II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. ini maka pengembangan usaha peternakan skala kecil perlu mendapat perhatian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan hewan pegunungan hidup dilereng-lereng yang curam yang meiliki

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi peternakan Kambing PE dan Kacang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor : 2915/Kpts/OT.140/6/2011 (Kementerian Pertanian, 2011),

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

5 KINERJA REPRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

PE DOE SELECTION BASED ON DOE PRODUCTIVITY INDEX ON WEAN WEIGHT IN DADAPAN VILLAGE, SUMBEREJO SUBDISTRICT, TANGGAMUS MUNICIPAL

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

Performan reproduksi pada persilangan Kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

TINJAUAN PUSTAKA. Asal-usul, Karakteristik dan Penampilan Reproduksi Kambing Kacang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang cukup banyak dan tersebar luas di wilayah pedesaan. Menurut Murtidjo (1993), kambing Kacang memiliki karakteristik sebagai berikut: ukuran tubuhnya relatif kecil, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan performan reproduksinya sangat baik. Kambing Kacang banyak dijumpai juga di Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia. Salah satu kelebihan kambing Kacang adalah mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Kekurangan kambing Kacang adalah ukuran tubuh yang relatif kecil dan laju pertambahan bobot hidup yang relatif rendah (Setiadi, 2003). Bobot badan kambing Kacang betina pada saat mencapai dewasa tubuh sekitar 20 kg (Devendra dan Burns, 1994). Lebih lanjut dikatakan Murtidjo (1993) bahwa kambing Kacang memiliki warna tunggal, yakni: putih, hitam atau cokelat, serta adakalanya campuran dari ketiga warna tersebut. Panjang tanduk kambing Kacang jantan maupun betina 8 --10 cm.

6 Damshik (2001) mengemukakan bahwa rata-rata tinggi pundak dan bobot badan kambing Kacang dewasa masing-masing 50 cm dan 30 kg. Apabila dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya maka kepala memunyai proporsi yang sangat baik dan seimbang. Telinganya berukuran sedang, selalu bergerak, posisinya tegak, tetapi tidak menggantung seperti pada kambing PE. Tanduk kambing Kacang terdapat pada kambing jantan maupun betina dan ukurannya relatif pendek. Janggut tumbuh dengan baik dan lebat pada dewasa jantan namun kurang lebat pada yang betina. Leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap. Punggung lurus, pada beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memberi kesan semakin kebelakang semakin tinggi sampai kebagian pinggul. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa karakteristik kambing Kacang sebagai berikut: profil wajah lurus, ekor kecil dan tegang, ambing kecil dengan konformasi baik dengan puting yang relatif besar, bulu tubuh kambing betina pendek dan kasar sedangkan pada yang jantan lebih panjang daripada betina. Kambing Kacang mampu bertahan hidup pada berbagai kondisi lingkungan dan mampu beradaptasi terhadap manajemen pemeliharaan yang berubahubah. Masa pubertas dicapai pada umur sekitar 6 bulan pada yang jantan dan 5 bulan pada betina. Kambing Kacang betina beranak pertama pada umur sekitar 12--13 bulan.

7 B. Jarak Beranak Jarak beranak adalah periode antara dua beranak yang berurutan yang terdiri atas periode perkawinan (periode dari beranak sampai konsepsi) dan periode bunting disebut interval beranak. Jarak beranak merupakan faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya rata-rata produksi anak yang dihasilkan per tahun, semakin pendek jarak beranak, maka semakin tinggi hasil produksi yang diperoleh sedangkan semakin cepat timbulnya estrus setelah melahirkan mengindikasikan bahwa kambing tersebut telah siap untuk dikawinkan kembali. (Devendra dan Burns, 1994). Beberapa faktor yang memengaruhi panjang pendeknya jarak beranak antara lain adalah bangsa, umur kambing, frekuensi beranak, kandungan nutrisi ransum, dan service per conception. Jarak beranak juga dipengaruhi oleh tipe kelahiran ternak, dimana pada tipe kelahiran tunggal jarak beranak akan lebih pendek dibandingkan tipe kelahiran kembar (Susilawati, 2008) Jarak beranak merupakan salah satu sifat reproduksi yang berpengaruh terhadap peningkatan populasi dan produksi ternak. Nainggolan (2011) juga menyatakan bahwa persilangan yang dilakukan pada ternak dapat mempercepat jarak beranak ternak. Hasil penelitian Sodiq dan Sumaryadi (2002) didapatkan selang beranak pada induk kambing minimum 205 hari pada kambing Kacang dan maksimum 450 hari pada kambing PE. Menurut Devendra dan Burns (1994), lama periode

8 perkawinan tergantung seberapa cepat induk itu bunting lagi setelah beranak, yang pada gilirannya tergantung pada timbulnya kembali siklus berahi. Pada kenyataan yang ditemukan di desa, interval kelahiran paling tidak satu tahun dan kadang- kadang lebih lama. Keadaan ini hampir dapat dipastikan karena ternak betina pada saat estrus atau berahi tidak dikawinkan yang dikarenakan oleh ketidaktahuan peternak atau keterbatasan waktunya (Chaniago, 1993). C. Jumlah Anak per Kelahiran Jumlah anak per kelahiran (ekor) merupakan jumlah anak yang dilahirkan setiap kelahiran dalam satu periode kelahiran. Pencatatan dilakukan dari kelahiran pertama sampai kedua. Kambing kacang dapat melahirkan hingga 1 4 perkelahiran atau rata-rata 2 ekor (Sarwono, 2002). Kambing Kacang lebih prolifik jika dibandingkan dengan Kambing Boer. Prolifikasi ini disamping dipengaruhi oleh bangsa dan faktor genetik lainnya juga dipengaruhi oleh umur induk waktu beranak (Subandriyo, 1993). Susilawati (2008) menjelaskan bahwa kambing Kacang dengan berat badan 20 30 kg memunyai fertilitas tinggi sehingga anak yang dilahirkan berkisar 1 4 ekor per kelahiran. Pada kondisi normal, persentase kelahiran mencapai 95 % adalah biasa dan sekitar 7 15 % dari kambing betina dapat melahirkan 3 anak dan lebih dari 50 % dapat melahirkan 2 anak (Barry dan Godke, 1997). Jumlah anak yang banyak adalah keadaan yang diharapkan dan termasuk sebagai satu sasaran dari rencana pemuliaan yang banyak hal mengarah ke

9 produksi secara keseluruhan dari kambing yang dipelihara untuk penghasil daging. Jumlah anak per kelahiran dapat ditingkatkan dengan persilangan yang tepat antara jenis kambing yang subur dan yang tidak subur (Wodzika, 1993). Hasil penelitian yang telah dilakukan di Jawa Tengah oleh Sodik dan Sumaryadi (2002) menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak per kelahiran untuk kambing Kacang dan PE masing-masing 2,06 dan 1,56 anak per kelahiran; sedangkan penelitian Subandrio (1993) rata-rata jumlah anak sekelahiran kambing Kacang dan PE sebesar 1,65 dan 1,50 anak per kelahiran. Menurut Sutama, dkk. (1993), jumlah anak per kelahiran dipengaruhi oleh tingkat ovulasi pada saat siklus dimana terjadi pembuahan, dikurangi kehilangan sel telur, janin, dan anak dalam kandungan. D. Bobot Lahir Bobot lahir merupakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan produksi ternak saat dewasa. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa bobot lahir adalah penting karena memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan ukuran tubuh saat dewasa dan juga kelangsungan hidup dari anak yang bersangkutan. Menurut Doloksaribu, dkk. (2005), rata-rata bobot lahir anak kambing Kacang di Loka Penelitian Sei Putih, Sumatra Utara seberat 1,78 kg. Singh, dkk.(2002) melaporkan bahwa bobot lahir kambing Jamnapari jantan sebesar 2,92±1,06 kg dan betina sebesar 2,68±1,06 kg. Jenis kelamin mempengaruhi bobot lahir, dimana bobot lahir anak jantan lebih tinggi daripada bobot lahir anak betina.

10 Bobot lahir biasa digunakan sebagai kriteria seleksi dalam program pemuliaan, dalam hal ini bobot lahir disesuaikan pada bobot kelahiran jantan dengan menggunakan faktor koreksi sebesar 1,07 (Hardjosubroto, 1994). Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan potensi genetik jantan terhadap betina dalam hal bobot lahir itu sendiri. E. Bobot Sapih Seekor induk yang melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi, dapat diduga bahwa keturunan dari induk tersebut pada masa yang akan datang akan melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi pula. Bobot sapih sangat dipengaruhi oleh faktor induk (maternal) tetapi pengaruh tersebut menunjukkan penurunan dengan semakin meningkatnya umur ternak (Sulastri, dkk. 2002). Selain faktor genetik, bobot sapih juga dipengaruhi oleh faktor induk atau maternal tetapi pengaruh tersebut menunjukkan penurunan dengan meningkatnya umur ternak (Nashlom dan Danell, 1996). Sulastri (2001) menjelaskan bahwa bobot sapih sangat berkaitan erat dengan kemampuan ternak untuk tumbuh dan berkembang setelah disapih karena terdapat korelasi genetik positif dan tinggi antara bobot lahir dan sapih. Bobot sapih juga mencerminkan kemampuan maternal induk dalam merawat dan menyusui anak-anaknya. Supriyono (2005) menyatakan bahwa rata-rata bobot sapih Kambing PE 9--11 kg, sedangkan menurut Sulastri dan Dakhlan (2006) 12,93 ± 0,556 kg.

11 Hardjosubroto (1994) menjelaskan bahwa bobot sapih cempe dipengaruhi oleh umur induk, tipe kelahiran (litter size), tipe pemeliharaan, dan jenis kelamin. Semakin tua umur induk, bobot lahir cempe semakin tinggi namun bobot lahir cempe dari induk kambing yang sudah berumur 5 tahun semakin menurun. Cempe dengan bobot lahir tinggi dapat diprediksi akan memiliki bobot sapih yang tinggi pula apabila mendapat lingkungan yang ideal. Cempe jantan juga memiliki bobot lahir dan bobot sapih yang tinggi karena pengaruh hormon testosteron yang mendorong tingginya nafsu makan pada individu jantan (Hardjosubroto, 1994). F. Indeks Produktivitas Induk Evaluasi terhadap induk dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata indeks berat sapih anak, rata-rata berat sapih anak, efisiensi reproduksi, dan nilai IPI (Sarwono, 2002). Indeks Produktivitas Induk merupakan kemampuan induk untuk menghasilkan anak dengan bobot badan pada umur tertentu. Nilai IPI didapat dari hasil perkalian antara jarak beranak, jumlah anak per kelahiran dan bobot ternak pada umur tertentu (Hardjosubroto, 1994). Menurut Sukendar (2004), indeks reproduksi induk dan bobot sapih memengaruhi nilai IPI. Jika indeks reproduksi tinggi dan bobot sapihnya juga tinggi maka akan didapat nilai IPI yang tinggi. Doloksaribu, dkk (2005) menyatakan bahwa produktivitas induk kambing Kacang dipengaruhi tingkat kematangan tubuh induk yang semakin dewasa, sehingga induk yang telah beranak beberapa kali kemampuan untuk mengasuh anak akan semakin baik.

12 Sukendar (2004) menyatakan IPI kambing PE yang diamati di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi diperoleh sebesar 37,87 kg/induk/tahun. Sedangkan nilai IPI yang didapat Sulastri dan Dakhlan (2006) di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus yaitu sebesar 25,53 ± 5,57 kg.