36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah negara Indonesia dengan rentang waktu selama 9 tahun yaitu periode 2004 2012. Data diperoleh dari KPP Pratama Gorontalo, Badan Pusat Statistik, Departemen keuangan dan ditambahkan dengan data unduhan internet (www.bps.go.id dan www.pajak.go.id). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah penerimaaan pajak, pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 tahun yaitu selama kurun waktu 2004 2012. Data penerimaan pajak diperoleh dari annual report Direktorat jenderal pajak dan dikonfirmasikan ke kantor Pelayanan Pajak Pratama (Seksi PDI). Sedangkan data pertumbuhan ekonomi dan pendaptan perkapita diperoleh dari situs resmi Badan Pusat statistik (www.bps.go.id). 4.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda, ada beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi agar kesimpulan dari regresi tersebut tidak bias, yaitu uji normalitas, ujia multikolinieritas, uji Autokorelasi, uji heteroskodesitas dan uji linieritas.
37 4.2.1 Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekatai normal. Jika data tidak tidak berada disekitar wilayah garis diagonal dan tidak mengikuti garis diagonal atau tidak mengikuti pola sebaran distribusi normal maka akan diperoleh taksiran yang bias. Pengujian normalitas dalam penelitian ini yaitu melalui normal probability plot dengan menggunakan spss 17.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Grafik 3 Uji Normalitas
38 Uji normalitas dengan normal probability plot mensyaratkan bahwa penyebaran data harus berada disekitar wilayah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini memenuhi syarat normal probability plot sehingga model regresi dalam penelitian memenuhi asumsi normalitas ( berditribusi normal ). Artinya data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 4.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) dalam suatu model regresi. Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor ( VIF ) dengan menggunakan spss 17.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Uji Multikolinieritas
39 Sesuai dengan ketentuan uji multikolinieritas, jika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat korelasi. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF yaitu 1,345 kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas dalam data penelitian ini. Artinya bahwa antara variabel bebas (Pendapatan perkapita (X1) dan Pertumbuhsn ekonomi (X2) tidak saling mengganggu atau mempengaruhi. 4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel penganggu dalam masingmasing variabel bebas. Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan tes Durbin Watso dengan ketentuan sebagai berikut: dw < dl, berarti ada autokorelasi positif (+) dl< dw < du, tidak dapat disimpulkan du < dw < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi. 4-dU < dw < 4-dL, tidak dapat disimpulkan dw > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif (-) Dengan jumlah sampel n = 9, α = 0,05 dan banyaknya variabel independent k = 2, maka di dapat nilai kritis dl = 0,6291 dan du = 1,6993. Hasil pengujian uji autokorelasi dalam penelitian ini menggukan spss 17.0 dengan hasil sebagi berikut:
40 Tabel 4. Uji Autokorelasi Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai Durbin watson sebesar 2,107. Sehingga nilai DW berada diantara du (1,6993) < DW ( 2,107) < 4 du ( 4 1,6993 = 2,3007 ). Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi. Artinya baha variabel independent dalam penelitian ini tidak terganggu atau terpengaruhi oleh variabel penggangu. 4.2.4 Hasil Uji Heteroskodesitas Uji heteroskodesitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi perbedaan variance dari residual data yang ada. Dalam penelitian ini uji heteroskodesitas dilakukan dengan analisa grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Pengujian ini menggunakan spss 17.0 dengan hasil sebagai berikut:
41 Grafik Uji Heteroskodesitas Dasar analisa uji heteroskodesitas dengan grafik plot adalah jika titik dalam grafik tersebar (tidak membentuk pola) maka tidak terjadi heteroskodesitas. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa titiktitik yang ada tidak membentuk pola yang teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada data dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskodesitas. Artunya dalam fungsi regresi di penelitian ini tidak muncul gangguan karena varian yang tidak sama. 4.2.5 Hasil Uji Linieritas Data sekunder dengan model time series perlu digunakan uji linieritas. Uji linearitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
42 apakah regresi bersifat linier atau tidak. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan tabel ANOVA variabel X dan Y dari nilai signifikan. Apabila nilai signifikan tabel ANOVA < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan bersifat linier. Uji linier dalam penelitian ini juga menggunakan spss 17.0 dengan hasil pengujian sebgai berikut: Tabel 5 Uji Linieritas Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikan tabel ANOVA sebesar 0,000. Artinya nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa hubungan bersifat linier. Hal ini menunjukan bahwa pendapatan perkapita dan produk domestik bruto berpola linier terhadap penerimaan pajak. 4.3 Analisis Regresi Berganda Pengaruh Pendapatan Perkapita (X1) dan Pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap penerimaan pajak (Y) dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:
43 Dimana : Y = Penerimaan Pajak B 0 B 1, B 2 PPKPT PE e = Konstanta = Koefisien Regresi = Pendapatan Perkapita = Pertumbuhan ekonomi = Error Hasil pengolahan analisis regresi berganda dengan menggunakan software spss 17.0 adalah sebagai berikut: Tabel 6 Analisis Regresi Berganda Berdasarkan perhitungan spss tersebut diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagi berikut: Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai konstanta sebesar. Artinya, jika variabel Penerimaan Pajak (Y) tidak dipengaruhi oleh kedua variabel bebasnya atau Pendapatan perkapita (X1) dan Pertumbuhan ekonomi (X2) bernilai nol, maka besarnya rata-rata Penerimaan pajak akan bernilai.
44 Nilai koefisien regresi pada variabel-variabel bebasnya menggambarkan apabila diperkirakan variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan nilai variabel bebas lainnya diperkirakan konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel terikat diperkirakan bisa naik atau bisa turun sesuai dengan tanda koefisien regresi variabel bebasnya. Koefisien regresi untuk variabel bebas X1 ( pendapatan Perkapita ) bernilai positif, menunjukkan adanya hubungan yang searah antara Pendapatan perkapita (X1) dengan Penerimaan pajak (Y). Koefisien regresi variabel X1 sebesar 0.224 mengandung arti untuk setiap pertambahan Pendapatn perkapita (X1) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Penerimaan pajak (Y) sebesar 0.224. Koefisien regresi untuk variabel bebas X2 ( Pertumbuhan ekonomi ) bernilai positif, menunjukkan adanya hubungan yang searah antara pertumbuhan ekonomi (X2) dengan Penerimaan pajak (Y). Koefisien regresi variabel X2 sebesar 22021.927 mengandung arti untuk setiap pertambahan pertumbuhan ekonomi (X2) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Penerimaan pajak (Y) sebesar 22021.927. 4.4 Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independent ( Pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi ) dengan penerimaan pajak di indonesia. Melalui analisis korelasi ini akan dicari
45 pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent (penerimaan pajak). Tabel 7 Pedoman Interpretasi koefisien korelasi No Interval koefisien Tingkat Hubungan 1 0,000 0,199 Sangat lemah 2 0,200 0,399 Lemah 3 0,400 0,599 Cukup Kuat 4 0,600 0,799 Kuat 5 0,800 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2010:183) Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software spss 17.0 dan diperoleh hasil analisis korelasi antara variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) dengan variabel dependent (penerimaan pajak) periode 2004 2012 sebagi berikut: Tabel 8 Koefisien Korelasi
46 Berdasarkan output tersebut dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara variabel independent dan dependent sebesar 0,982. Koefisien korelasi bertanda positif artinya korelasi yang terjadi antara variabel pendapatan perkapitan dan pertumbuhan ekonomi dengan penerimaan pajak adalah searah, dimana semakin besar kedua variabel independent maka akan diikiti oleh semakin besarnya variabel dependent. Nilai 0,982 menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) dengan variabel dependent (penerimaan pajak) berada dalam kategori hubungan yang sangat kuat ( 0,80 1,00 ). 4.5 Pengujian Hipotesis Selanjutnya untuk menguji apakah pengaruh pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan Pajak signifikan baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara parsial (individual), dilakukan uji signifikansi. Pengujian dimulai dari pengujian simultan, dan apabila hasil pengujian simultan signifikan dilanjutkan dengan uji parsial. 4.5.1 Pengujian hipotesis Secara Simultan (Uji F) Untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama atas suatu variabel terikat digunakan uji F. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan spss 17.0 adalah sebagai berikut:
47 Tabel 9 Uji Hipotesis Secara Simultan Berdasarkan output tersebut dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 167,793.Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan degree of freedom (df) sebesar k=1 dan derajat bebas penyebut (df2) sebesar n k 1 ( 9 2 1 = 16 ) adalah sebesar 5,14. Jika kedua nilai ini dibandingkan maka nilai f hitung lebih besar dari F-tabel ( 167,793 > 5,4 x ( 9 2 1 = 6)). Dengan hasil perbandingan 167,793 > 30,84 (Fhitung > F-tabel) sehingga ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap variabel dependent (penerimaan pajak). 4.5.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan secara parsial dilakukan pengujian koefisien regresi dengan menggunakan statistik Uji t. Penentuan hasil pengujian (penerimaan/ penolakan H0) dapat dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan spss adalah sebagai berikut:
48 Tabel 10 Uji Hipotesis Parsial Bedasarkan output tersebut dapat kita lihat nilai t-tabel yang diperoleh setiap variabel. Untuk membuat kesimpulan menerima atau menolak Ho, terlebih dahulu harus ditentukan nilai-nilai t-tabel yang akan digunakan. Nilai ini bergantung pada besarnya degree of freeedom (df) dan tingkat signifikansi yang digunakan. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% dan nilai df sebesar n k - 1 ( 9-2 -1 = 6 ) diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,44691. Hasil pengujian pengaruh setiap variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi ) terhadap variabel dependent (penerimaan pajak) di indonesia selam periode 2004 2012 adalah sebagi berikut: a) Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Penerimaan Pajak Berdasarkan output diketahui nilai t-hitung sebesar 15,317. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,44691 maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel. Sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak.
49 Peningkatan pendapatan perkapita negara menggambarkan peningkatan ekonomi masyarakatnya, hal ini menunjukan bahwa kemampuan masyarakat dalam hal ini meningkat. Peningkatan kemampuan masyarakat biasanya akan selalu diikuti dengan kepatuhan wajib pajak untuk melunasi beban atau hutang pajaknya, sehingga peneriman pajak negara akan meningkat (Prastyo, 2011:56). b) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan Pajak Berdasarkan output diketahui nilai t-hitung sebesar 0,911. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,44691 maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih kecil dari nilai t-tabel. Sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Artinya bahwa dalam periode 2004-2012 penerimaan pajak tidak dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang fluktuatif terhadap penerimaan pajak. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi penerimaan pajak. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi tidak mencerminkan gambaran kesejahteraan penduduk, namun hanya menggambarkan secara global (Naibaho, 2012). 4.6 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel. Koefisien
50 determinasi ini digunkan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Niali R 2 yang kecil berarti kempuan variabel-variabel indepnden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen. Dengan menggunakan spss 17.0 diperoleh koefisien determinasi sebagai berikut: Tabel 11 Koefisien Determinasi Dari hasil output spss tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,982 atau 98,2%. Hal ini menunjukan bahwa variabel yang diteliti (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak sebesar 98,25, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel yang tidak diteliti (variabel pengganggu).
51 4.7 Pembahasan 4.7.1 Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Penerimaan Pajak Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara (Untoro, 2010: 13).. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB perkapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Pendapatan perkapita dapat digunakan untuk membandingkan kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan melakukan perbandingan seperti itu, kita dapat mengamati apakah kesejahteraan masyarakat pada suatu negara secara rata-rata telah meningkat. Pendapatan per kapita yang meningkat merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata kesejahteraan penduduk telah meningkat. Pendapatan per kapita menunjukkan pula apakah pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah telah berhasil, berapa besar keberhasilan tersebut, dan akibat apa yang timbul oleh peningkatan tersebut. Berdasarkan analisis yang dilakukan pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Peningkatan pendapatan perkapita akan diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak. Bahkan berdasarkan analisis tersebut pendapatan
52 perkapita mempengaruhi penerimaan pajak secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Prastyo (2011) yang menyimpulkan bahwa pendapatan perkapita mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan secara nyata. 4.7.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan Pajak Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Untoro dalam Purnamasari, 2011:10). Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran dari kenaikan keadaan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari keadaan suatu masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut baik, sedangkan apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah maka itu menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut buruk.
53 Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi penerimaan pajak di Indonesai secara seignifikan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnamasari (2011) yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan data yang dijadikan dasar penelitian ini dapat dilihat bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penerimaan pajak bersifat fluktuatif. Artinya ada saat dimana pertumbuhan ekonomi naik namun penerimaan pajak turun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara segnifikan terhadap penerimaan pajak. 4.7.3 Pengaruh pendapatan perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Hubungan kedua variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) secara simultan dengan penerimaan pajak menunjukkan kriteria sangat kuat. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa secara simultan kedua variabel independent/bebas (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) memiliki hubungan yang sangat kuat dengan penerimaan pajak di Indonesia selama periode 2004-2012.
54 Sementara nilai dari R-Square (0.982), menunjukkan bahwa kedua variabel independent/bebas yang terdiri dari pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang membuat penerimaan pajak meningkat atau menurun. Artinya secara bersama-sama variabel independent/bebas (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 98,2% terhadap penerimaan pajak di Indonesia. Sisanya merupakan pengaruh faktor lain diluar kedua variabel bebas yang diteliti. Jadi besar kecil penerimaan pajak tidak hanya dipengaruhi kedua variabel tersebut, namun juga dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya, seperti halnya penelitian Prastyo (2011) yang tidak hanya meneliti pendapatan perkapita namun juga meneliti variabel lain seperti jumlah wajib pajak, upah minimum regional dan jumlah penduduk.