BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PEDAHULUAN. pemilihan umum yang diberikan tugas menyelenggarakan Pemilihan

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN CALEG TERPILIH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (Studi Penelitian Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Situbondo)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilihan umum. Sesuai dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Adalah suatu pelanggaran terhadap hak-hak asasi apabila Pemerintah tidak mengadakan pemilihan umum atau memperlambat pemilihan umum tanpa persetujuan dari wakil-wakil rakyat (Moh. Kusnardi, dan Harmaily Ibrahim, 1983:329). Indonesia saat ini menghadapi kontes pemilu yang baru, banyak masyarakat yang ingin mendapatkan hak haknya dalam menyalurkan atau menyampaikan hakhaknya dan aspirasinya. Memberikan mereka kesempatan untuk memilih sendiri apa yang menjadi keinginannya maka pemerintahan Indonesia setidaknya telah melakukan demokrasi pada rakyat. Pemilihan umum yang selanjutnya disebut dengan pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disebut dengan DPR, Dewan Perwakilan Daerah, selanjutnya disebut dengan DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut dengan DPRD.

2 Sesuai dengan pasal 22E ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen ke-4, bahwa : Pemilahan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk Republik Indonesia paling tidak ada tiga macam tujuan pemilihan umum itu. Ketiga macam tujuan pemilihan umum itu adalah: 1. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib; 2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat; dan 3. Dalam rangka melaksanakan hak-hak asasi warga negara. (Moh. Kusnardi, dan Harmaily Ibrahim, 1983:330). Pada dasarnya pemilu merupakan hajatan atau perhelatan milik rakyat dan oleh karena itu dilakukan oleh rakyat. Peserta pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah partai politik sesuai persyaratan yang ditentukan undang undang. Pemilu secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Guna menghasilkan anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis, berdasarkan pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pemilihan anggota DPRD, setiap daerah Kabupaten/Kota dibagi dalam setiap Daerah Pemilihan (DAPIL) agar supaya memudahkan pihak KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan perhitungan suara dan membagi setiap calon anggota legislatif dalam setiap Dapil. Sistem pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota adalah sistem proporsional

3 terbuka. Masyarakat pemilih dihadapkan pada partai politik beserta pemilu dan nama calon anggota dewan dari partai politik yang bersangkutan. Sejak tahun 2004, mekanisme pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD dan Presiden dan Wakil Presiden mengalami kemajuan. Pertama, penyelenggara pemilu merupakan lembaga independen, yakni KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang tidak berada di bawah salah satu departemen pemerintahan, dulunya diselenggarakan oleh Lembaga Pemilihan Umum yang secara kelembagaan berada di bawah Departemen Dalam Negeri, bahkan dibentuk oleh Departemen ini. Kedua, dalam pemilihan anggota legislatif, ada tambahan bagi warga untuk memilih anggota DPD yang dalam penyelenggaraan ada kebebasan untuk memilih secara langsung calon anggota legislatif dengan cara mencoblos nama atau gambar calon anggota legislatif, yang pada pemilu 2009 diganti dengan cara mencotreng. Ketiga, mekanisme pemilihan presiden dilaksanakan secara langsung oleh rakyat, sebelumnya dilakukan oleh MPR hasil pemilu pada tahun yang sama (Sulardi, 2009:10). Penyelenggaraan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara Pemilu yang mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut dengan KPU merupakan penyelenggara Pemilu tingkat pusat. Pasal 1 angka 6 Undang Undang Nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu disebutkan bahwa, Komisi Pemilihan Umum selanjutnya

4 disebut KPU adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, mandiri. Banyaknya calon anggota DPR/DPD/DPRD yang kurang berkualitas, bukan karena kesalahan KPU sebagai penyelenggara Pemilu, karena KPU hanya menyeleksi caleg berdasarkan persyaratan formal sebagaimana diatur dalam undang undang Pemilu. Setiap anggota legislatif yang ditentukan dengan suara terbanyak, apabila calon anggota tersebut mendapatkan suara terbanyak dalam parpol pada Dapil yang telah ditentukan maka mereka akan menjadi calon legislatif terpilih, dan akan ditetapkan sebagai anggota legislatif terpilih oleh KPU Kabupaten/Kota. Penetapan calon anggota legislatif dilakukan dengan tahapan tahapan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Namun mekanisme penetapan calon dengan suara terbanyak membawa dampak hukum bagi caleg tersebut, karena caleg dari parpol yang sama dapat melaporkan teman sesama yang dianggap telah melakukan kecurangan baik itu dalam perolehan hasil suara, masa kampanye ataupun permasalahan lain yang masih berkaitan dengan penetapan caleg. Selanjutnya, hak rakyat hanya sebatas memberikan suara pada waktu Pemilu, dengan mencoblos tanda gambar partai politik tertentu, sesudah itu hak hak politik rakyat beralih ke tangan partai politik dan selanjutnya partai politik yang akan menentukan wakil wakil rakyat yang akan duduk di DPR/DPD/DPRD berdasarkan sistem nomor urut (Sulardi, 2009:18).

5 Keterkaitan judul skripsi dengan jurusan Civic Hukum (PKn) yaitu dengan mata kuliah UUD 1945, Pemerintah Daerah, Ilmu Pemerintahan, Teori dan Konsep Demokrasi, Ilmu Politik, Politik Hukum dan Sistem Politik Indonesia, sehingga dapat mengkaji, mengurai lebih dalam lagi tentang pemerintahan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai Penetapan Caleg Terpilih DPRD di Kabupaten Situbondo, dalam suatu karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul Penetapan Caleg Terpilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Oleh Komisi Pemilihan Umum (Studi Penelitian Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Situbondo). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, untuk lebih menitik beratkan pada permasalahan yang ada, maka rumusan permasalahan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah aspek kepastian hukum dalam penetapan Caleg Terpilih Anggota DPRD Kabupaten oleh KPU Kabupaten Situbondo? 2. Bagaimanakah konsekuensi yuridis terhadap Penatapan Caleg Terpilih Anggota DPRD Kabupaten oleh KPU Kabupaten Situbondo? 3. Apakah perolehan suara parpol berpengaruh terhadap Penetapan Caleg Terpilih Anggota DPRD Kabupaten Situbondo?

6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui, mengkaji, dan menganalisis aspek kepastian hukum dalam penetapan caleg terpilih DPRD Kabupaten oleh KPU Kabupaten Situbondo. 2. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis konsekuensi yuridis terhadap penetapan caleg terpilih DPRD Kabupaten oleh KPU Kabupaten Situbondo. 3. Untuk mengetahui, mengkaji, menganalisis perolehan suara parpol berpengaruh terhadap penetapan caleg terpilih DPRD Kabupaten Situbondo. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapkan bagi penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini : 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memungkinkan dikembangan lebih lanjut menjadi teori guna menambah khasanah ilmu pengetahuan yang bisa digunakan oleh peneliti yang akan datang sebagai bahan acuan terutama bagi program Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengakaji tentang Penetapan Caleg Terpilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Kabupaten/Kota. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan agar memahami bagaimana penetapan caleg terpilih DPRD Kabupaten/Kota.

7 2. Bagi KPU Kabupaten Situbondo, penelitian ini bermanfaat guna meningkatkan kinerja dari KPU itu sendiri sebagai pedoman untuk pemilihan penetapan caleg yang akan datang. 1.5 Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menguraikan istilah istilah yang terdapat dalam judul skripsi, maka perlu diberikan batasan pengertian sebagai berikut : 1. Pemerintahan Daerah Provinsi dalam UUD 1945, jelas disebutkan adanya institusi pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas jabatan gubernur dan institusi DPRD provinsi. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 239). 2. Kedudukan DPRD Provinsi jika gubernur adalah pemerintah daerah provinsi atau kepala pemerintahan eksekutif. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 253). 3. Pemerintahan Daerah Kabupaten juga dapat disebut tersendiri sebagai lembaga negara di daerah. Karena, subjek hukum kelembagaan yang disebut secara eksplisit dalam pasal 18 ayat (2), (3), (5), (6), dan ayat (7) justru adalah pemerintahan daerah yang meliputi kepala pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 258). 4. DPRD Kabupaten dalam pasal 18 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan, Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia dibagi atas daerah daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-

8 undang. Pemerintahan daerah provinsi mempunyai gubernur dan DPRD provimsi, pemerintahan daerah kabupaten mempunyai bupati dan DPRD kabupaten, dan pemerintahan daerah kota mempunyai walikota dan DPRD kota. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 265). 5. Pemerintahan Daerah Kota juga dapat disebut tersendiri sebagai lembaga negara di daerah kota. Dalam pasal 18 ayat (2) dan (3) UUD 1945 jelas ditentukan bahwa pemerintahan daerah kota juga mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah kota juga memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota yang para anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 270). 6. DPRD Kota sesuai ketentuan pasal 40 Undang Undang No. 32 tahun 2004, DPRD, baik tingkat provinsi, kabupaten ataupun kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 273). 7. Penyelenggara Pemilu Komisi Pemilihan Umum atau KPU tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga lembaga (tinggi) negara lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945. Bahkan, nama Komisi Pemilihan Umum itu sendiri tidaklah ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh Undang Undang tentang pemilu. Kedudukan KPU sebagai lembaga negara dapat dianggap sederajat dengan lembaga lembaga negara lain yang dibentuk oleh atau dengan Undang Undang. (Jimly Asshiddiqie :2010 hal 200-201).

9 8. Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam pasal 25 Undang Undang Pemilu ditentukan bahwa tugas dan wewenang KPU adalah : a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan umum b. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilu Pasal 26 Komisi Pemilihan Umum berkewajiban : a. Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara guna menyukseskan pemilu b. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan barang dan jasa berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan peraturan perundangundangan c. Memelihara arsip dan dokumen Pemilu serta mengelola barang inventaris KPU berdasarkan peraturan perundang undangan Pasal 27 Undang Undang tentang Pemilihan Umum ini. Dalam pasal 27 ini diatur bahwa sekretariat jenderal KPU dipimpin oleh sekretaris jenderal dan dibantu oleh wakil sekretaris jenderal. Juga ditentukan Undang Undang ini bahwa sekretaris jenderal dan wakil sekretaris jenderal adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden. (Jimly Asshiddiqie :2010, hal 207-208).

10 9. Komisi Pemilihan Umum Provinsi, KPU Provinsi KPU diatur dalam pasal 28 sampai dengan pasal 30 Undang Undang Pemilu dengan tugas dan wewenang : a. Merencanakan pelaksanaan Pemilu di provinsi b. Melaksanakan Pemilu di provinsi c. Menetapkan hasil Pemilu di provinsi Pasal 29 ditentukan bahwa KPU provinsi berkewajiban untuk : a. Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara b. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat Pasal 30 menetukan pula bahwa : a. Sekretariat KPU provinsi dipimpin oleh seorang sekretaris b. Sekretaris KPU provinsi adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan sekretaris jenderal KPU (Jimly Asshiddiqie :2010, hal 208-209). 10. KPU Kabupaten/Kota, tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota diatur dalam pasal 31 : a. Merencanakan pelaksanaan Pemilu di Kabupaten/Kota b. Melaksanakan Pemilu di Kabupaten/Kota c. Menetapkan hasil Pemilu di Kabupaten/Kota Pasal 32 mempunyai kewajiban sebagai berikut :

11 a. Memperlakukan paserta pemilu secara adil dan setara b. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat (Jimly Asshiddiqie :2010, hal 209-210).