BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

dokumen-dokumen yang mirip
KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB III LANDASAN TEORI

BABV MENGGAMBAR KONSTRUKSI DINDING DAN LANTAI BANGUNAN. 5.1 Menggambar Konstruksi Lantai dari Keramik / Ubin/ Parket

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

A. Pasangan Dinding Batu Bata

BAB X PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DISPERINDAGSAR BOYOLALI (DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PASAR) PT WIDHA DYAH AYU PURBO SIWI 2B314953

BAB II STUDI PUSTAKA. Batu bata adalah bahan bangunan yang digunakan untuk membuat dinding atau

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

Mortar adalah campuran dengan komposisi tertentu antaray. bahan-ikat dan agregat halus (pasir) yang telah mengeras, dengan air

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat.

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

BAB X PINTU DAN JENDELA

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

LAMPIRAN A PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN KARAKTERISTIK BATAKO

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

Bata beton untuk pasangan dinding

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Dinding Bangunan. B. Memasang Dinding Bangunan. 1. Dinding Bata Kapur

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran A. Koefisien tenaga kerja dan koefisien bahan

BAB I. Laporan Praktikum 1

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KONSTRUKSI BETON TANGGA

Cara menghitung koefisien analisa harga satuan bangunan

Untuk rumah lantai dua, dimensi sloof yang sering digunakan adalah, lebar 20 cm tinggi30 cm, besi beton utama 6 d 12 mm, begel d8 10 cm.

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun Karakteristik Fisik Bata Merah dan Kaitannya dengan Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Pembinaan Kelompok Tukang Desa Sidodadi dan Desa Selamat Kecamatan Sibiru-Biru

BATA EKSPOS SEBAGAI SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL DINDING UNTUK RANCANGAN BANGUNAN

JOBSHEET PRAKTIK KERJA BATU I

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan Sloof dari Beton Bertulang ukuran 30*40

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Material Kontruksi dalam Upaya Pemecahan Masalah Sosial serta Peningkatan Taraf Ekonomi Masyarakat

KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

Konstruksi rangka kusen pada dasarnya dibagi dalam 4 jenis

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

Transkripsi:

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA 3.1 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang tinggi, sehingga tidak akan hancur bila direndam dalam air. 3.1.1 Pengujian Batu bata Pengujian dan pemeriksaan kualitas batu bata dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan cara : 1. warna bata harus merah tua, yang berarti batanya matang, 2. apabila diketok suaranya harus nyaring, berarti bata matang yang padat dan utuh, 3. bidang permukaan tidak menunjukkan retak-retak, sedangkan rusuk-rusuknya harus siku dan tajam, 4. menggoreskan sudut bata ke permukaan bata yang lain, kemudian dilihat tumpulnya sudut bata dan lebar goresan, ini akan menunjukkan kekerasan dari bata, dan 5. mematahkan bata untuk melihat warna bagian dalamnya, apabila sama dengan warna bagian luarnya, berarti bata matang sempurna, sebaliknya bila bagian dalam masih berwarna merah muda, berarti bata belum matang dan kekerasannya belum merata luar dalam. Pemeriksaan tidak langsung adalah dengan menggunakan uji laboratorium, untuk pengujian tidak langsung bagian yang diuji adalah kuat desak bata. Mutu bata ditentukan oleh besarnya kuat desak. 1. bata mutu tingkat I : kuat desak rata-rata lebih besar dari 100 kg/cm 2. 2. bata mutu tingkat II : kuat desak rata-rata 80-100 kg/cm 2. 3. bata mutu tingkat III : kuat desak rata-rata 60-80 kg/cm 2. Apabila tidak ada ketentuan lain, bata yang mempunyai kuat desak kurang dari 30 kg/cm 2 tidak boleh dipakan untuk konstruksi bangunan. Selain pemeriksaan kuat desak, dilakukan juga pemeriksaan terhadap kadar garam yang terdapat di dalam bata yang sifatnya larut dan dapat merusak bagian-bagian dari kostruksi lainnya. 3.1.2 Sifat Batu Bata Beberapa sifat batu bata yang merupakan ciri khas sebagai bahan bangunan, yaitu : 1. mudah menyerap air dan dapat menyimpan dalam waktu yang lama, 2. mempunyai warna yang alami, sehingga sering dipakai sebagai hiasan atau diexpose warna aslinya, 3. mudah korosi, terutama oleh pengaruh garam dapur, dan 4. hancurnya bata dapat dipakai untuk semen merah, sebagai campuran bahan perekat. Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT.

3.1.3 Penggunaan Batu Bata Batu bata yang dipakai pada bangunan-bangunan sipil, terutama pada bangunan gedung, yaitu untuk : 1. dinding penyekat ruangan, 2. tembok halaman (pagar bumi), dan 3. bak air, saluran air, bak sampah dan lain sebagainya. Keuntungan penggunaan batu bata dibandingkan dengan penggunaan batako adalah : 1. bila digunakan sebagai bahan bangunan tidak menyerap udara luar (tidak terpengaruh udara), sedangkan batako bila digunakan sebagai bahan bangunan menyerap udara luar, terpengaruh. 2. Bata pembuatan relatif lama, sedangkan batako proses pembuatannya lebih mudah dan lecih cepat. 3. Bata lebih mudah ditembus paku pada saat proses kanstruksi, sedangkan batako sulit ditembus paku pada saat proses konstruksi. 3.2 Ukuran Batu Bata Pada umumnua setiap daerah mempunyai ukuran bata yang tidak sama dengan ukuran bata di tempat lain, ukursn ini tergantung kebiasaan di daerah tersebut. Namun demikian, dari berbagai macam ukuran yang ada, dikenal juga adanya ukuran yang standar, yaitu : 1. ukuran I (mm) : panjang 240, lebar 115 dan tebal 52. 2. ukuran II (mm) : panjang 230, lebar 110 dan tebal 50. Satuan ukuran batu bata adalah 1 batu = streek ½ batu = kop simbol-simbol batu bata adalah sebagai berikut : 1. Satu Batu 5 23 23 11 Gambar 3.1 Gambar Bata 1 Batu Tampak Depan dan Proyeksi Miring Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 22

2. ¾ (tiga perempat) Batu 5 17 17 11 Gambar 3.2 Gambar Bata ¾ Batu Tampak Depan dan Proyeksi Miring 3. ½ (setengah) Batu 5 11 11 11 Gambar 3.3 Gambar Bata ½ Batu Tampak Depan dan Proyeksi Miring 4. ½ (setengah) Batu memanjang 5 23 5 Gambar 3.4 Gambar Proyeksi Miring Bata ½ Batu Memanjang Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 23

3.3 Pasangan bata Pasangan bata atau ikatan bata adalah susunan beberapa buah bata yang diikat menjadi satu kesatuan dengan menggunakan bahan perekat yang di sebut spasi. Tebal perekat pasangan bata umumnya tipis, yaitu antara 1 1,5 cm. Perekat untuk pasangan bata dapat dibuat dari campuran bahan-bahan sebagai berikut: a. untuk pasangan bata biasa 1 kapur : 1 semen merah : 2 pasir b. untuk pasangan bata keras 1 semen (PC) : 5 pasir c. untuk pasangan bata kedap air 1 semen (PC) : 2 pasir Plesteran adalah lapisan penutup pada pasangan bata yang telah selesai dipasang. Plesteran berguna untuk melindungi bata-bata dari kerusakan oleh alam maupun benturan-benturan dan juga untuk keindahan. Bahan untuk plesteran adalah sama dengan bahan untuk perekat, dengan ketebalan 1 1,5 cm. Sponneng adalah plesteran di sekitar gagang pintu atau jendela dan pada ujung-ujung tembok. Sedangkan Nat atau tali air adalah bila pada bidang plesteran tersebut ada cekungan kecil. Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk pekerjaan pasangan bata adalah sebagai berikut : a. bata yang akan dipasang dibasahi dulu dengan air sampai kenyang atau sampai gelembung udara dalam bata keluar semua, b. pecahan bata yang kurang dari separo tidak boleh digunakan, c. pemasangan bata harus dimulai dari sudut-sudut pertemuan, persilangan atau kolom-kolom beton, supaya ikatan dan susunannya dapat tepat menurut peraturan, d. tidak boleh ada perekat-tegak yang merupakan satu garis lurus menerus dari bawah sampai atas, e. pekerjaan pasangan bata dalam 1 hari sebaiknya tidak lebih dari 1 meter tinggi, hal ini untuk mencegah agar perekat datar yang berada di bawah yang belum mengeras, tidak melorot keluar, dan f. pasangan bata yang masih baru harus selalu dibasahi dengan air selama 1 minggu setelah bata dipasang, hal ini untuk mencegah susut pengerasan dari bahan perekat secara cepat. Dst Lap. 2 Lap. 1 Salah Gambar 3.5 Gambar Perekat tegak yang benar dan salah Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 24

Transraam adalah pasangan bata paling bawah yang kedap air untuk mencegah naiknya air dari bawah secara kapiler ke atas. Transraam dipasang setinggi 40 cm, yaitu 20 cm di bawah lantai dan 20 cm di atas lantai. Lantai 20 cm Lantai 20 cm ½ batu 1 batu Gambar 3.6 Transraam ½ batu dan 1 batu Di atas fondasi batu kali sering dijumpai adanya pasangan bata yang bata-batanya disusun berdiri. Susunan pasangan bata berdiri ini disebut Rollag, gunanya sebagai dasar pasangan bata untuk menjamin ikatan yang lurus dan rata. Dewasa ini rollag sudah jarang dipakai, sebagai gantinya dipakai Balok Sloof dari konstruksi beton bertulang. 3.4 Dinding Tembok Kadang-kadang pekerjaan pasangan bata tidak dapat diselesaikan dalam satu waktu, maka menghentikan pekerjaan pasangan bata harus memenuhi beberapa cara. Gambar di bawah ini adalah gambar tampak muka pasangan bata pada dinding tembok. 1. ½ (setengah) Batu Siar Tegak Siar Datar b a Gambar 3.7 Pandangan Muka Pasangan Bata ½ batu Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 25

3. 1 (satu) Batu dan lebih Siar Tegak Siar Datar A b a A Gambar 3.8 Pandangan Muka Pasangan Bata 1 batu Catatan : a = Gigi Berdiri, digunakan untuk pertemuan dengan pilar atau kolom, atau perhentian pekerjaan dinding tembok b = Miring Bertangga, digunakan untuk penghentian pekerjaan dinding tembok Perhatian Khusus : Untuk dinding Tembok tebal setengah batu seluas 12 m 2, harus dibatasi dengan kolom beton bertulang/kolom praktis atau pilar batu bata. 3. Potongan Dinding Tembok A A (satu batu) Siar diisi dengan spesi setebal 1 1 ½ cm x x x = spesi plesteran dinding tembok = 1 1 ½ cm Gambar 3.9 Potongan A A posisi spesi dan plesteran pada pasangan bata Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 26

3.5 Bentuk Susunan Batu Bata dst Lap. 2 Lap. 1 Pandangan Muka Pandangan Atas Gambar 3.10 Bentuk Susunan Bata Pandangan Muka dan Atas 1. Susunan ½ (setengah) Batu Yang perlu diperhatikan dalam membuat susunan batu bata dengan tebal setengah batu adalah selisih siar tegak antara lapisan 1, lapisan 2, lapisan 3 dst. adalah ½ (setengah) batu ke arah memanjang batu bata. a. Memanjang Gambar 3.11 Bentuk Susunan ½ (setengah) Batu Memanjang b. Satu Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 27

Gambar 3.12 Bentuk Susunan ½ (setengah) Batu Satu Sudut c. 2 (dua) Sudut 1 2 3 Gambar 3.13 Bentuk Susunan ½ (setengah) Batu Dua Sudut d. Sudut Silang 1 Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 28

2 Gambar 3.14 Bentuk Susunan ½ (setengah) Batu Sudut Silang 2. Susunan Satu Batu Yang perlu diperhatikan dalam membuat susunan batu bata dengan tebal 1 (satu) batu adalah selisih siar tegak antara Lapisan 1, Lapisan 2, Lapisan 3 dst. adalah boleh ¼ (sepermpat) batu ke arah memanjang. Dst Lap. 2 Lap. 1 Gambar 3.15 Pandangan Muka Susunan Ikatan Berdiri Dst Gambar 3.16 Pandangan Muka Susunan Ikatan Silang Lap. 4 Lap. 3 Lap. 2 Lap. 1 Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 29

a. Memanjang. & Lapisan 4 Lapisan 3 Gambar 3.17 Bentuk Susunan Satu Batu Memanjang b. 1 (satu) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.18 Bentuk Susunan Satu Batu Satu Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 30

c. 2 (dua) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.19 Bentuk Susunan Satu Batu Dua Sudut d. Sudut Silang Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 31

Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.20 Bentuk Susunan Satu Batu Sudut Silang 3. Susunan 1 ½ (satu setengah) Batu a. Memanjang. & Lapisan 4 Lapisan 3 Gambar 3.21 Bentuk Susunan Satu Setengah Batu Memanjang b. 1 (satu) Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 32

Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.22 Bentuk Susunan Satu Setengah Batu Satu Sudut b. 2 (dua) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.23 Bentuk Susunan Satu Setengah Batu Dua Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 33

c. Sudut Silang Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.24 Bentuk Susunan Satu Setengah Batu Sudut Silang 3. Susunan ½ + 1 Batu a. 1 (satu) Sudut Lapisan 1 & Lapisan 3 Lapisan 2 Lapisan 4 Gambar 3.25 Bentuk Susunan ½ + 1 Batu Satu Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 34

b. 2 (dua) Sudut Lapisan 1 & Lapisan 3 Lapisan 2 Lapisan 4 c. Sudut Silang Gambar 3.26 Bentuk Susunan ½ + 1 Batu Dua Sudut Lapisan 1 & Lapisan 3 Lapisan 2 Lapisan 4 Gambar 3.27 Bentuk Susunan ½ + 1 Batu Sudut Silang 4. Susunan ½ + 1 1/2 Batu d. 1 (satu) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.28 Bentuk Susunan ½ + 1 ½ Batu Satu Sudut Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 35

e. 2 (dua) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.29 Bentuk Susunan ½ + 1 ½ Batu Dua Sudut f. Sudut Silang Lapisan 3 Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 36

Lapisan 4 Gambar 3.30 Bentuk Susunan ½ + 1 ½ Batu Sudut Silang 5. Susunan 1 + 1 ½ Batu a. 1 (satu) Sudut Lapisan 3 Lapisan 4 b. 2 (dua) Sudut Gambar 3.31 Bentuk Susunan 1 + 1 ½ Batu Satu Sudut Lapisan 3 Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 37

Lapisan 4 Gambar 3.32 Bentuk Susunan 1 + 1 ½ Batu Dua Sudut c. Sudut Silang Lapisan 3 Lapisan 4 Gambar 3.33 Bentuk Susunan 1 + 1 ½ Batu Sudut Silang Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 38

6. Tiang-Tiang Tembok (Pilar) 1 (satu) Batu 1 2 Gambar 3.34 Bentuk Susunan Tiang Tembok (Pilar) Satu Batu 7. Susunan VLAAM A Dst. Lap. 2 Lap. 1 Dst B Lap. 4 Lap. 3 Lap. 2 Lap. 1 Gambar 3.35 Bentuk Susunan Vlaar Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 39

a. 1 (satu) Batu 1 2 Gambar 3.36 Bentuk Susunan Vlaar Satu Batu b. 1 ½ Batu 1 2 Gambar 3.38 Bentuk Susunan Vlaar Satu Setengah Batu Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 40