PERMASALAHANNYA

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA SEBAGAI PEMESAN DAN PEMBUAT IKLAN TERHADAP IKLAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

Kata kunci :Upaya Hukum, Transportasi udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

AKIBAT HUKUM ADANYA MISLEADING INFORMATION PADA PROSPEKTUS DI TINJAU DARI HUKUM PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

HUKUM PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

KONSEP RULE OF REASON UNTUK MENGETAHUI PRAKTEK MONOPOLI

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

BAB IV PEMBAHASAN. A. Dasar hukum Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam. memutus putusan perkara nomor 05/KPPU-I/2014

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN tentang K A R T E L

Oleh Ni Wayan Anggita Darmayoni I Gede Yusa. Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

PERANAN DAN KEWENANGAN KPPU DALAM PERSAINGAN USAHA MINIMARKET

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

Hukum Persaingan Usaha melindungi persaingan dan proses persaingan yang sehat,

Transkripsi:

PENDEKATAN PER SE ILLEGAL DALAM PERJANJIAN PENETAPAN HARGA (PRICE FIXING) TERKAIT KASUS PT. EXCELCOMINDO PRATAMA, Tbk. ABSTRACT Oleh Ni Ayu Putu Mery Astuti I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana This paper is titled Per Se Illegal Approach on Price Fixing Agreement with Regard to PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., Case. The purpose of this paper is to know that the price fixing as an illegal agreement in a business world and the outcome of PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., case. This paper using juridical-empirical research method with statute approach, case approach, and historical approach. This paper discusses price fixing, per se illegal approach, and the outcome of PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., case. In which the fixing price agreement as was conducted by PT. Exclcomindo Pratama, Tbk., is per se illegal or absulutely not allowed because of its anti-competition nature, and almost never bring any social benefits. Keywords: Agreement, Price Fixing, Per Se Illegal. ABSTRAK Tulisan ini berjudul Pendekatan Per Se Illegal Dalam Perjanjian Penetapan Harga (Price Fixing) Terkait Kasus PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui price fixing sebagai suatu bentuk perjanjian yang dilarang dalam dunia usaha dan penyelesaian kasus price fixing terhadap PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. Tulisan ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Tulisan ini membahas perjanjian penetapan harga, Pendekatan per se illegal, dan penyelesaian kasus PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. Dimana perjanjian penetapan harga sebagaimana yang dilakukan oleh PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., merupakan perbuatan yang per se illegal atau mutlak dilarang karena bersifat anti persaingan, dan hampir selalu tidak pernah membawa manfaat sosial. Kata Kunci : Perjanjian, Penetapan Harga, Per Se Illegal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Antimonopoli) adalah menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya 1

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Beberapa ahli hukum persaingan usaha Indonesia yang mengatakan bahwa dalam UU Antimonopoli terdapat prinsip per se rule. Efisiensi ekonomi dan kesejahteraan rakyat tidak akan terjadi apabila pelaku usaha berlaku curang atau tidak jujur dalam berusaha, salah satunya adalah penetapan harga horizontal atau lebih dikenal dengan perjanjian penetapan harga. Dalam UU Antimonopoli, pasalpasal yang per se illegal antara lain Pasal 5 dan Pasal 27. Pasal 5 UU Antimonopoli secara tegas mengatur mengenai perjanjian penetapan harga sebagai perbuatan yang per se illegal atau mutlak dilarang. Per se illegal telah lama diterapkan dalam bidang hukum persaingan usaha untuk menilai apakah suatu kegiatan maupun perjanjian yang dilakukan oleh pelaku usaha telah atau berpotensi untuk melanggar UU Antimonopoli. Keunggulan dari pendekatan per se illegal adalah mendatangkan kepastian apakah suatu tindakan telah melanggar undang-undang, namun tidak seakurat apakah tindakan tersebut benar-benar menghamat persaingan dan merugikan konsumen. 1 Disamping itu, kesulitan penerapan pendekatan per se illegal adalah bagaimana membuktikan adatidaknya suatu perjanjian atau kesepakatan para pelaku usaha. 2 Jenis Perilaku yang digolongkan sebagai per se illegal adalah perilaku-perilaku dalam dunia usaha yang hampir selalu bersifat anti persaingan, dan hampir selalu tidak pernah membawa manfaat sosial. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui price fixing sebagai suatu bentuk perjanjian yang dilarang dalam persaingan bisnis dan bagaimana penyelesaian kasus price fixing terhadap PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis Penelitian dalam penulisan ini termasuk ke dalam penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berfikir induktif dan 1. A. M. Tri Anggraini, 2003, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Per se Illegal atauu Rule Of Reason, Cet. 1, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, h. 20. 2. Ibid, h. 21. 2

kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden. 3 Dalam penulisan ini terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus dalam menganalisis bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan teknik deskripsi, teknik evaluasi, dan teknik argumentasi. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Price Fixing Sebagai Suatu Bentuk Perjanjian yang Dilarang Perjanjian penetapan harga (price fixing) merupakan bentuk kesepakatan penetapan harga yang sama oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya. Pada umumnya, perjanjian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan harga barang atau jasa setinggi mungkin dan memaksimalkan keuntungan. Tindakan konspirasi para pelaku usaha melakukan penetapan harga secara bersama-sama mengakibatkan tidak berlakunya hukum pasar tentang harga yang terbentuk berdasarkan hukum penawaran dan permintaan. Segala bentuk perjanjian penetapan harga diantara para pelaku usaha baik dalam rangka meningkatkan harga, menetapkan, atau menurunkan harga barang atau jasa adalah mutlak dilarang. 4 Penetapan harga bersifat ilegal apabila dilakukan dengan sengaja dan berlangsung dengan melalui komunikasi lisan ataupun perjanjian tertulis antara perusahaan atau antara individu. Penetapan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menetapkan harga pada tingkat tertentu, menaikkan, menurunkan, atau sebaliknya menstabilkan. Selain hal tersebut, cara lain yang digunakan ialah dalam membuat perjanjian penetapan harga dapat dilakukan dengan memasang iklan atau promosi atas harga barang dan atau jasa baik di media massa maupun media elektronik, yang disebut dengan Tacit Agreement. Penetapan harga adalah bentuk perbuatan antikompetisi yang sulit untuk dibuktikan karena pelaku usaha tidak secara jelas dalam melakukan persetujuan penetapan harga. Penetapan harga dianggap mampu mendistorsi pasar karena dalam perjanjian tersebut menimbulkan kenaikan harga yang sangat tinggi di mana harga yang 3. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.12. 4 Endang Purwaningsih, 2010, Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor, h. 94. 3

terbentuk bukan dengan mekanisme pasar, sehingga tanpa ada pilihan lain konsumen harus membayar harga tersebut. Pada perekonomian pasar bebas, harga suatu barang atau jasa ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Apabila terjadi dua atau lebih pelaku bisnis bersaing mengadakan perjanjian untuk menetapkan harga jual dari produk barang atau jasanya hal tersebut dapat mengganggu jalannya perdagangan serta merugikan konsumen, meskipun harga yang ditetapkan masih dalam taraf harga yang wajar. 2.2.2 Penyelesaian Kasus Penetapan Harga PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. Salah satu fitur layanan yang paling populer bagi konsumen pengguna telpon seluler adalah short message service (sms). Tujuan awal dari fitur sms adalah memberikan kemudahan layanan bagi konsumen untuk berkomunikasi dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan layanan panggilan. Pada tahun 2007 Komisi Pengawas Pesaingan Usaha (KPPU) menduga adanya kecurangan yang dilakukan oleh beberapa operator seluler di Indonesia. Dalam proses pemeriksaan, terungkap bahwa ternyata ada kesepakatan tertulis yang ditandatangani oleh PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. dengan beberapa operator seluler lainnya mengenai penetapan tarif sms (price fixing). PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., telah berkonspirasi dengan 5 operator telepon seluler lainnya di Indonesia yakni PT. Telekomunikasi Seluler, Tbk., PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., PT. Bakrie Telecom, Tbk., PT. Mobile-8 Telecom, Tbk., dan PT. Smart Telecom, Tbk., dalam melakukan kartel dalam bentuk penetapan harga (price fixing) yang merupakan salah satu bentuk perilaku bisnis yang hanya mementingkan keuntungan bagi mereka sendiri tanpa memperdulikan hak-hak konsumennya. Dalam Putusan Perkara Nomor: 26/KPPU-L/2007, ke-6 operator seluler tersebut telah mendapatkan sanksi denda sejumlah 52 milyar rupiah kepada Negara. Ke-6 Operator telepon seluler tersebut juga harus membayar ganti kerugian terhadap konsumen berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 4

III. KESIMPULAN Perjanjian penetapan harga (price fixing) merupakan perbuatan yang per se illegal atau mutlak dilarang menurut Pasal 5 UU Antimonopoli. Hal ini dikarenaka perbuatan tersebut merupakan bentuk kesepakatan penetapan harga yang sama oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya. Perilaku ini hampir selalu bersifat anti persaingan, dan hampir selalu tidak pernah membawa manfaat sosial. Penetapan harga yang dilakukan oleh PT. Excelcomindo Pratama, Tbk dengan 5 operator telepon seluler di Indonesia merupakan bentuk perilaku bisnis yang hanya mementingkan keuntungan bagi mereka sendiri tanpa memperdulikan hak-hak konsumennya. Dalam proses pemeriksaan, terungkap bahwa ternyata ada kesepakatan tertulis yang ditandatangani oleh PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. dengan beberapa operator seluler lainnya mengenai penetapan tarif sms (price fixing). Dalam Putusan Perkara Nomor: 26/KPPU-L/2007, ke-6 operator seluler tersebut telah mendapatkan sanksi denda sejumlah 52 milyar rupiah kepada Negara. Ke-6 Operator telepon seluler tersebut juga harus membayar ganti kerugian terhadap konsumen. DAFTAR PUSTAKA A. M. Tri Anggraini, 2003, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Per se Illegal atauu Rule Of Reason, Cet. 1, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Endang Purwaningsih, 2010, Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat, Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1999, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3817. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Lembar Negara Repubik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999, Tambahan Lebar Negara Republik Indonesia Nomor 3821. 5