ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN Fitri Dian Purnamasari, Sutarto, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36 Surakarta 57126, Telp/Fax (0271) 637457 Email : fitridianpurnamasari@yahoo.co.id, 085799277638 Abstract : This research is aimed to find out and compare cost, revenue, income and the efficiency of corn farm analysis between tidal land and field area around Kedung Ombo reservoir. The basic method used was descriptive analysis method by using survey technique. The analysis method used to find out the cost was TC = FC + VC, to find out revenue was TR = Y. Py, to find out the income was Pd = TR TC, and to find out efficiency was a = R/C. The result of this research showed that the average of farming cost in tidal land was Rp 3.389.530,00/Ha/MT, the average revenue Rp 6.013.636,00/Ha/MT, the average income Rp 2.624.106,00/Ha/MT, the average efficiency 1,77. The average cost Rp 3.194.165,00/Ha/MT, the average revenue Rp 7.501.470,00/Ha/MT, the average income Rp 4.307.306,00/Ha/MT, the average efficiency 2,35 for farming in field area. Based on the analysis results, it can be concluded that cost, revenue, income and efficiency of corn farming in field area is higher than corn farming in tidal land. Keywords : Famer s Corn, Revenues, Efficiency, Waduk Kedung Ombo Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengetahui dan membandingkan biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi antara budidaya jagung di lahan pasang surut dan budidaya jagung di lahan tegal di sekitar waduk kedung ombo. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan teknik survei. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui biaya yaitu TC = FC + VC, untuk mengetahui penerimaan yaitu TR = Y. Py, untuk mengetahui pendapatan yaitu Pd = TR TC, dan untuk mengetahui efisiensi yaitu a = R/C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya usahatani di lahan pasang surut Rp 3.389.53,000/Ha/MT, rata-rata penerimaan Rp 6.013.636,00/Ha/MT, rata-rata pendapatan Rp 2.624.106,00/Ha/MT, rata-rata efisiensi 1,77. Rata-rata biaya usahatani di lahan tegal Rp 3.194.165,00/Ha/MT, rata-rata penerimaan Rp 7.501.470,00/Ha/MT, rata-rata pendapatan Rp 4.307.306,00/Ha/MT, rata-rata efisiensi. 2,35 untuk usahatani di lahan tegal. Berdasarkan analisis uji t maka disimpulkan bahwa biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi jagung di lahan tegal lebih tinggi daripada di lahan pasang surut. Kata kunci : Petani Jagung, Pendapatan, Efisiensi, Waduk Kedung Ombo
PENDAHULUAN Agribisnis adalah segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengusaha sendiri. Sektor pusat dalam agribisnis adalah sektor produksi usahatani. Usahatani diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal, dan pengelolaan yang ditunjukkan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian (Hernanto, 1989). Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan adanya pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Jagung merupakan komoditas dan perekonomian Indonesia (Dinas Pertanian, 2010). Kabupaten Sragen merupakan salah satu penyangga pangan provinsi Jawa Tengah. Luas basah tadah hujan mencapai 13.739 ha (14,59 persen) dan lahan kering 54.396 ha (57,77 persen) dari luas wilayah Kabupaten Sragen atau 7,48 persen dari luas lahan kering Provinsi Jawa Tengah. Lokasi potensial untuk pengembangan jagung berada di sebelah utara yaitu Kecamatan Sumberlawang, Gesi, Sambirejo, Tangen, Jenar, Sukodono, Sambungmacan, dan Kalijambe (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012). Lahan kering merupakan salah satu potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk usaha pertanian terutama tanaman jagung. Lahan pasang surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo di Kecamatan Sumberlawang banyak dimanfaatkan oleh petani untuk melakukan budidaya jagung. Kegiatan pertanian yang mampu dikelola dengan baik akan menghasilkan produk dengan kuantitas dan kualitas yang baik sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Komparatif Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal di Sekitar Waduk Kedung Ombo Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak (Nawawi et al, 1996). Pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei. Pengertian teknik survei yaitu pengumpulan data dari sejumlah individu dalam jangka waktu yang bersamaan dengan menggunakan beberapa pertanyaan berbentuk kuesioner (Singarimbun, 1995). Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dengan beberapa pertimbangan bahwa Kecamatan Sumberlawang merupakan wilayah dengan produksi tanaman jagung paling banyak di Kabupaten Sragen. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan surut dan semua petani yang mengusahakan usahatani jagung di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Metode Pengambilan Sampel Penentuan jumlah sampel responden dengan menggunakan metode proportional random sampling yaitu pengambilan responden dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya populasi atau kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2001). Penentuan sampel petani dilakukan dengan menggunakan metode linier systematic random sampling. Llinier systematic random sampling ini semua anggota sampel dianggap memiliki kharakteristik yang sama. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Untuk mengetahui besarnya biaya surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, menggunakan rumus : TC = FC + VC...(1) Di mana TC merupakan total biaya, FC merupakan jumlah dari biaya tetap, VC merupakan jumlah dari biaya tidak tetap. Untuk mengetahui besarnya penyusutan pada alat-alat yang digunakan pada usahatani jagung di lahan pasang surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, menggunakan rumus yaitu : Haw - Hak D =...(2) WP Di mana D merupakan penyusutan, Haw merupakan nilai awal barang, Hak merupakan nilai barang akhir, WP merupakan waktu pakai. Untuk mengetahui penerimaan surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, menggunakan rumus yaitu: TR = Y. Py...(3) Di mana TR merupakan total penerimaan, Y merupakan produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani, Py merupakan harga. Untuk mengetahui pendapatan surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, menggunakan rumus yaitu : Pd = TR TC...(4) Di mana Pd merupakan pendapatan usahatani, TR merupakan total penerimaan, TC merupakan total biaya. Untuk mencari nilai efisiensi surut dan lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, menggunakan rumus sebagai berikut: a = R/C...(5) Di mana a merupakan efisiensi, R merupakan penerimaan, C merupakan biaya, R/C Ratio > 1, surut dan lahan tegal sudah efisien, R/C Ratio 1, usahatani jagung di lahan pasang surut dan lahan tegal tidak efisien Uji t Kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel, berarti terdapat perbedaan biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi usahatani jagung di lahan pasang surut dan
lahan tegal. Ho diterima dan Ha ditolak, jika t hitung t tabel, berarti tidak terdapat perbedaan biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi jagung di lahan pasang surut dan lahan tegal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Budidaya Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut Waduk Kedung Ombo Pola tanam Tipe penanaman jagung di lahan pasang surut dilakukan secara monokultur yaitu penanaman tanaman jagung tanpa diselingi oleh tanaman lainnya. Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun. Pola tanam pada usahatani jagung di lahan pasang surut menggunakan pola tanam jagung-tidak ditanamitidak ditanami. Pola tanam jagung di lahan tegal yaitu jagung-jagung-bero. Persiapan lahan Persiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Persiapan lahan pasang surut diawali dengan membersihkan tanah dari sisa-sisa tanaman sebelumnya maupun gulma. Pengolahan lahan pasang surut tanah dilakukan tidak intensif di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian seperti cangkul dan cetok. Penanaman Kegiatan penanaman benih jagung diawali dengan pembuatan lubang tanam. Lubang tanam untuk tanaman jagung dengan kedalaman tanah kurang lebih 3-5 cm. Kegiatan penanaman jagung ini dilakukan secara manual menggunakan tangan dan alat tugal. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan atau perawatan tanaman jagung terdiri dari beberapa tahapan yaitu diantaranya adalah penyulaman, pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit. Kebanyakan petani jagung memberikan pupuk hingga tiga kali. Pemupukan dasar ini dilakukan ratarata 7 hari sebelum masa tanam atau dilakukan pada saat akan dilakukan penanaman. Pemupukan kedua dilakukan setelah usia tanaman mencapai 14 HST. Pemupukan ketiga dilakukan pada usia tanaman yang sudah mencapai 40 HST. Penyiangan terhadap gulma dilakukan setiap 2-3 minggu sekali. Penyakit yang menyerang tanaman jagung adalah virus putih atau bulai. Pengairan Pengairan merupakan kegiatan mengaliri air pada lahan yang ditanami tanaman jagung. Petani di lahan pasang surut melakukan penyedotan terhadap air di Waduk Kedung Ombo yang kemudian dialirkan ke lahan jagung. Kebanyakan petani pada lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo memilih menerapkan sistem tadah hujan untuk mengaliri lahan tegal. Penggunaan diesel untuk memompa air hanya dilakukan dalam beberapa kali pada waktu awal musim tanam. Panen Panen merupakan kegiatan pengambilan hasil pertanian dari lahan. Rata-rata usia tanaman jagung yang dipanen pada lahan pasang surut mencapai usia 90-100 hari. Usia pemanenan ini tergantung pada tujuan pemasaran jagung. Pascapanen Pascapanen merupakan kegiatan setelah panen yang terdiri
dari pengupasan klobot jagung, pemipilan, pengeringan dan pemasaran. Pengupasan klobot jagung dilakukan untuk menjaga agar kadar air dapat menurun. Terdapat perbedaan pada beberapa petani di lahan pasang surut, di mana petani melakukan pascapanen dengan membiarkan jagung yang telah masak di batang selama beberapa hari dengan tujuan agar jagung menjadi kering dan kadar airnya berkurang. Pengeringan alami ini dilakukan selama 3-5 hari berturutturut di mana kadar air sudah terlihat berkurang. Identitas Responden Rata-rata usia responden di lahan pasang surut dan di lahan tegal yaitu Analisis Pendapatan Petani Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo Penggunaan Sarana Produksi Input produksi merupakan jumlah unit operasional yang setiap 53 tahun. Usia petani jagung di lahan pasang surut dan di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo masih dalam masa produktif (15-65 tahun). Rata-rata pendidikan responden di lahan pasang surut dan responden di lahan tegal hanya mencapai 6 tahun yaitu sekolah dasar. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani di lahan pasang surut dan di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo yang paling banyak adalah 4 orang yang termasuk dalam keluarga kecil. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan usahatani jagung di lahan pasang surut dan lahan tegal kebanyakan hanya 1-2 orang. kebutuhan pada setiap musim tanam. Input produksi yang digunakan pada surut maupun di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo meliputi benih jagung, pupuk organik, dan pupuk anorganik, obat saat dapat berubah sesuai dengan Tabel 1. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi dalam Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di Sekitar Waduk Kedung Ombo No. 1. 2. Keterangan Sarana Produksi a. Benih (kg) b. Pupuk - Urea (kg) - Phonska (kg) - NPK (kg) - TSP (kg) - Organik (kg) c. Insektisida (ml) d. Herbisida (ml) Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Luar (HKP) Tabel 1. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi dalam Usahatani Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut Usahatani Jagung di Lahan Tegal Per UT Per Ha Per UT Per Ha 4,60 96,67 3,33 46,67 4,17 200,00 0,33 0,07 11,00 12,55 263,64 9,09 127,27 11,36 545,45 0,91 0,18 29,99 7,50 149,00 3,33 68,33 9,17 860,00 0,27 0,57 10,57 13,24 262,94 5,88 120,59 16,18 1.517,65 0,47 1,00 18,66 Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di sekitar Waduk
Kedung Ombo diketahui bahwa jumlah benih yang digunakan pada surut sebesar 4,60 kg/per usahatani atau sebesar 12,55 kg/ha/mtpioneer 21 merupakan jenis benih jagung yang banyak digunakan di lahan pasang surut dan di lahan tegal. Harga benih jagung pioneer 21 ini rata-rata Rp 75.000 per Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani pada setiap musim tanam. Biaya produksi ini sering disebut dengan biaya tidak tetap. Biaya kilogramnya Alasannya adalah pembayaran upah berupa uang tunai lebih mudah disesuaikan pada keadaan ekonomi saat itu. Tetapi masih ada pula yang menggunakan sistem bagi hasil dan hanya sedikit sekarang yang menggunakan hal tersebut dan biasanya dilakukan untuk tenaga kerja yang masih memiliki hubungan kekeluargaan. sesuai dengan kebutuhan setiap musim tanam. Biaya pada usahatani jagung di lahan pasang surut lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani jagung di lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo. produksi ini dapat berubah-ubah Tabel 2. Rata-rata Biaya Jagung di Lahan Pasang Surut dan Jagung di Lahan Tegal di Sekitar Waduk Kedung Ombo No. 1. 2. 3. Jenis Input Sarana Produksi a. Benih b. Pupuk - Urea - Phonska - TSP - NPK - Organik c. Obat kimia - Insektisida - Herbisida Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Luar Lain-lain a. Irigasi b. Transportasi c. Pemipilan d. Alat semprot e. Pajak f. Penyusutan Biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah untuk tenaga kerja luar, di mana untuk lahan pasang surut sebesar Rp 1.144.545,00/Ha/MT dan tegal sebesar Rp Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut Usahatani Jagung di Lahan Tegal Per UT Per Ha Per UT Per Ha 283.166 186.500 6.666 12.500 112.416 39.833 6.100 6.933 419.666 73.000 8.166 78.666 1.700 0 7.511 772.272 508.636 6.9333 34.090 306.590 108.636 16.636 18.909 1.144.545 199.090 22.272 214.545 4.636 0 2.484 506.500 290.000 8000 22.000 159.000 145.166 11.667 33.667 462.333 18.666 2.333 114.900 4.167 21.633 9.993 893.823 511.764 14,117 38.823 280.588 256.176 20.588 59.411 815.882 32.941 4.117 202.764 7.352 38.176 17.635 815.882,00/Ha/MT. Upah merupakan balas jasa terhadap tenaga buruh tani dalam jangka waktu tertentu yang nilainya berdasarkan standar upah tertentu. Upah untuk tenaga kerja pria
yaitu sebesar Rp 40.000,00-45.000,00 sedangkan untuk tenaga kerja Penerimaan Usahatani Produksi merupakan hasil panen jagung yang harus dijual yang dihitung dalam satuan rupiah. Ratarata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Jagung di perempuan sebesar Rp30.000,00. Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo di Sekitar Waduk Kedung Ombo dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini: Tabel 3. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal di Sekitar Waduk Kedung Ombo di Sekitar Waduk Kedung Ombo No. Keterangan Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut Usahatani Jagung di Lahan Tegal Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Produksi (Kg) 950 2.590 1.826 3.223 2. Penerimaan (Rp) 2.205.000 6.013.636 4.250.833 7.501.470 Harga jual jagung setelah panen di Kecamatan Sumberlawang rata-rata berkisar Rp 2.300/kg. Penerimaan jagung di lahan tegal Pendapatan dan Efisiensi Rata-rata Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Jagung di Lahan sebesar Rp 7.501.470/Ha/MT lebih banyak dibandingkan dengan penerimaan jagung di lahan pasang surut sebesar Rp 6.013.636/Ha/MT. sekitar Waduk Kedung Ombo di Sekitar Waduk Kedung Ombo dapat dilihat pada Tabel 4. berikut: Pasang Surut dan Lahan tegal di Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan Efisiensi Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di Sekitar Waduk Kedung Ombo No. 1. 2. 3. 4. Keterangan Biaya Penerimaan Pendapatan Efisiensi Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan Efisiensi Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo, dapat dilihat bahwa pendapatan jagung pada lahan tegal di sekitar Waduk Kedung Ombo lebih tinggi dibanding dengan pendapatan di lahan pasang surut. Perbedaan kegiatan budidaya jagung dan lahan tegal ini terletak pada Usahatani Jagung di Lahan Pasang Surut Usahatani Jagung di Lahan Tegal Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1.242.828 3.389.530 1.810.027 3.194.165 2.205.000 6.013.636 4.250.833 7.501.470 962.172 2.624.106 2.440.807 4.307.306 1,77 2,35 penggunaan tenaga kerja luar. Penggunaan tenaga kerja luar pada lahan pasang surut lebih banyak dibandingkan dengan lahan tegal Efisiensi diperoleh melalui perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Tingkat efisiensi dilihat dari semakin tinggi nilai efisiensinya maka semakin baik suatu usahatani untuk dilaksanakan. Tingkat efisiensi jagung di lahan
pasang surut lebih rendah dibandingkan dengan efisiensi jagung di lahan tegal. Tingkat efisiensi pada lahan pasang surut yaitu sebesar 1,77 dan efisiensi lahan tegal lebih besar yaitu sebesar 2,35. Uji t Tabel 5. Uji T pada Biaya Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal No. Keterangan F tabel F hitung T tabel T hitung 1. Lahan Pasang Surut 4.004 6.893 2.002-3.207 2. Lahan Tegal 4.004 6.893 2.002-3.207 Hasil uji F menunjukkan bahwa F tabel 4.004 dan F hitung 6.893. F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga kedua varians berbeda. Kemudian dilakukan uji t di mana t tabel 2.002 dan t hitung -3.207. T hitung lebih besar daripada t tabel sehingga ada perbedaan nyata antara biaya jagung di lahan pasang surut dengan biaya jagung di lahan tegal. Nilai negatif pada t hitung berarti bahwa rata-rata biaya jagung di lahan tegal lebih besar dibandingkan dengan biaya jagung di lahan pasang surut. Mean difference didapat melaui pengurangan rata-rata biaya jagung di lahan pasang surut dengan rata-rata biaya jagung di lahan tegal sehingga didapat -568032.167. Tabel 6. Uji T pada Penerimaan Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal No. Keterangan F tabel F hitung T tabel T hitung 1. Lahan Pasang Surut 4.004 13.725 2.002-4.382 2. Lahan Tegal 4.004 13.725 2.002-4.382 Hasil uji F menunjukkan bahwa F tabel 4.004 dan F hitung 13.725. F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga kedua varians berbeda. Kemudian dilakukan uji t di mana t tabel 2.002 dan t hitung - 4.382. T hitung lebih besar daripada t tabel sehingga ada perbedaan nyata antara penerimaan jagung di lahan pasang surut dengan penerimaan jagung di lahan tegal. Nilai negatif pada t hitung berarti bahwa rata-rata penerimaan jagung di lahan tegal lebih besar dibandingkan dengan penerimaan jagung di lahan pasang surut. Mean difference didapat melalui pengurangan rata-rata penerimaan jagung di lahan pasang surut dengan rata-rata penerimaan jagung di lahan tegal sehingga- 2038166.667. Tabel 7. Uji T pada Pendapatan Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal No. Keterangan F tabel F hitung T tabel T hitung 1. Lahan Pasang Surut 4.004 17.536 2.002-4.826 2. Lahan Tegal 4.004 17.536 2.002-4.826 Hasil uji F menunjukkan bahwa F tabel 4.004 dan F hitung 17.536. F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga kedua varians berbeda. Kemudian dilakukan uji t di mana t tabel 2.002 dan t hitung - 4.826. T hitung lebih besar daripada t tabel sehingga ada perbedaan nyata antara pendapatan jagung di lahan pasang surut dengan pendapatan
jagung di lahan tegal. Nilai negatif pada t hitung berarti bahwa rata-rata pendapatan jagung di lahan tegal lebih besar dibandingkan dengan pendapatan jagung di lahan pasang surut. Mean difference diketahui sebesar -1496934.500. Tabel 8. Uji T pada Efisiensi Jagung di Lahan Pasang Surut dan Lahan Tegal No. Keterangan F tabel F hitung T tabel T hitung 1. Lahan Pasang Surut 4.004 28.953 2.002-6.105 2. Lahan Tegal 4.004 28.953 2.002-6.105 Hasil uji F menunjukkan bahwa F tabel 4.004 dan F hitung 28.953. F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga kedua varians berbeda. Kemudian dilakukan uji t di mana t tabel 2.002 dan t hitung -6.105. T hitung lebih besar daripada t tabel sehingga ada perbedaan nyata antara efisiensi jagung di lahan pasang surut dengan efisiensi jagung di lahan tegal. Nilai negatif pada t hitung berarti bahwa rata-rata efisiensi usahatani jagung di lahan tegal lebih besar dibandingkan dengan efisiensi jagung di lahan pasang surut. Means difference diketahui sebesar -.55633. SIMPULAN Simpulan penelitian ini adalah rata-rata biaya usahatani jagung di lahan pasang surut Rp 3.389.530,00/Ha/MT, rata-rata penerimaan usahatani jagung Rp 6.013.636,00/Ha/MT, rata-rata pendapatan usahatani jagung Rp 2.624.106,00/Ha/MT, rata-rata efisiensi 1,77. Rata-rata biaya usahatani di lahan tegal Rp 3.194.165,00/Ha/MT, rata-rata penerimaan Rp 7.501.470,00/Ha/MT, rata-rata pendapatan usahatani jagung Rp 4.307.306,00/Ha/MT, rata-rata efisiensi. 2,35 untuk usahatani di lahan tegal. Berdasarkan analisis uji t maka disimpulkan bahwa biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi jagung di lahan tegal lebih tinggi daripada di lahan pasang surut. Saran penelitian ini adalah pendapatan petani jagung di lahan pasang surut memberikan hasil yang rendah sehingga petani jagung perlu melakukan usahatani di lahan tegal yang masih belum termanfaatkan, salah satunya dengan menyewa lahan tegal yang masih bero. Selain itu, kegiatan pertanian yang ada di kawasan pasang surut dapat meningkatkan laju sedimentasi lumpur di Waduk Kedung Ombo yang akan menimbulkan dampak pada pengurangan kapasitas tampungan waduk. Pemerintah diharapkan dapat mengembangkan usaha ekonomi kreatif kepada petani untuk meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan petani di lahan pasang surut maupun petani di lahan tegal. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah. www.jateng.bps.go.ig. Diakses tanggal 20 Juni 2012. Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2010. Sektor Pertanian. www.sragenkab.go.id. Diakses tanggal 20 Juni 2012. F.Hernanto. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 1989. Hal:66 Hadari Nawawi, Mimi Maritni. 1996