BAB VI KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS. Departure kerb. Ticket. Wellwisher hall. Security check Belly baggage. Check-in ticket And baggage. Waiting lounge.

Pelabuhan Teluk Bayur

Development Designfor Tanjung Batu Harbour towards Sea Tolls Concept

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL DI BANDARA JAPURA RENGAT

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

Terminal penumpang bandar udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang ada yaitu pada tahun 2028 perkiraan jumlah penumpang

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI MANADO

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

TUGAS AKHIR BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

Tugas Akhir 127/49 Redesain Pengadilan Negeri Semarang Kelas IA Khusus BAB IV STUDI BANDING LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

ALASAN. mulai sering di promosikannya pariwisata yang ada. mulai meningkatnya sektor perindustrian. Penanaman Modal Jawa Timur mencatat bahwa

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB III METODOLOGI. Sumber: UPT Bandar Udara H.AS. Hanandjoeddin, 2014

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

REDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PENGEMBANGAN TERMINAL 3 SOEKARNO-HATTA INTERNATIONAL AIRPORT (SHIA)

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Minggu 2 STUDI BANDING

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL NYI AGENG SERANG DI KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB II: STUDI PUSTAKA

BAB IV: KONSEP PERENCANAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

DATTA SAGALA WIDYA PRASONGKO, 2016 PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP SISTEM SIRKULASI GEDUNG FPTK UPI

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

Bandar Udara Internasional KUALANAMU

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V: DESAIN RANCANGAN

IDENTIFIKASI RUANG PUBLIK DI LINGKUNGAN BANDARA ADI SUMARMO SEBAGAI ART SPACE

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REDESAIN PENGADILAN NEGERI SEMARANG KELAS IA KHUSUS

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN METAFORA DAN TRANSFORMASI PADA PERANCANGAN PROYEK TERMINAL PENGEMBANGAN BANDARA HASANUDDIN - MAKASSAR

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERANCANGAN 7.1 Konsep Dasar A. Fungsional Menyediakan tempat/sarana yang menawarkan kemudahan, kenyamanan dan keamanan kepada para pengguna jasa transportasi udara. Menawarkan sarana transportasi udara yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan prasarana yang lengkap yang mendukung aktifitas dan kebutuhan pengguna jasa. B. Bentuk Mampu mencerminkan karakter fungsinya sebagai bangunan terminal udara dan mampu beradaptasi dengan lingkungan serta mencerminkan tempatnya berada. 7.2 Bentuk massa bangunan terminal Bentuk dasar bangunan terminal adalah ouval dengan transformasi bentuk yang menyikapi bentuk dasar. Bentuk ini dipilih karena dianggap paling mewakili terhadap fungsi yang akan diterapkan dan merupakan bentuk dasar dari layang wau. 7.2.1 Konsep bentuk terminal secara horizontal Karena bentuk lokasi site terminal persegi panjang yang memiliki sumbu kuat dan sejajar terhadap bentuk apron dan runway, kemudian bentuk ouval memiliki simetrisasi yang kuat yang sesuai dengan konsep layang layang yang berorientasi pada sumbu, dimana bentuk layang layang ini akan mampu menjadi ciri terminal yang menjadi gerbang kawasan. Konsep bentuk terminal adalah konsep linier. Bentuk bangunan 68

Flight Prayer Pegawai Garbarata Control Garbarata Control Pegawai Prayer Wash & Cloack Wash & Cloack Early Baggege Early Baggege Trolley Area Front Office Cleaning Office Trolley Area Transit AirPort Tax Karyawan dan Locker Lost & Found Odd Size Baggage Airline Mechanic Crew Airline Mechanic Crew ATM Gallery Handicapped Lift ATM Gallery Retail Retail First Aid Nursery Staff Entrance Lobby Nursery Mushola First Aid Pantry Retail Retail Restaurant Baggage Make Up Area -in -in Area Public Lounge Departure Arrival Gate Corridor Mushola Mushola Arrival Lobby ME ME Baggage Claim Area Public Lounge Arrival Restaurant Mushola Staff Entrance memanjang secara horizontal, dan konfigurasi parkir pesawat dimuka terminal secara tegak lurus (Nose-in) dengan Koridor airside ditempatkan parallel dengan muka terminal. 7.2.2 Konsep bentuk terminal secara Vertikal Konsep bentuk bangunan secara vertikal dilihat dari sistem pemrosesan penumpang Roadway/kerb satu tingkat, bangunan terminal dua tingkat dengan mengkombinasikan kedatangan dan keberangkatan pada lantai dasar, dan waiting hall pada lantai dua. Konsep ini dipilih sebagai efektifitas pemrosesan sirkulasi penumpang. Gambar 7.1 Konsep Bentuk 7.3 Sirkulasi Pola sirkulasi mengikuti bentuk massa yang linier yang mana menyesuaikan dengan konsep dasar terminal yaitu konsep linier, yang mana konsep terminal linier ini memiliki kekuatan utama Jarak berjalan pendek jika memakai fasilitas check-in terdesentralisasi. Orientasi penumpang lebih mudah. Gambar 7.2 KonsepLinier 69

7.4 Kedudukan terminal terhadap apron Perletakan bangunan terminal harus memperhatikan persyaratan keselamatan penerbangan, dalam hal ini adalah Obstruction Clearence Requirement, Imaginary Transition Surface yang terkait dengan perletakan bangunan terminal adalah Transitional Surface (1 : 7). Pada bangunan terminal bandar udara Pinang kampai dumai ini direncanakan, didapat ketinggian maksimum bangunan yang diijinkan adalah 34,5 m tepat pada garis batas apron dan terminal, sedangkan bangunan yang direncanakan hanya mencapai ketinggian 31 m. Akses menuju kawasan yang tegak lurus kearah apron menjadi pertimbangan perletakan bangunan terminal, dimana garis jalan tersebut bisa menjadi sebuah sumbu kawasan. Sehingga perletakan massa nanti adalah memotong garis sumbu tersebut.kelebihan yang didapat adalah dapat membagi dua simetris terhadap bentuk layang-layang sehingga menjadi lebih monumental dan eye-catching karena letaknya yang tertangkap oleh keberadaan jalan. 7.5 Arsitektur berwawasan jati diri 6 Jati diri merupakan suatu proses yang integratif serta pluralistic,bukan sesuatu yang tunggal dan dinamis, karenanya jati diri tidak dapat dikarangkarang dan sulit dibakukan. Berbicara tentang Critical Vernacular (sesuatu yang bersifat kedaerahan) tidak hanya bercita rasa sebagai arsitektur tradisional, tetapi sebagai arsitektur yang khas untuk daerahnya. Setiap daerah akan sulit untuk membentuk identitasnya tanpa menyangkut regionalisme. Tradisi dan warisan kedaerahan merupakan sumber untuk sebuah identitas dan material asli setempat merupakan sumber yang tepat. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa jatidiri terbentuk dari proses dinamis dalam suatu kawasan yang berlangsung dalam waktu yang lama, melalui perubahan tata nilai dan perkembangan jaman sehingga untuk menelusuri jati diri dapat dilakukan melalui pengamatan ungkapan- 6 Ismail, Wawasan jatidiri dan pembangunan daerah, (Jakarta, Effar, 1989) 70

ungkapan yang tetap ada sepanjang perubahan yang merupakan identitas kawasan dalam mengaktualisasikan strategi wawasan jatidirinya 6. Dalam pembangunan daerah ditetapkan 7 jalur yang dijadikan acuan pendekatan salah satunya adalah jalur arsitektur, yang dinyatakan sebagai berikut : Ciri-ciri maupun potensi arsitektur perlu didayagunakan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip kesenian, kelestarian dan kesinambungan. Baik untuk generasi sekarang atau yang akan datang. Dalam hal ini fisik harus memperlihatkan jatidiri masyarakat. Dalam mengembangkan berbagai kegiatan pada jalur arsitektur ini perlu dilandasi dengan pendekatan antara lain memanfaatkan karya arsitektur yang telah mengakar di masyarakat. Selain itu juga perlu memanfaatkan karya-karya arsitektur yang mempunyai nilai unggul pada daerah dan lingkungan setempat. Strategi wawasan Jati diri dalam bidang arsitektur mengandung arti bahwa benang merah perkembangan arsitektur tradisional yang telah terjadi menjadi sumber / landasan melangkah ke dalam upaya mengembangkan arsitektur masa depan, disertai upaya untuk mensenyawakan budaya sebagai jiwa dan teknologi sebagai wadahnya. Oleh karena itu kekhasan dan keunikan lingkungan budaya dengan ekspresi arsitektur harus menjadi acuan dasar dalam pelestarian dan pengembangan agar setiap daerah menampilkan sosok yang unik dan mempunyai karakter yang spesifik sesuai dengan jatidirinya masing masing. 7.6 Sistem Struktur Penggunaan struktur rangka truss sebagai rangka ruang dalam komponen pembentuk struktur atap mengadopsi sifat dan bentuk layang - layang yang merupakan satu kesatuan yang tercipta oleh komponen rangka sebagai pendekatan simbolik dari metafora layang yang bersifat Intangible metaphor. 71

PINANG KAMPAI-DUMAI Gambar 7.3 Struktur Atap 7.7 Unsur-unsur pembentuk Identitas Riau Pendekatan penerapan pada rancangan Komponen bentuk bangunan tradisional Penerapan bentuk hiasan atap Melayu Riau yaitu Selembayung di adaptasikan kedalam kepala bangunan dan juga sebagai hiasan pembentuk kepala layang layang PINANG KAMPAI-DUMAI Gambar 7.4 Komponen bangunan Tradisional 72