BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

POLA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PERUMAHAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN SUB DAS LEPO-LEPO

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

4/12/2009. Water Related Problems?

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

I. PENDAHULUAN. mengalami kemajuan maka harus diimbangi dengan perkembangan. Dengan adanya bangunan-bangunan yang berdiri saat ini maka secara

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

RENCANA STRATEGIS DINAS CIPTA KARYA TATA RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN GROBOGAN Tahun 2011 sd Tahun 2016

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kawasan perumahan pada hakekatnya tidak akan pernah dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Terlebih pada kenyataannya lingkungan yang baik akan dapat memberikan manfaat yang dibutuhkan oleh manusia, meskipun terkadang terdapat perbedaan antara sudut pandang kepentingan manusia dan lingkungan. Namun dengan pengelolaan yang tepat, kerusakan lingkungan akibat kegiatan pembangunan khususnya kawasan perumahan yang membuat bertambahnya tekanan terhadap lingkungan ataupun aktifitas manusia sebagai penghuni kawasan perumahan dapat diminimalisir bahkan dihindarkan. Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, meliputi kajian mengenai daya dukung lingkungan kawasan perumahan, dan analisa dampak perumahan terhadap kawasan Cagar Alam dengan menggunakan matriks Leopold yang dimodifikasi, serta faktor-faktor yang dapat mengancam kelestarian kawasan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu ; a. Keberadaan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar mengakibatkan dampak pada komponen lingkungan, khususnya pada daerah yang diperuntukan sebagai wilayah tangkapan air (catchment area) Danau Dendam Tak Sudah. Komponen lingkungan yang dipengaruhi adalah komponen kuantitas air permukaan pada kawasan tangkapan air, yang dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah pasokan air ke dalam kawasan resapan air karena adanya bangunan tanggul tanah, adanya pemakaian air tanah oleh warga perumahan serta adanya kegiatan berkebun pada kawasan perumahan. Munculnya sumber limbah pada daerah yang sangat dekat dengan kawasan tangkapan air juga mempengaruhi komponen kualitas air permukaan, dan komponen vegetasi kawasan akibat aktifitas berkebun warga perumahan yang dapat mempengaruhi perubahan vegetasi asli kawasan tangkapan air. Namun dampak yang dihasilkan masih dapat dikategorikan sangat kecil, 141

sehingga belum merusak keseimbangan lingkungan pada kawasan tangkapan air Cagar Alam Danau Dusun Besar. b. Kondisi ini terjadi diakibatkan adanya faktor-faktor yang menguntungkan bagi kedua kawasan seperti ; Daya dukung kawasan perumahan yang sangat baik. Dimana kondisi ini dipengaruhi oleh perbandingan antara jumlah penghuni (warga perumahan) yang ada tidak melebihi jumlah kapasitas yang dapat ditampung pada kawasan perumahan. Sehingga dukungan sarana dan prasarana kawasan perumahan yang ada, masih memadai bagi kegiatan beraktifitas warga perumahan. Adanya keterpaduan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan perumahan yang berfungsi secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan kawasan perumahan. Hal ini dapat dilihat dari Adanya sistem drainase utama yang menyatukan ketiga kawasan perumahan. Dimana konstruksi saluran drainase menggunakan konstruksi pasangan batu yang kedap air, dapat mengarahkan air buangan menjauhi kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Terlayaninya kawasan perumahan oleh jaringan air minum PDAM, sehingga penggunaan air tanah menjadi relatif sedikit. Terpenuhinya Koefisien bangunan (KDB) atau rasio areal tanah yang ditutupi oleh lantai bangunan, pada kawasan perumahan di daerah ini sebagian besar memenuhi yang disyaratkan sebesar 60 : 40. Sehingga selain areal hijau dari kawasan perumahan, setiap kapling tanah pun masih mempunyai areal resapan air hujan. Pemilihan jenis konstruksi dan material yang tepat pada pembangunan tanggul tanah penahan banjir. c. Sebagai suatu kesatuan antara manusia sebagai isi dan kelompok bangunan serta sarana dan prasarana sebagai wadahnya, perumahan dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan melalui, aktifitas pembangunan maupun pengembangan kawasan perumahan dan aktifitas warga 142

perumahan itu sendiri. Sehingga kebijakan dan strategi yang dapat diambil terkait dengan dampak yang dihasilkan adalah : 1. Kebijakan terkait dengan kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan. a. Membatasi jumlah penduduk yang bermukim di wilayah ini dengan cara : - Mengarahkan agar pembangunan perumahan di kawasan ini menggunakan kapling besar. Dengan asumsi semakin besar ukuran kapling, maka akan semakin sedikit jumlah bangunan ataupun unit rumah yang dapat dibangun di kawasan ini, yang diharapkan akan semakin terbatasnya jumlah penduduk yang mendiami kawasan ini. - Jenis bangunan yang dapat dibangun pada kawasan ini merupakan bangunan tunggal. Perencanaan rumah gandeng/kopel (couple) membutuhkan luasan lahan yang lebih sedikit, material yang relatif lebih sedikit, serta biaya yang relatif lebih murah. Namun lebih banyak unit bangunan (rumah) berarti lebih banyak penghuni. - Pembatasan jumlah lantai bangunan yang dapat dibangun Selain untuk membatasi jumlah penduduk pada kawasan ini, juga untuk mencegah terjadinya korban jiwa jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi. Mengingat jenis tanah yang berada pada kawasan ini memiliki daya dukung tanah yang kurang baik. - Penerapan peraturan KDB 60 : 40 secara konsisten Penegakan peraturan ini bertujuan untuk membatasi perkembangan setiap unit rumah. Selain mengurangi tekanan terhadap lingkungan perumahan akibat berkurangnya daerah resapan, ataupun air hujan yang dapat meresap, peraturan ini juga dapat membatasi jumlah penduduk pada kawasan ini 143

b. Menetapkan kawasan yang berada pada wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman namun memiliki fungsi resapan sebagai wilayah yang tidak boleh dibangun/dilindungi yang dipertegas dalam Perda Kota Bengkulu. Berkurangnya luasan lahan yang dapat dibangun, akan mengurangi terjadinya perubahan bentuk lahan, baik melalui upaya reklamasi ataupun pengeringan lahan, terutama pada kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman. c. Penerapan peraturan tentang perumahan kawasan khusus untuk setiap pengembangan perumahan baru pada kawasan ini. dengan memasukan persyaratan seperti; Sumber air bersih bagi kawasan perumahan harus berasal dari jaringan air PDAM. Jenis konstruksi sarana jalan lingkungan harus menggunakan jenis konstruksi yang tidak menghalangi proses peresapan air hujan. Adanya pemisahan saluran drainase antara air buangan limbah rumah tangga dengan drainase air hujan, sehingga konstruksi saluran drainase air hujan dapat dirancang mampu menyerapkan air ke dalam tanah. 2. Strategi penanganan a. Menjadikan kawasan perumahan sebagai kawasan yang mendukung kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam, dengan menjaga keseimbangan neraca air kawasan perumahan melalui ; Melakukan penegakan peraturan KDB sebesar 60 : 40 secara konsisten, sehingga kondisi yang baik saat ini dapat tetap terjaga. Mensubsitusikan potensi air resapan yang hilang pada kapling terbangun dengan cara menggunakan material yang ramah lingkungan dalam pembangunan sarana infrastruktur di kawasan perumahan. Seperti penggunaan 144

paving block sebagai bahan perkerasan di kawasan ini. Konstruksi ini memungkinkan air hujan untuk dapat meresap ke lapisan dibawahnya. b. Peningkatan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis pada tanggul Penyesuaian fungsional dapat dilakukan dengan melakukan penanaman tumbuhan asli kawasan yang bertujuan untuk memperkokoh konstruksi tanggul itu sendiri. Selain itu juga akan memperbanyak keanekaragaman biologis dikawasan yang berbatasan dengan kawasan tangkapan air. c. Pengelolaan sampah secara terpadu Peningkatan prasarana persampahan dengan melakukan penambahan kuantitas tempat penampungan sampah sementara pada daerah-daerah yang mampu menjangkau warga perumahan. d. Menggalakkan program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) di lingkungan perumahan e. Pengawasan secara rutin terhadap kualitas sistem prasarana drainase di kawasan perumahan ini, sehingga penanganan/pemeliharaan /perbaikan dapat dilakukan secara tepat waktu. f. Upaya pemeliharaan kawasan tangkapan air Cagar Alam dengan melakukan inventarisasi vegetasi didalam kawasan, secara periodik. Semakin pendek rentang waktu akan semakin baik (inventarisasi ulang). g. Melakukan kegiatan pembinaan habitat pada kawasan Cagar Alam dengan cara pemberantasan jenis tumbuhan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan Cagar Alam. h. Melakukan sosialisasi akan pentingnya kawasan tangkapan air Cagar Alam khususnya terhadap warga perumahan untuk mencegah kemungkinan meluasnya pemanfaatan kawasan yang belum terbangun pada kawasan yang diperuntukkan sebagai 145

kawasan permukiman sebagai lahan budidaya oleh masyarakat/warga perumahan. 5.2 Saran a. Diperlukan studi lanjutan pada kawasan ini, mengingat analisa dampak lingkungan membutuhkan sudut pandang dari disiplin ilmu lainnya. Selain itu adanya indikasi yang ditemukan tentang potensi pemberdayaan ataupun peran serta masyarakat pada kawasan perumahan dalam upaya pelestarian kawasan Cagar Alam memerlukan penelitian lebih lanjut. b. Pengembangan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan yang berdekatan dengan kawasan lindung harus dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, tidak saja dilihat dari sisi perumahan namun juga harus memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan lindung. c. Diperlukan studi lanjutan terhadap pengembangan sistem sanitasi secara khusus dan terpadu pada kawasan perumahan ini. Selain bertujuan untuk menjaga kondisi lingkungan tetap terjaga baik, juga untuk meningkatkan daya dukung lingkungan pada kawasan perumahan dan lingkungan sekitarnya. d. Merestrukturisasi tata batas kawasan, baik berupa pemasangan tapal batas dalam jumlah yang lebih banyak, serta memasang papan informasi yang dapat berisi himbauan, informasi, ataupun peringatan pada batas kawasan. Sehingga potensi terjadinya kerusakan akibat ketidak tahuan batas wilayah dapat diminimalisir. 146